Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Jatuh Cinta Pada Nila

14 Juni 2021   21:30 Diperbarui: 14 Juni 2021   21:31 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jatuh cinta pada nila dokpri Eko irawan

Dengan budidaya ikan nila bisa membuka peluang usaha baru, peningkatan gizi dan ketahanan pangan dan memberikan kontribusi pemberdayaan ekonomi kreatif dan ekonomi produktif bagi masyarakat? 

Itulah Inovasi Si Ikan Nila yang di gagas di Kampung Nila Slilir, kelurahan Bakalan Krajan kota Malang. Ide brilian ini muncul sebagai solusi dan jawaban menghadapi pandemi covid 19 yang melanda, termasuk sektor perekonomian masyarakat ditingkat kampung. Bagaimana kisah keseruan para start up ini berkiprah, berikut ulasannya semoga menginspirasi.

Start up bisnis Kampung Nila Slilir 

Sebuah ide adalah nonsen bila ide tersebut tidak ada yang berprogres melakukannya. Ide atau inovasi adalah sebuah gagasan yang tidak saja ciamik diatas kertas, namun juga harus bisa direalisasikan, terukur dan bisa dikerjakan dengan modal kearifan lokal asli bangsa Indonesia. Banyak diluar sana yang jago inovasi, tapi pelaksanaannya menunggu support dan bantuan dari instansi terkait. 

Ada uangnya, baru dikerjakan. Soal tindak lanjut setelahnya, tidak tahu. Karena potensi yang dikembangkan hanya ibarat anak kucing didandani singa, setelah itu mengeong jadi kucing lagi.

Hal demikian tidak terjadi di kampung Nila Slilir. Inilah hal menarik yang patut dikaji, karena peran serta para start uplah yang menjadi motor penggeraknya. Inovasi sekeren apapun, tidak akan jalan jika unsur pelaksananya tidak punya motivasi sukses dan mentalitas pejuang tangguh. 

Kampung Nila Slilir dikerjakan seperti sebuah perusahaan entrepreneur. Ada sistem pembagian tugas yang jelas dengan progres harian yang terukur dan terarah. 

Di kampung yang lain, sebuah inovasi biasanya datang dari sebuah perintah oleh institusi pemerintahan, dikerjakan oleh pejabat RT, RW dan lembaga kelompok masyarakat. 

Biasanya dalam rangka lomba tertentu atau ada penilaian dari instansi terkait. Managemen SDM pelaksananya serabutan dan tidak mempunyai visi dan misi yang jelas karena hanya bertindak sepanjang perintah. Itulah potret inovasi kampung yang umum terjadi. 

Namun, hal ini tidak terjadi di Kampung Nila Slilir. Kampung ini digagas oleh masyarakat sebagai upaya menghadapi dampak covid 19. Diawali pada 8 Maret 2020, diawali dengan bantuan bibit ikan nila dari Bapak Johan Fuady selaku pejabat Lurah Bakalan Krajan Kota Malang. 

Tujuan awalnya, membangun ketahanan pangan masyarakat agar tangguh menghadapi dampak pandemi covid yang baru saja melanda pada saat itu. 

Disinilah peran luar biasa dari para start up yang secara total membangun sebuah sistem pemberdayaan masyarakat berbasis wilayah di Kelurahan Bakalan Krajan. Tidak hanya sekedar berbudidaya nila, habis panen lalu dipakai acara makan makan, selesai. 

Namun di kampung Nila Slilir, inovasi terus dikembangkan hingga lahirlah gagasan si ikan nila, yaitu sebuah inovasi sentra intensif budidaya ikan nila menggunakan bioflok berbasis kewilayahan, dengan tujuan akhir menciptakan kelurahan Bakalan Krajan menjadi sentra utama budidaya ikan nila bioflok di kota Malang. Dengan progres demikian, akan membuka peluang usaha baru dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. 

Co working Space berbasis kearifan Lokal 

Membangun inovasi di tingkat kampung dengan kualitas SDM yang bervariasi tentu akan menjadi sebuah tantangan. Visi misi yang tak sama, perlu disinergikan dan itulah konsep kerja co working space. Bekerja tak harus di kantor, tapi bisa dimana saja, termasuk di area kolam bioflok. Kelihatannya memang tidak keren, namun bukan soal life stylenya. 

Yang lebih penting adalah sistem itu membawa hasil nyata dan nyaman dengan membawa berkah rejeki bagi yang mau melaksanakannya. 

Dan uniknya, proses ini bermodal kearifan lokal, yaitu keswadayaan, gotong royong dan guyub rukun. Tanpa menunggu bantuan dari Instansi terkait, setahun berprogres, pertumbuhan kolam bioflok telah mencapai 67 unit kolam bioflok tersebar di wilayah Kelurahan bakalan Krajan kota malang dan baru satu unit kolam bantuan dari dinas terkait. Itupun bukan kolam nila, tapi kolam bioflok ikan lele. 

Capaian tersebut dicapai berbasis keswadayaan murni masyarakat. Uniknya, inovasi bioflok untuk nila ini adalah inovasi satu satunya penggunaan budidaya nila bioflok dalam format berbasis keswadayaan masyarakat. 

Banyak yang melakukan ini sebagai usaha pribadi, namun di kampung nila slilir dilakukan dalam kelompok, melalui Pokdakan Krajan Slilir Sumilir. 

Lembaga ini sudah berbadan hukum legal melalui pendirian akta notaris sehingga punya kredibilitas tinggi dan terpercaya membangun kerja sama bisnis, antara lain dengan pola kemitraan dengan pembudidaya nila di luar wilayah kelurahan bakalan Krajan dan kerjasama investasi kolam bergulir untuk pemberdayaan masyarakat bekerjasama dengan bolang Kompasiana. 

Disinilah lahir ekonomi kreatif dan ekonomi produktif dari para pegiat co working space. Terciptalah peluang usaha dari hulu ke hilir dari budidaya ikan nila bioflok. 

Peluang itu meliputi usaha pembibitan, pendederan, pembesaran, pengadaan alat dan kolam terpal bioflok, pengadaan peralatan aerator, pemasangan paket kolam bioflok, pemasaran hasil panen dan pengolahan hasil panen. 

Bahkan inovasi ini melahirkan proses penulisan buku budidaya ikan nila bioflok yang tengah dikerjakan oleh rekan rekan dari Bolang Kompasiana. Buku tersebut kelak akan dilengkapi video tutorial budidaya ikan nila bioflok, sehingga kelak akan memudahkan pembudidaya pemula menuai sukses. 

Jatuh cinta pada Nila 

Minggu, 6 Juni 2021 menjadi puncak panen kolam kemitraan investasi antara KNS dan bolang Kompasiana.

Team bolang Kompasiana di Kampung nila slilir
Team bolang Kompasiana di Kampung nila slilir
Acara sederhana ini merupakan gelar panen kolam riset bioflok yang prosesnya akan dijadikan bahan penulisan buku budidaya bioflok. Inilah wujud jatuh cinta pada nila. 

Budidaya makhluk hidup memang membutuhkan rasa cinta dan kasih sayang. Rasa cinta ini membangun komunikasi antara sesama makhluk hidup dan membantu pertumbuhan makhluk hidup apapun yang tengah dibudidaya oleh manusia. 

Memang tak bisa dijelaskan secara ilmiah, namun dengan cinta, ternyata merupakan modal sukses budidaya, termasuk budidaya ikan nila. Bagaimana menurut sahabat Kompasiana?

Semoga artikel ini menginspirasi.

Malang, 14 Juni 2021

Oleh Eko Irawan

Salam Madyang madyang dari Kampung Nila Slilir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun