Mohon tunggu...
Ekky AbiWibowo
Ekky AbiWibowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sociology, Coffee, and Movie

Hai, saya Ekky! Saya seorang yang perhatian dengan berbagai bentuk fenomena sosial, melihat keunikannya, dan memperhatikan detil-detil kecil untuk menjadi bahan analisis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hallyu di Indonesia: Soju Halal, Komodifikasi Agama dan Glokalisasi

30 Januari 2023   15:00 Diperbarui: 30 Januari 2023   21:53 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena ini merupakan suatu bentuk komodifikasi agama, di mana simbol agama dimanfaatkan untuk menarik perhatian pasar atau dengan kata lain suatu produk dilekatkan simbol agama agar menjadi menarik bagi pasar masyarakat muslim di Indonesia.

Penulis melihat bahwa globalisasi tidak hanya soal persebaran neoliberalisme, kapitalisme dan ekonomi pasar yang menghasilkan homogenisasi di berbagai aspeknya, tetapi menghasilkan suatu bentuk baru dalam konteks masyarakat tertentu. Seperti yang diungkapkan Robinson bahwa sebetulnya ketika yang global berinteraksi dengan lokal, maka akan menghasilkan sesuatu yang berbeda yang disebut olehnya sebagai glokal. Sama halnya dengan Hallyu di Indonesia. 

Masyarakat Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam, tidak serta merta menerima sekaligus mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari dari keseluruhan pop culture Korea. Melainkan ada negosiasi-negosiasi yang dasarnya adalah kultur lokal dari masyarakat tersebut yaitu agama Islam, sehingga mereka yang menyukai K-Pop maupun K-Drama dapat memilih konsumsi budaya mana yang masih sesuai dengan religiusitasnya dan mana yang tidak. Dalam hal ini, ketika berkaitan dengan makanan atau minuman yang non-halal seperti soju, mereka sepakat untuk menolaknya.

Hal tersebut juga sebagai bukti bahwa globalisasi tidak melulu soal homogenitas pada persoalan ekonomi atau yang lebih spesifik yaitu ide maupun sistem ekonominya. Melainkan adanya heterogenitas yaitu komodifikasi budaya lokal dan adanya spesialisasi yang sederhana yang memungkinkan penciptaan berbagai produk spesifik. 

Contohnya dalam kasus minuman soju di atas. Soju yang pada dasarnya memang khas minuman beralkohol ternyata dapat dimodifikasi hanya dengan melekatkan simbol halal. Walaupun dari segi esensinya memang berbeda, uniknya produk tersebut dapat menarik pasar lokal tanpa meninggalkan ciri khas Korea. Kondisi ini merupakan hasil interaksi antara pasar global yang penekanannya ada pada liberalism dengan pasar lokal yang memperhatikan preferensi masyarakat sehingga tercipta pasar glokal yang unik.

Fenomena tersebut juga dapat dikatakan sebagai persebaran budaya dalam bentuk yang kosong, atau yang disebut Ritzer sebagai The Globalization of Nothing. Pada dasarnya Hallyu bila menggunakan perspektif Ritzer dikatakan sebagai bentuk yang kosong (nothing), dalam hal ini K-Pop maupun K-Drama. Sedangkan bentuk (budaya) yang memiliki isi (muatan – something) adalah bentuk yang berisi nilai atau preferensi dari setelah produk tersebut bersentuhan dengan muatan lokal. 

Oleh karena itu, produk budaya global memang dapat mudah tersebar secara luas termasuk di Indonesia, tetapi dalam implementasinya pada kehidupan sehari-hari membutuhkan modifikasi tertentu dan direproduksi kembali sesuai dengan preferensi masyarakatnya. Seperti kosmetik ketika bersentuhan dengan pasar lokal menjadi kosmetik halal, atau pakaian ala Korea yang dimodifikasi sesuai dengan fashion hijabers. 

Atau contoh konkret yang disebutkan di atas yaitu soju yang dimodifikasi menjadi soju halal, minuman yang sebelumnya memiliki kaitan erat dengan alkohol ternyata dapat menarik masyarakat muslim. Fenomena Hallyu di Indonesia ini menggambarkan bahwa mereka ingin tetap taat pada ajaran agama, namun di sisi yang lain seakan-akan tidak ingin meninggalkan ciri khas Korea-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun