Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

"Reenactor", Sebuah Hobi untuk Merekonstruksi Sejarah

25 Mei 2018   13:19 Diperbarui: 28 Mei 2018   00:05 3006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reenactor adalah sebutan bagi para penghobby reka ulang sejarah. Kegiatan yang mereka lakukan adalah Historical Reenactment, sebuah proses belajar dengan cara mereka ulang sejarah yang tertulis secara otentik dalam catatan sejarah.

Bagaimanakah bentuk kegiatan Reenactor?

Ini adalah salah satu bentuk Kegiatan dari Komunitas Reenactor Ngalam di Surabaya dalam rangka Parade Juang Memperingati Hari Pahlawan 10 November. Kegiatan Tahunan ini, diikuti oleh para Reenactor dari seluruh Indonesia.

Kegiatan seperti ini bagi seorang reenactor adalah napak tilas menghayati makna perjuangan 10 November di Surabaya. Apa ini sekedar pawai karnaval belaka? Mungkin orang awam berpendapat demikian, karena mereka tidak memahami kegiatan para reenactor ini.

Peringatan Hari Pahlawan adalah memperingati Kejadian pada 10 November 1945, dimana sebuah negeri yang baru saja merdeka harus menghadapi kekuatan sekutu yang diboncengi kepentingan NICA (Netherlands-Indies Civil Administration) yang punya maksud untuk menguasai kembali bumi Indonesia.

Ini adalah peristiwa besar. situs wikipedia mencatat Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600 - 2000 tentara. Kenapa Hal ini bisa terjadi? 

Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.

Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara.

Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.

Dari catatan sejarah yang ada tersebut, seorang Reenactor mulai belajar sejarah. Ini keasyikan tersendiri yang penuh tantangan. Kami mulai mempelajari dimana kejadian itu terjadi. Lalu dilakukanlah penelusuran tempat yang dimaksud. Peristiwa dan kejadiannya bagaimana. Dicari saksi hidup pada saat peristiwa itu terjadi. Dicari juga literatur dan hasil wawancara para peneliti yang pernah dilakukan sebelumnya.

Setelah data terkumpul, dibahas siapa yang sedang berkonflik ditempat tersebut. Seragamnya bagaimana. Membawa senjata apa. Kejadiannya bagaimana. Untuk mewujudkan sebuah teatrikal dari peristiwa tersebut membutuhkan riset yang tidak main-main.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun