Mohon tunggu...
Eki Saputra
Eki Saputra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penulis lepas, pelahap buku, pencinta dongeng. Menulis apa pun yang sedang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kapan (Wabah) Berakhir?

5 Mei 2020   14:16 Diperbarui: 5 Mei 2020   14:07 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: potret kemiskinan via pexels.com (PEXELS.COM/SERGIO-OMASSI)

Kapan?
Tak seharusnya kau bertanya kapan
Jika anak-anak bangsa mati kelaparan
Kau bisa bersembunyi dalam kotak
Duduk manis depan televisi menyala
Tidur, tidur, dan mengeluh

Sementara mereka mengetuk kaca layar datar
Berteriak, berkerumun, dan menangis
Mengiba, terlunta, dan putus asa
Dan kau tidur, tidur, mengeluh

Kau buka lemari penuh roti dan susu
Makan lahap tidak takut tersedak
Sedangkan di balik dinding tebalmu anak kecil terisak
Tiada beras selain air buat ditanak
Dan kau masih saja tidur, tidur, mengeluh

Mengais di dasar-dasar sampar
Mengantar maut ke terasmu
Kau tiada peduli
Penting kenyang dan terus saja bertanya kapan?

Keretamu telah berjalan sampai ke pemberhentian
Sedangkan mereka naik kereta-kereta yang rongsok dan ditinggalkan
Kau getir bicara kemiskinan
Naif kau panggil nasib
Naas kau sebut takdir
Mati kau anggap resiko

Kenapa kau tak sesekali intip jendela?
Tangan yang kau kira bahaya
Bola mata yang tampak asing
Mereka butuh tangan-tanganmu jua
Belas kasih ikhlas akan memberi kita harapan
Tanpa perlu lagi bertanya kapan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun