Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sampaikan dengan Menulis

28 Juli 2021   11:32 Diperbarui: 28 Juli 2021   12:17 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu hebat, punya inovasi, punya pengetahuan luas tapi tidak menulis, selamat, dirimu akan tenggelam ditelan jaman.

Banyak orang orang hebat, berkarya diberbagai bidang dan sangat luar biasa pada masanya, tapi tidak menulis dan tidak ada yang menulis tentang dia, maka prestasinya tidak akan pernah diketahui.

 Dia tidak akan punya arti apapun, apalagi menginspirasi generasi 30 tahun kemudian. Ada, tapi tidak bermakna. Tradisi menulis punya makna penting bagi kehidupan manusia, khususnya bagi yang tertarik pada bidang sejarah.  

Coba amati foto berikut 

Prasasti watu godeg, dari insperemedia.id
Prasasti watu godeg, dari insperemedia.id

Masyarakat disekitar menyebutnya watu godeg. Godeg dalam bahasa Jawa artinya sikap geleng kepala sebagai penanda tidak tahu, tidak mengerti dan tidak paham. 

Foto diatas adalah foto prasasti turyyan dikeluarkan jaman MPU sindok dari Mataram kuno dikeluarkan pada tahun 929 Masehi. Pada tahun tersebut, tradisi menulis atau citralekha mulai digiatkan agar sebuah informasi bisa tetap tersampaikan hingga seribu tahun kemudian. 

Prasasti tertua yang diketemukan di Jawa timur, adalah prasasti Dinoyo berangka tahun 760 Masehi. Makna apakah yang bisa dipetik dari sekelumit fakta diatas?

Saat dirimu tak dikenal, maka orang lain yang ditanya tentang siapa dirimu, apa prestasimu, akan godeg. Tidak diketahui. Sekarang, tak perlu menulis di media batu. Tapi tidak membudayakan berliterasi, malu dong sama nenek moyang yang sudah membudayakan tradisi menulis. 

Jika dipikir logis, seribu tahun lalu, menulis di media batu, bagaimana caranya. Padahal jaman smartphone sangat memudahkan proses menulis, bisa langsung digenggaman. Sangat mudah. Saya menulis ini juga via android. Jadi bagi yang tak nulis diera sekarang, rasanya aneh. Padahal bisa chatting di medsos, tapi kok tidak menulis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun