Mohon tunggu...
Eki Saputra
Eki Saputra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penulis lepas, pelahap buku, pencinta dongeng. Menulis apa pun yang sedang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemiskinan Bukan Privilese, Berhenti Membodohi Orang Miskin

13 April 2022   04:31 Diperbarui: 13 April 2022   04:37 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang miskin (Pixabay.com)

Miskin itu privelese, bunyi salah satu konten yang saya temukan di medsos hari ini. Di tengah asyiknya berselancar di gelombang postingan instagram yang membludak, saya tercenggang, jemari mendadak keram, terhenti, usai membaca postingan itu. 

Pasalnya, belum kering berita penangkapan pemengaruh yang mempopulerkan istilah itu, yang belakangan ketahuan menipu lewat judi berkedok trading, dan kini ungkapan menyebalkannya itu kembali dipopulerkan lagi oleh akun IG layanan bimbingan konseling. Timbul pertanyaan di benak saya: Benarkah ungkapan itu?

Ajakan Bersyukur
Mengajak orang-orang bersyukur tentu saja baik. Orang kaya, misalnya, bersyukur bisa jalan-jalan ke luar negeri sekali seminggu atau bahkan setiap hari seperti halnya dia ingin buang air. Kelompok menengah ke atas barangkali bersyukur bisa mengadakan hajatan kawinan mengundang satu kampung, alumni sekolah, kolega, serta kenalan jaman balita. 

Kelompok menengah ke bawah mungkin bersyukur, setidaknya, gajinya sudah UMR sehingga cukup mencicil kredit motor dan membayar tunggakan kontrakan. Kelompok miskin bersyukur sudah bisa makan dengan minyak goreng mahal walau kadang-kadang diperoleh dari hasil mengutang. Nah, benarkah semua bentuk kebersyukuran mereka itu pantas kita sebut privilese?

Kata privilese diserap dari bahasa Inggris, yakni "Privilege" yang artinya hak istimewa. Jadi, privilese ialah keuntungan, kemanfaatan, atau bantuan khusus yang didapatkan oleh individu yang belum tentu bisa dicapai individu yang lain. Hak-hak ini bisa terjadi karena adanya stratifikasi sosial atau adanya kesenjangan ekonomi antara kelompok satu terhadap kelompok lainnya. Jika diibaratkan orang yang naik tangga, privilese adalah anak tangga paling atas yang paling mendekati tujuan. Sementara anak-anak tangga di bawahnya masih jauh.

Kata "istimewa" di sini jelas antitesis dengan "tidak istimewa". Suatu hak tidak akan disebut istimewa lagi jika sudah bisa dinikmati semua orang. Hanya yang sifatnya terbataslah yang layak disebut istimewa.

Sungguh pernyataan aneh dan janggal menganggap kemiskinan itu adalah hak istimewa. Apakah hidup melarat dan mendapat sembako dari pemerintah adalah sebentuk keistimewaan? Apakah mereka yang gagal melanjutkan pendidikan karena kekurangan biaya dan terpaksa bekerja sebagai buruh kasar dan tidak terdidik adalah hak istimewa? 

Apakah mereka yang mengidap sakit keras lalu meninggal tanpa sempat berobat ke rumah sakit adalah hak istimewa? Apakah anak-anak perempuan yang cepat-cepat dinikahkan di usia muda mereka karena beban kemiskinan adalah hak istimewa?

Ungkapan "miskin itu privilese" tidak lebih usaha orang-orang berprivilese menyangkal keuntungan yang mereka nikmati selama ini. Mereka mencoba mengaburkan kesenjangan yang ada dengan menghilangkan batasan-batasan yang sejatinya tidak kasat mata, tetapi sangat kentara.

Dengan menutupi fakta, mereka seolah-olah hendak mengajak orang-orang miskin mengglorifikasi kesusahan mereka. Membuat mereka berkata dengan yakin: "Hei! Tak apa aku hidup miskin. Biar miskin aku gembira sebab aku punya privilese." Atau ironisnya malah jadi menyalahkan diri, "Aku miskin sepenuhnya karena kesalahanku. Padahal, semua orang sudah punya privilese masing-masing, dan aku tidak memanfaatkannya dengan baik sehingga jadilah aku sekarang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun