Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Personal Branding Ala Kompasianer

11 Juni 2021   11:52 Diperbarui: 11 Juni 2021   12:08 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang punya kecendrungan ingin diakui. Sekalipun tiada niatan sombong atau pamer, minimal ingin diakui dan dihargai sesuai kapasitas yang dimilikinya. Syukur syukur, hal tersebut memberikan berkah rezeki bagi kehidupannya. Personal branding adalah cara diri memperkenalkan potensi diri pada pihak lain, agar diakui dan dihargai sesuai kapasitas, kualitas dan itu ciri khas kamu banget.

Personal branding adalah cara kamu sendiri menilai kapasitas pribadimu. Hal tersebut adalah sumber motivasi bagi diri sendiri untuk menjadi apa sesuai dirimu sendiri. Seseorang yang merendahkan kapasitasnya sendiri, tentu akan dilecehkan orang lain. Kok bisa? Lha dirinya sendiri saja tak menghargai kemampuan pribadinya, apa mungkin orang lain Sudi menghargai kamu? Inilah arti penting personal branding sebagai motivasi hidup. Dengan citra yang telah terbentuk itu, yang bersangkutan akan berupaya meningkatkan kapasitas pribadinya. Timbullah proses belajar yang melahirkan gagasan, ide, inovasi dan opini yang lebih peka peluang dan kesempatan untuk lebih maju. Dia akan move on out of the box dimana selama ini dia berada. Bukan lari dari kenyataan Gaes, tapi mencari ruang baru dan meninggalkan lingkungan berparadikma toksik yang bermindset negatif dan sulit diajak berpikir maju ke masa depan. Disanalah dia akan berkarya dan punya panggung dimana dia dihargai. Banyak tempat dan orang yang sepertinya membutuhkan dirimu, namun jangan lupa setelah tujuan mereka tercapai, mereka lupa cara menghargai peranmu. Ini bukan sedikit, tapi banyak. Jadi kenali siapa dan apa ciri cirinya. Bolehlah out of the box, tapi pilihlah dengan bijak dengan siapa kamu menggabungkan dirimu.

Membangun personal branding terbentuk dimana kamu berkumpul dan bergaul dengan tipe orang orangnya. Jika kamu berkumpul dengan karyawan, maka pola pikirmu adalah tips dan triks jadi karyawan. Jika tidak disuruh atasan, tidak bergerak. Harus disuruh dulu, baru ada action. Jika kamu berkumpul dengan wirausahawan atau entrepreneur, kamu akan mampu membaca peluang usaha disekitarmu. Jika kamu berkumpul dengan anak nongkrong, maka kamu akan lebih suka nongkrong terus menerus dan yang penting hari itu bahagia. Besok, entahlah. 

Komunitasmu dimana kamu berada adalah kunci personal branding mu. Jika mereka maling atau pengguna narkoba, sekuat apapun dirimu, kamu akan ketularan life style mereka. Hal ini harus dicermati dan disikapi dengan bijak. Bergaulah dengan banyak teman dan bukalah wawasan baru dengan mereka. Jangan lupakan tujuan hidupmu apa dan carilah pertemanan yang bisa support dirimu agar lebih baik. Demikian pemahaman saya tentang personal branding, bagaimana dengan anda?

Personal Branding Ala Kompasianer 

Sebelum saya menjadi kompasianer, saya adalah conten creator website dimana saya bekerja. Disana saya diwajibkan membuat conten berupa tulisan atau berita tentang instansi dimana saya bekerja. Tentu tulisan saya mengikuti aturan kedinasan dan hingga hari ini tugas tersebut masih melekat pada tugas saya sehari hari. Selain website, saya juga jadi admin media sosial instansi. Apakah disana saya bisa membangun personal branding?  Ternyata, tidak, karena yang terbranding adalah instansinya. Apakah saya berhenti? Jika saya berpikir sempit, selamanya saya hanya admin website instansi hingga pensiun. Setelah pensiun, saya tak punya ladang berkarya karena ibarat gedung, website itu untuk kepentingan dinas, orang yang sudah purna tugas harus out. Dan nantinya, saya akan kalah dengan yang lulusan tehnologi informasi dan multimedia. Maklum, saya belajar website secara autodidak. Dan kenyataannya, tugas ini hanya tugas tambahan yang tidak bisa memberikan kontribusi perbaikan penghasilan tapi harus dikerjakan. Motivasi tidak terbangun jika kerja hanya berdasar perintah dan tidak ada inisiatif jika tanpa petunjuk. Seandainya berinovasi, tentu akan banyak pertanyaan karena melampaui wewenang. Inilah nasib penulis di instansi yang terikat aturan dan sepintar apapun, tetep bawahan. 

Berangkat dari sana, bertemulah saya dengan seorang Kompasianer bernama Abdul Malik. Beliau datang menemui saya karena saya salah satu co founder sebuah inovasi kampung Tematik dan beliau tengah menyusun buku khusus kampung tematik. Dari tulisan beliau, personal branding saya dibentuk sebagai sejarawan non akademik untuk genre sejarah perang kemerdekaan di Malang melalui museum Reenactor Ngalam dan konsep life Historical reenactment. Kok sejarah? Karena Hobby saya Reenactor dan saya salah satu penggagas kampung Sejarah di Kelurahan Sumbersari Kota Malang. 

Dari Kompasianer Abdul Malik lah saya belajar menjadi penulis Kompasiana dan mulailah membangun kapasitas personal branding yang lebih bermakna. Cara membangun personal Branding ala Kompasianer? Ya jadilah penulis Kompasiana. Disana, temukan passionmu dan jadilah apa sesuai kapasitasmu. Saya menjadi seperti sekarang karena dukungan Kompasianer Abdul Malik dan rekan rwkan Bolang Kompasiana.

Jadi Penulis yang berinovasi 

Penulis adalah cara personal membangun branding diri dalam ranah literasi. Jejak digitalmu menulis akan terekam dalam dunia Maya. Coba ketik namamu dimesin pencari google. Ketik namamu, kalau saya memakai kata Eko Irawan adalah. Maka google akan menelusuri sejauh mana peranmu menulis dan disitulah personal branding mu terbangun. Jujur ini bukan pamer atau sombong, tapi disanalah sejatinya kamu berkesempatan berbagi narasi dan literasi. Berbagi ilmu adalah amal yang baik dan berguna sebagai sarana saling menginspirasi.

Jika penulis lain, sibuk meliput pihak lain, maka salah satu cara membangun personal branding yang saya lakukan adalah dengan menjadi penulis yang berinovasi. Selain terus berinovasi dengan literasi dan bentuk bentuk bergenre sastra, Seperi puisi dan cerpen bahkan channel YouTube dan tiktok, saya berupaya menjadi support media partner untuk beberapa kegiatan sosial pemberdayaan masyarakat. Kegiatan Saya untuk Kampoeng Sedjarah dan Kampung Nila Slilir, adalah bentuk pengejawantahan belajar hal baru yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Saatnya penulis juga berperan sebagai inovator. Eksplore diri seperti ini membangun personal branding secara signifikan. Bahkan di Kampung Nila Slilir, para kompasianer yang tergabung dalam Bolang Kompasiana terus berkiprah dengan banyak inovasi, antara lain penyusunan buku budidaya si ikan nila bioflok yang tengah dalam proses pengerjaan. Hal tersebut merupakan inovasi yang terus dikerjakan dan dikembangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun