Oleh karena itu, guru dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Dalam hubungan ini seorang guru hendaknya jangan mengekspos atau menyebarluaskan kesalahan muridnya di depan umum, karena cara itu dapat menyebabkan anak murid menjadi jiwa yang keras, menentang, membangkang dan memusuhi gurunya. Jika keadaan ini terjadi dapat menimbulkan situasi yang tidak mendukung bagi terlaksananya pengajaran dengan baik.
Guru kita gugu, guru mengajarkan ilmunya kepada murid agar menjadi anak yang pandai dan cerdas secara akademik. Namun, guru juga mendidik muridnya membangun karakter (mental) yang baik dengan mengedepankan tata krama, adab asor. Sehingga pada saat dewasa, mereka memiliki akhlak mulia, siap menghadapi pendidikan lebih tinggi dan pengabdian kepada masyarakat.Â
Guru yang diserahi tugas mengajar adalah guru selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya, mendidik dan mengarahkan murid.
Menurut Abu Muhammad Iqbal dalam bukunya berjudul "Konsep Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan" mengatakan, seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik dihadapan murid-muridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus bersikap toleran dan mau menghargai keahlian orang lain. Sebagai guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual, dan memberlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki oleh muridnya. Dalam hal ini Al-Ghazali menasehatkan agar membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan batas kemampuan pemahaman muridnya, juga memahami bakat, tabiat, dan kejiwaan muridnya sesuai dengan tingkat usianya.
Bina Karakter Siswa/Murid Berakhlakul Karimah
Mengutamakan bina karakter siswa merupakan modal yang kuat yang nantinya siswa melanjutkankan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi di perguruan tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi,  lalu  bekerja dan banyak berinteraksi dengan masyarakat luas karakter yang baik tetap terbawanya. Sesorang akan sukses apabila  karakter yang baik itu  bisa menjadi panutan walaupun dalam dunia kerja dari berbagai profesi apapun tetap mampu mempertahankan karakternya itu.
Dalam hal ini, contoh yang menarik yaitu ketika penerimaan siswa di sebuah madrasah Pekalongan Jawa Tengah terlebih dahulu mengutamakan pembinaan karakter peserta didik, ceritanya:
Selama penerimaan peserta didik baru, MSI 03 Sugih Waras bersiap diri untuk utamakan membina karakter peserta didiknya, baik yang lama maupun baru. Kepala MSI 03 Sugih Waras, Ida Kirana, mengatakan: "Di MSI 03 Sugih Waras kami konsen pada pembinaan karakter, karena kami menyadari pada usia mereka, yang amat dibutuhkan adalah bagaimana membentuk karakter mereka menjadi pribadi yang baik". Banyaknya calon siswa baru ini bukanlah tanpa alasan, pihaknya mengakui banyak masyarakat yang percaya dengan kualitas MSI 03 Sugih Waras dalam mendidik siswa-siswi. Baik secara akademis maupun karakter.
 "Selain itu, kami memang mengedepankan untuk pembinaan guru untuk mendapatkan bekal yang cukup untuk mendidik, serta para pendidik terkenal sabar dalam mendidik siswa. Jadi kalau mengajar dengan hati maka sampainya juga dengan hati," ujar Ibu Ida. Selain itu, penanaman karakter akhlakul karimah dan juga adab-adab menjadi salah satu daya tarik yang luar biasa bagi masyarakat. Mengingat ke dua hal itu sudah jarang didapatkan pada anak zaman sekarang.
"Kami memang selama ini tidak hanya mengajari siswa-siswi kami tentang bagaimana akademis saja, namun banyak hal tidak tertulis yang kami ajarkan bagi anak didik kami. Seperti akhlak dan adab-adab bermasyarakat". Menjadikan hal-hal kecil dalam akhlak dan adab menjadi penilain yang penting. Sehingga sebagai salah satu standar keberhasilan dalam menjalankan proses belajar selama 6 tahun disekolah.
Siswa itu tidak hanya mempunyai standar kelulusan secara akademis saja. Namun akhlak dan adab menjadi salah satu standar keberhasilan yang harus mereka lewati. Dia berharap, dengan prinsip pembalajaran ini bisa membentuk siswa-siswi yang tidak hanya pandai dalam akademis saja. Namun juga manusia yang berakhlak dan berbudi.
Murid yang baik harus berjiwa bersih, terhindar dari budi pekerti yang hina dina dan sifat-sifat tercela lainnya. Sebagaimana halnya salat, maka menuntut ilmu pun demikian pula. Dia harus dilakukan dengan hati bersih, terhindar dari hal-hal yang jelek, dan kotor, termasuk sifat-sifat yang rendah seperti marah, sakit hati, dengki, tinggi hati, ujub, takabur dan sebagainya.