Mohon tunggu...
Ekky AbiWibowo
Ekky AbiWibowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sociology, Coffee, and Movie

Hai, saya Ekky! Saya seorang yang perhatian dengan berbagai bentuk fenomena sosial, melihat keunikannya, dan memperhatikan detil-detil kecil untuk menjadi bahan analisis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Goyang Biar Cuan: TikTok dan Tragedi Kebudayaan Perspektif Simmel

28 Desember 2022   13:00 Diperbarui: 28 Desember 2022   13:04 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di TikTok, orang-orang atau penggunanya seperti memiliki standarisasi dan normalisasi yang dalam hal ini bila ingin mendapat banyak interaksi dan cepat viral, maka orang-orang, paling tidak, harus bisa membuat video joget. Joget menjadi salah satu standar dari kreatifnya seseorang di TikTok dan hal yang normal bila aktivitas joget tersebut terlihat di realitas nyata sebagai aktualisasi konten yang akan diposting di TikTok.

Contoh kasus di atas juga mencerminkan pemikiran Simmel yang dialektis, yaitu antara interaksi individu dan konteks yang lebih luas terjadi proses timbal balik. Dalam hal ini, interaksi yang terlihat di dalam media sosial, tidak terkecuali TikTok, ternyata berdampak pada standarisasi dan normalisasi dalam menghasilkan uang di internet. Di sisi lain, munculnya standar dan norma di media sosial dalam bentuk dan aspek lainnya akan mempengaruhi interaksi antar penggunanya.

Misalnya, saat ini yang terjadi adalah bila seseorang dengan sengaja mencari attention dengan konten-konten yang provokatif (melecehkan agama, video menyiksa hewan, dan lainnya) maka khalayak juga akan memberikan bentuk interaksi yang berbeda terhadapnya. Jadi dalam persepsi khalayak di realitas maya, terdapat standar dan norma yang mengatur atau mendorong seseorang itu akan viral secara positif atau justru malah “menghukumnya” karena telah melakukan penyimpangan.

Selanjutnya media sosial atau realitas maya saat ini juga mempengaruhi realita yang ada pada dunia fisik. Dalam konteks masyarakat modern yang oleh Simmel diaktualisasikan dalam pembagian pekerjaan yang terspesialisasi, media sosial mengambil peran penting dalam mengisi fenomena tersebut. Saat ini banyak perkantoran, khususnya di bidang bisnis, yang berminat pada orang-orang yang aktif di media sosial atau orang-orang yang memiliki banyak followers.

Hal tersebut didasarkan pada nilai yang ada pada status pengguna di media sosial tersebut berdampak pada “pemberian harga” terhadap identitasnya. Jadi seseorang dapat lebih berharga bila dia aktif di media sosial atau memiliki jumlah followers yang banyak, di mana hal tersebut dapat mengisi salah satu job di perusaahan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun