Lebih lanjut Dr. Handrawan Nadesul, mengatakan, "Tubuh kita ibarat mobil yang merknya berbeda, tetapi kerja mesinnya sama. Tugas dan kewajiban kita merawat "mobil" yang Tuhan memberikan kepada kita agar mobil sebelum mencapai garis finish. Jadi bisa masih mengulur umur panjang kini bukan mimpi, merindukan berumur panjang. Untuk itu untuk sehat tak cukup menerima adanya, tetapi diperlukan hidup lebih pro aktif, bukan menerima keadaan melainkan cerdas memilih keadaan. Konon jantung sanggup memompa darah selama 120 tahun dalam kehidupan modern ini."
Bolehkah Memperpanjang Umur?
Dunia adalah alat perkebunan untuk kehidupan akhirat sebagai alat yang akan akan mengantarkan seseorang menemui Tuhannya. Ini tentu bagi yang memandangnya sebagai tempat untuk selamanya. Sebaliknya jika Anda menyia-nyiakan dengan hal-hal yang melalaikan dan menanaminya dengan kemaksiatan dan pelanggaran, maka diperolehnya penyesalan pada hari dimana penyesalan tidak berguna sama sekali, dan Anda berangan-angan sekiranya bisa dikembalikan ke dunia lagi pada hari Kiamat sebagaimana diterangkan dalam surah Fathir [35] ayat 37, Firman-Nya:
"Dan mereka berteriak di dalam Neraka, Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan)."
Maka dikatakan kepadamu: "Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa (yang cukup) untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir. (Bukankah pula) telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka, rasakanlah (azab Kami). Bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun." Surah Fathir [35]:37.
Yakni, bukanlah Kami telah menjadikan kalian memiliki usia panjang? Usia yang panjang adalah hujjah. Allah telah memberikan kesempatan hamba-Nya yang dihidupkan rata-rata berumur sampai 60 atau 70 tahun, dan lebih dari itu sangatlah sedikit termasuk umur yang istimewa, dan yang termasuk diatas umur 60 tahun ialah junjungan kita Nabi Muhammad Saw. wafat pada umur 63 tahun.
Siapa saja yang merenungkan umur usia seseorang, maka ia akan mengerti bahwa kehidupan kita ini terbatas dan bisa dihitung dengan tahun dan hari, bahkan jam, menit dan detik, tanpa kita bisa menambah satu detik pun. Apabila kita dibandingkan dengan umat-umat terdahulu usia kita sangatlah pendek. Umat-umat dahulu yang berusia sampai ratusan tahun, bahkan hingga seribu tahun yaitu nabi Adam A.S., nabi Nuh A.S. berumur 950 tahun. Umur umat Nabi Muhammad Saw. sampai sekarang ini sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah r.a bahwa  Nabi Saw. bersabda:
"Umur umatku antara 60 tahun hingga 70 tahun, dan hanya sedikit dari mereka yang melampaui usia itu". Â (HR. Tirmidzi)
Seandainya seseorang hidup berusia 60 tahun, untuk apa saja selama umur itu hidup di dunia? Â kira-kita dapat dihitung 20 tahun darinya dipakai untuk tidur (dengan asumsi seseorang tidur 8 jam dalam sehari), 15 tahun sebelum baligh, 5 tahun untuk makan. dan waktu yang dipakai untuk santai 20 tahun. Jadi yang tersisa tinggal 20 tahun yang mencakup waktu-waktu untuk mencari nafkah dengan bekerja. Lalu, jadi berapa tahunkah ibadah yang kita alokasikan dari dunia kita?. Walaupun kita andaikan yaitu umur 60 tahun yang kita seluruhnya adalah ibadah, maka itu pun hanya setara dengan tiga menit saja bila dibandingkan hari Akhir (Kiamat) yang seharinya adalah "seribu tahun". Disebutkan dalam surah Al-Hajj ayat 7, firman-Nya: "Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu".
Pendapat Ulama tentang Umur Panjang
- Muhammad Ibrahim an-Nu'aim dalam bukunya "Misteri Panjang Umur" mengemukakan beberapa pendapat makna "diperpanjangnya umur" dapat digolongkan menjadi tiga macam: Pertama, diberkahi. Kedua, benar-benar dipanjangkan. Ketiga, dikenang baik setelah meninggal. Untuk makna yang ketiga ini, ia tidak melihat seorangpun menguraikan secara khusus kecuali Imam Nawawi, yaitu ketika menukil perkataan Qadhi Iyadh. Meski demikian, Imam Nawawi sendiri menganggap lemah. Sementara Imam Ibnu Hajar dan Imam ath-Thibi mendukung pendapat ini. Namun, tidak ada salahnya juga bila dipahami bahwa memperpanjangkan umur juga mencakup tiga kategori di atas. Sebab karunia Allah Swt. diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah Swt. memiliki karunia yang melimpah ruah. Adapun makna yang pertama dan kedua, cukup banyak diterima.
- Dr. Yusuf Qardhawi mengatakan, "Umur hakiki manusia bukanlah tahun-tahun yang ia lewati sejak dari lahir hingga meninggal. Tetapi umur hakiki manusia adalah waktu-waktu yang tercatat di sisi Allah Swt. telah ia gunakan untuk beramal dan kebaikan. Karena itu, tidak mengherankan bila ada yang umurnya melebihi seratus tahun, tapi tabungan pahalanya di sisi Allah Swt. nol, atau bahkan dibawah nol (minus). Sebaliknya ada pula orang meninggal dalam usia muda dan baru saja menjalani mukallaf, tetapi tabungan pahalanya sangat banyak.
- Seorang ahli hikmah berkata, "Berapa banyak yang umur yang panjang, tetapi sedikit hasilnya. Dan berapa banyak umur yang pendek, tetapi banyak hasilnya. Maka barang siapa diberkahi umurnya, niscaya dalam  waktu  yang singkat ia dapat memperoleh limpahan karunia Allah Swt. yang tak terhingga jumlahnya dan sulit ditunjukkan dengan angka. Dengan demikian, seorang muslim menjadikan hidupnya bukan hanya sekedar untuk hidup, tetapi untuk mengumpulkan pahala sebanyak mungkin. Karena itu, setiap kali melihat hidupnya menambah pahala dan semakin mendekatkan dirinya kepada Allah Swt. ia akan memohon kepada Allah agar diberikan panjang umur dan diperbaiki amalnya.
- Abu Barkah r.a. menuturkan: Syandan, seorang bertanya kepada Rasulullah Saw., "Siapakah orang yang paling baik?" Beliau menjawab, "Yang paling panjang umurnya dan baik amalnya." Ia bertanya lagi, "Lalu, siapakah orang yang paling buruk." Beliau menjawab, "Yang panjang umurnya, tetapi buruk amalnya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Usia umat Nabi Saw. tidaklah sepanjang umat-umat terdahulu. Rasulullah Saw. pernah mengadukan pendeknya umat beliau itu kepada Allah Swt. Dengan penuh kasih, Allah Swt. menjelaskan, meski usia umat Islam lebih pendek dari umat lain, Allah Swt. telah menganugerahkan keutamaan. Diantaranya Lailatul Qadar, malam yang nilainya lebih dari seribu bulan. Rasulullah Saw. bersabda, "Tak akan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya, dihabiskan untuk apa, tentang masa mudanya, dipergunakan untuk apa, tentang hartanya darimana diperolehnya dan untuk apa dipergunakan, dan tentang ilmunya, apakah sudah diamalkan." (HR. At-Tirmidzi)
Dari hadis di atas, ditanyakan tentang umurnya untuk apa? Â Lalu, dihabiskan untuk apa? Adakah yang dapat memastikan dirinya sendiri berusia panjang? Umur manusia adalah perkara gaib dan merupakan rahasia Allah, tak seorang pun tahu berapa panjang usia yang dijatuhkan untuknya.
Manusia diberikan umur panjang justru lebih senang mencintai dunia melupakan Allah Swt. Pencipta alam semesta. Orang tidak beriman tamak, dan rakus harta seperti orang-orang kafir, orang-orang munafik, hal yang demikian dianggap biasa (kewajaran). Maka, Allah akan membalas mereka dengan siksa (azab) yang pedih di akhirat.