Mohon tunggu...
Eko Setyo Budi
Eko Setyo Budi Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati Budaya

Menulis buku untuk peradaban, sejarah dan amal jariah, Buku-buku saya yang sdh terbit dapat dilihat di Google Books Eko Setyo Budi (buku eko setyo budi). Suka traveling, kuliner dan olahraga jalan kaki/jogging.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sinergitas Antara Guru, Murid dan Orang Tua: Mewujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Masa Depan Anak Didik

24 September 2025   06:27 Diperbarui: 24 September 2025   07:52 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru dan murid di kelas (Sumber: istockphoto.com)

Sinergitas Antara Guru, Murid dan Orang Tua: Mewujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Masa Depan Anak Didik 

 

Oleh: Eko Setyo Budi

Falsafah Pendidikan

Dalam dunia pendidikan di Indonesia siapa tidak kenal Ki Hajar Dewantara seorang pendidik asli Indonesia. Kita ingat pepatah tentang pendidikan Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa, sosok yang terkenal dengan semboyan pendidikan: ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Artinya: Menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri teladan, seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.

Dari tiga kalimat dalam filosofi, kita dapat belajar bagaimana seharusnya menjadi pemimpin itu memberikan sebuah peran kepada yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang baik harus menempatkan diri dan peka terhadap lingkungan sekitar. Pemimpin harus bisa menempatkan diri di depan untuk memberi teladan, di tengah untuk memberi semangat, dan di belakang untuk memberi dorongan, demi tujuan yang disepakati bersama.

Semboyan tersebut mengandung filosofi yang amat dalam yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara memberikan pemikiran Dasar-Dasar Pendidikan. Menurut beliau pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak. Agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi-tingginya.

Haidar Bagir dalam bukunya berjudul "Memulihkan Sekolah dan Memulihkan Manusia", mengatakan, pendidikan adalah suatu mengaktualkan daya berakal dan berfikir. Segenap proses pendidikan haruslah ditujukan untuk pengembangan keseluruhan potensi manusia demi mencapai kehidupan sejahtera, baik secara fisik, mental, dan spiritual.

Apa tujuan sistem pendidikan kita? "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa", demikian bunyi pasal 33 ayat 3 UUD kita.

Tujuan setiap upaya pendidikan adalah memanusiakan manusia. Dengan kata lain, pendidikan adalah suatu kegiatan untuk mengaktualkan potensi manusia sehingga benar-benar menjadi manusia sejati. Yakni, mengaktualkan berbagai potensinya untuk dapat benar-benar menjadi manusia sejahtera dan bahagia. Yakni manusia-manusia yang memiliki kehidupan yang penuh makna, bagi orang lain dan bagi dirinya sendiri.  

Keteladanan Guru Dalam Proses Pembelajaran

Proses interaksi dalam mengajar antara guru, materi pelajaran dan siswa. Dalam prosesnya terkadang salah satu unsur paling mendominasi, baik guru dan siswa maupun materi pelajaran. Dalam kelas dominasi guru dalam interaksi pembelajaran pada umumnya pembelajaran yang bersifat penyajian atau penyampaian materi pelajaran. Pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya dikendalikan oleh guru, sedangkan siswa hanya menerima (pasif).

Dalam proses pembelajaran guru harus mengenali siswa dengan baik melalui interaksi dan komunikasi yang lebih baik, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi kemampuannya. Siswa mampu mengembang rasa percaya sendirinya (self confidence), merasa berguna, merasa memiliki dan merasa berdaya dalam mengendalikan masa depannya.

Oleh karena itu, guru dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Dalam hubungan ini seorang guru hendaknya jangan mengekspos atau menyebarluaskan kesalahan muridnya di depan umum, karena cara itu dapat menyebabkan anak murid menjadi jiwa yang keras, menentang, membangkang dan memusuhi gurunya. Jika keadaan ini terjadi dapat menimbulkan situasi yang tidak mendukung bagi terlaksananya pengajaran dengan baik.

Guru kita gugu, guru mengajarkan ilmunya kepada murid agar menjadi anak yang pandai dan cerdas secara akademik. Namun, guru juga mendidik muridnya membangun karakter (mental) yang baik dengan mengedepankan tata krama, adab asor. Sehingga pada saat dewasa, mereka memiliki akhlak mulia, siap menghadapi pendidikan lebih tinggi dan pengabdian kepada masyarakat. 

Guru yang diserahi tugas mengajar adalah guru selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya, mendidik dan mengarahkan murid.

Menurut Abu Muhammad Iqbal dalam bukunya berjudul "Konsep Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan" mengatakan, seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik dihadapan murid-muridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus bersikap toleran dan mau menghargai keahlian orang lain. Sebagai guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual, dan memberlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki oleh muridnya. Dalam hal ini Al-Ghazali menasehatkan agar membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan batas kemampuan pemahaman muridnya, juga memahami bakat, tabiat, dan kejiwaan muridnya sesuai dengan tingkat usianya.

Bina Karakter Siswa/Murid Berakhlakul Karimah

Mengutamakan bina karakter siswa merupakan modal yang kuat yang nantinya siswa melanjutkankan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi di perguruan tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi,  lalu  bekerja dan banyak berinteraksi dengan masyarakat luas karakter yang baik tetap terbawanya. Sesorang akan sukses apabila  karakter yang baik itu  bisa menjadi panutan walaupun dalam dunia kerja dari berbagai profesi apapun tetap mampu mempertahankan karakternya itu.

Dalam hal ini, contoh yang menarik yaitu ketika penerimaan siswa di sebuah madrasah Pekalongan Jawa Tengah terlebih dahulu mengutamakan pembinaan karakter peserta didik, ceritanya:

Selama penerimaan peserta didik baru, MSI 03 Sugih Waras bersiap diri untuk utamakan membina karakter peserta didiknya, baik yang lama maupun baru. Kepala MSI 03 Sugih Waras, Ida Kirana, mengatakan: "Di MSI 03 Sugih Waras kami konsen pada pembinaan karakter, karena kami menyadari pada usia mereka, yang amat dibutuhkan adalah bagaimana membentuk karakter mereka menjadi pribadi yang baik". Banyaknya calon siswa baru ini bukanlah tanpa alasan, pihaknya mengakui banyak masyarakat yang percaya dengan kualitas MSI 03 Sugih Waras dalam mendidik siswa-siswi. Baik secara akademis maupun karakter.

 "Selain itu, kami memang mengedepankan untuk pembinaan guru untuk mendapatkan bekal yang cukup untuk mendidik, serta para pendidik terkenal sabar dalam mendidik siswa. Jadi kalau mengajar dengan hati maka sampainya juga dengan hati," ujar Ibu Ida. Selain itu, penanaman karakter akhlakul karimah dan juga adab-adab menjadi salah satu daya tarik yang luar biasa bagi masyarakat. Mengingat ke dua hal itu sudah jarang didapatkan pada anak zaman sekarang.

"Kami memang selama ini tidak hanya mengajari siswa-siswi kami tentang bagaimana akademis saja, namun banyak hal tidak tertulis yang kami ajarkan bagi anak didik kami. Seperti akhlak dan adab-adab bermasyarakat". Menjadikan hal-hal kecil dalam akhlak dan adab menjadi penilain yang penting. Sehingga sebagai salah satu standar keberhasilan dalam menjalankan proses belajar selama 6 tahun disekolah.

Siswa itu tidak hanya mempunyai standar kelulusan secara akademis saja. Namun akhlak dan adab menjadi salah satu standar keberhasilan yang harus mereka lewati. Dia berharap, dengan prinsip pembalajaran ini bisa membentuk siswa-siswi yang tidak hanya pandai dalam akademis saja. Namun juga manusia yang berakhlak dan berbudi.

Murid yang baik harus berjiwa bersih, terhindar dari budi pekerti yang hina dina dan sifat-sifat tercela lainnya. Sebagaimana halnya salat, maka menuntut ilmu pun demikian pula. Dia harus dilakukan dengan hati bersih, terhindar dari hal-hal yang jelek, dan kotor, termasuk sifat-sifat yang rendah seperti marah, sakit hati, dengki, tinggi hati, ujub, takabur dan sebagainya.

Peran Serta Orang Tua Sebagai Parenting

Setiap orang tua wajib mengasuh dan mengasihi anaknya. Seorang anak memang perlu bimbingan dan arahan dari setiap orang tua mulai dari masih dalam kandungan hingga anak menjadi mengerti akan arti kehidupan. Parenting atau pola asuh orang tua terhadap anak meliputi memenuhi kebutuhan fisik yaitu makanan dan minuman, dan juga memenuhi kebutuhan psikologi yakni kasih sayang, rasa aman, serta bersosialisasi dengan masyarakat sekitar agar anak bisa hidup selaras dengan lingkungannya. Perlu kita tahu bahwa anak termasuk individu unik yang mempunyai eksistensi dan memiliki jiwa sendiri, serta mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masing-masing yang khas. Masa kehidupan anak sebagian besar berada dalam lingkup keluarga, maka dari itu pola asuh orang tua terhadap anak sangat menentukan dan mempengaruhi kepribadian dan perilaku anak.

Orang Tua Yang Authoritative Parenting

Orang tua authoritative lebih flexibel, di mana mereka mengendalikan dan menggunakan kontrol, tetapi mereka juga menerima dan responsif. Orang tua membuat peraturan yang jelas dan konsisten melakukannya, mereka juga menjelaskan rasionalisasi dari peraturan orang tua dan pembatasannya. Artinya orang tua, memberi anak pengertian yang masuk akal mengenai aturan dan batasan yang diberlakukan. Meskipun orang tua mutlak yang mengambil keputusan, namun orang tua tetap berinteraksi dengan menghormati pendapat anak.

Sekolah sebagai tempat memperoleh pendidikan formal, diharapkan dapat membentuk spiritual (jiwa) dan mengembangkan karakter, serta bakatnya ke arah yang benar sehingga secara akademi dapat dipertanggung jawabkan di masa depannya. Sekolah pun dituntut kualitasnya, yakni manajemen sekolah yang baik yaitu Manajemen Berbasis Sekolah yang benar-benar dapat diimplementasikan di lingkungan sekolah. Diharapkan juga sekolah sebagai produk Intellectual Capital yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. dan nantinya lulusannya bisa menciptakan lapangan kerja sesuai dengan bidangnya serta role model bagi sekolahnya dan masyarakat.

  • Dengan demikian, apabila keteladanan guru, peran parenting (orang tua) dan murid/siswa berkarakter saling bersinergi tidak mustahil akan mewujudkan pendidikan bermutu sehingga siap hadapi tantangan Abad 21. Hal tersebut, tentu perlu didukung dengan memperkuat silaturahmi antara wali murid dan guru-guru sekolah, manajemen berbasis sekolah, konseling pendidikan, parenting diutamakan, problem solving dan penguatan komite sekolah, serta program ekstrakulikuler (kegiatan keagamaan dan ketrampilan).

Sidoarjo, 23 September 2025

Referensi:

Abu Muhammad Iqbal. 2013. Konsep Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan. Madiun: Jaya Star Nine

Agus Sutisna, Aay Fahirah Hesya. 2010. Metode Pembelajaran di Era Milenial. Kab.Bandung: Manggu makmur Tanjung Lestari.

Atma Endris. 2017. Belajar Dari Guru Terhebat Sepanjang Masa. Yogyakarta: Lontar Mediatama.

Haidar Bagir. 2019. Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia, Jakarta: PT. Mizan Publika.

https://radarpekalongan.co.id/37072/ -bina-karakter-siswa/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun