Cafe & Resto Area Gumitir: Tempat Ideal Istirahat Sambil Wisata AlamÂ
Antara tahun 2012 -- 2019 hampir tiap tahun saya pergi dari Surabaya ke Banyuwangi menjalan tugas kantor misal survey angkutan perintis, monitoring terminal dan jembatan timbang, penilaian Wahana Tata Nugraha, rapat koordinasi dengan pelabuhan Ketapang maupun dengan Dinas Perhubungan Banyuwangi. Di Banyuwangi dipastikan menginap menginap sehari paling lama dua hari. Setelah purna tugas pun saya masih juga senang jalan-jalan (rekreasi) ke Banyuwangi mengunjungi beberapa obyek wisata sekaligus silaturahmi ke rumah sahabat.
Promosi pariwisata Banyuwangi saat itu luar biasa dibawah kepemimpinan bapak Bupati Banyuwangi Azwar Anas misalnya tari kolosal 1.000 Penari Gandrung menuju dunia. Tari gandrung ini pernah saya tulis di Kompasiana. Kemudian, di saat reuni SMA pun pada tahun 2017 ditempatkan di Banyuwangi, menginap semalam di Hotel Ketapang dan berwisata sehari sekitar Banyuwangi.
Namun, semua itu beberapa kali ke Banyuwangi saya belum pernah singgah ke Cafe & Resto Area Gumitir. Bila pulang ke Surabaya  lewat jalur selatan via Jember, cafe itu hanya terlewati begitu saja, dalam mobil hanya membayangkan kapan bisa singgah menikmati kopi dan suasananya.
Alhamdulilah tahun kemarin saya bisa singgah ke  Cafe & Resto Area Gumitir, ketika saya  dan teman-teman seangkatan perhubungan rekreasi ke Banyuwangi sekaligus silaturahmi sahabat yang tinggal di kota Banyuwangi. Pulang ke Surabaya sudah diniatkan lewat jalur selatan via Jember. Rombongan kami satu kendaraan Hiace sampai di Cafe & Resto Area Gumitir siang jelang sore dan cuaca cukup cerah untuk istirahat sebentar minum kopi. Ketika turun dari mobil terasa udara sejuk, suasana nyaman terlihat taman/bunga tertata rapi dan asri seakan menghilangkan kepenatan dalam perjalanan. Lalu, kami segera pesan kopi panas dan camilan gorengan tahu dan singkong. Kami duduk di kursi panjang dan meja panjang bahan kayu jati terlihat unit lekukan panjang batang pohon.
Cafe & Rest Area Gumitir merupakan salah satu tempat wisata kuliner berjarak 39 km dari kota Jember ke arah Banyuwangi yang mana tempat ini berada di kawasan perkebunan kopi robusta milik PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) yang sejuk pada ketinggian 628 mtr dpl. Cafe & Resto Area Gumilir buka pukul: 07.00 s.d. 21.00.Â
Cafe ini memberikan nuansa yang berbeda dengan cafe yang banyak dikenal orang di kota. Cafe yang bernuansa alami berada di alam terbuka, udaranya sejuk segar, angin semilir cocok sekali menghilangkan kepenatan setelah perjalanan jauh. Pengunjung bisa menikmati pemandangan alam terbuka yang berbukit-bukit dari jauh terlihat hamparan tanaman kopi yang menghijau menyejukkan mata memandang.
Diruang utama cafe ini tersedia meja kursi semua terbuat kayu bisa beberapa set cukup untuk pengunjung yang datang berombongan. Juga ada kursi memanjang dan meja yang panjang satu set berbentuk unik seperti pohon besar dibelah bisa menampung satu rombongan kendaraan kecil. Di sudut ruang utama ada tempat live music pengunjung bisa menyanyi atau karaoke terpampang layar TV cukup besar. Tidak jauh dari ruang utama tersedia Toilet dan Mushalla.
Ciri khas Cafe Gumitir yakni menyajikan minuman kopi dan teh yang berasal dari produk yang ditanam, dipelihara, dipanen dan diolah oleh kebun milik PTPN XII (Persero). Minuman khas berupa kopi luwak, kopi lanang dan teh semaunya produksi kebun-kebun PTPN XII (Persero). Juga tersedia minuman lainnya seperti wedang jahe, es degan gula merah dan aneka jus. Selain itu terdapat juga kopi tanpa ampas berupa kopi espresso dan kopi cappuccino yang dibuat dengan espresso machine.
Pengunjung bisa memesan makanan khas berupa ayam goreng laos, bebek goreng sambel setan dan sop iga. Sedangkan camilan/jajanan yang tersedia berupa singkong goreng renyah, tahu petis dan tempe goreng tepung. Â
Menu makanan dan minuman cukup komplit ini memanjakan pengunjung duduk-duduk di ruang cafe, melihat-lihat taman bunga yang tertata rapi di lingkungan halaman cafe. Di antara taman bunga itu terdapat beberapa spot foto. Pengunjung bisa berfoto ria di spot-spot yang menarik seperti kursi besar, naik ke atas tangga besi di situ ada kerangka besi pintu terbuka, naik ke atas dudukan dua kursi di tengah mejanya ada kerangka besi berbentuk daun waru (love), dsb.
Wahana Wisata Cafe & Rest Area Gumitir
Beberapa sarana penunjang wisata di Cafe & Rest Area Gumitir berikut ini.
- Di rest area Gumitir terdapat kursi raksasa yang terbuat dari kayu utuh jenis segawe. Pengunjung dapat menaiki kursi tersebut untuk melihat pemandangan kebun kopi dan hutan yang berada di lingkungan cafe.
- Outbond & Flyong Fox. Permainan outbond berupa spider web, jumping dot dan jembatan elvis akan membuat adrenalin anda meningkat. Selain itu anda bisa merasakan sensasi meluncur dengan sarana Flying Fox dilingkungan tanaman Kopi pada ketinggian 15m sepanjang 100 m.
- Kereta Wisata, Jeep Willys dan Kereta Kelinci. Kendaraan ini akan mengantar anda keliling kebun kopi, mengunjungi terowongan Kereta Api peninggalan jaman Belanda, pengolahan Kopi dan rumah dinas pimpinan kebun peninggalan jaman Belanda.
- Â ATV. Wahana offroad yang menantang mengelilingi area tanaman kopi sekitar cafe.
- Area Berkuda. Menunggang kuda mengelilingi areal tanaman Kopi di area sekitar Cafe.
- Area Bermain Anak. Sarana bermain untuk anak-anak disediakan secara gratis.
- Area Perkemahan. Area perkemahan yang cukup luas berada di rindangnya tanaman sengon dan mahono.
- Lapangan Olah Raga. Area ini bisa digunakan untuk aktivitas olah raga dan pertemuan.
- Gedung Pertemuan, gedung pertemuan ukuran 9 x 14 . di dekat pabrik pengolahan kopi bisa digunakan untuk aktivitas pertemuan.
Sekilas Legenda dan Masa Kolonial Belanda di Gunung Gumitir
Dilansir dari p2k.stekom.ac.id, nama Gumitir diyakini berasal dari kisah Damar Wulan. Setelah berhasil membunuh Menak Jinggo, Damar Wulan membawa kepala musuhnya itu. Namun, di perjalanan ia bertemu Layang Seta dan Layang Kumitir, putra kembar Patih Logender. Keduanya menipu Damar Wulan dan merebut kepala Menak Jinggo.
Gunung tempat penipuan itu terjadi kemudian dikenal sebagai Gunung Kumitir atau Gumitir. Kisah ini masih populer di kalangan masyarakat Banyuwangi dan sekitarnya, memperkuat citra Gumitir sebagai gunung penuh sejarah dan mitos.
Pada era kolonial, Belanda melihat potensi strategis Gumitir. Jalur kereta api oleh Staatsspoorwegen dibuka pada 10 September 1902, menghubungkan Jember dan Banyuwangi. Tak hanya itu, pada 13 Agustus 1934, pabrik pengolahan kopi Goenoeng Goemitir resmi beroperasi. Perkebunan kopi robusta di kawasan ini hingga kini masih menjadi salah satu komoditas unggulan.
Selain perkebunan, kawasan ini juga menjadi jalur penting lintas kereta api. Dua terowongan bersejarah, yakni Terowongan Mrawan dan Terowongan Garahan, yang masih aktif hingga sekarang. Stasiun Mrawan dan Stasiun Garahan berfungsi sebagai persilangan kereta, dengan Stasiun Garahan juga melayani penumpang Kereta Api Pandanwangi.
Pada masa pendudukan Jepang, kawasan ini semakin diperkuat sebagai jalur strategis. Serdadu Dai Nippon membangun sebuah gua pertahanan dari beton tebal berukuran 6 x 8 meter. Gua Jepang yang berlokasi sekitar 100 meter dari Watu Gudang itu difungsikan untuk mengawasi jalur kereta api. Hingga kini, gua tersebut masih menjadi saksi sejarah dan daya tarik wisata sejarah.
Kompasianer bila jalan-jalan ke Banyuwangi sempatkan mampir ke Cafe & Resto Area Gumitir istirahat sebentar sambil menikmati alam terbuka yang menyejukkan mata.
Sidoarjo, 26 September 2025
Eko Setyo Budi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI