Perbedaan paling mencolok antara pejabat Indonesia dan pejabat di negara lain adalah gaya hidup. Di Indonesia, pejabat sering tampil dengan mobil mewah, pesta keluarga megah, serta fasilitas berlebihan yang menegaskan jarak dengan rakyat. Sebaliknya, pejabat di negara Nordik atau Selandia Baru justru menjaga kesederhanaan: mereka menggunakan transportasi umum, berbelanja di pasar biasa, dan menolak fasilitas berlebihan.
Citra elitis yang ditampilkan pejabat Indonesia memperparah persepsi negatif masyarakat, karena muncul kesan bahwa mereka menikmati status "kelas bangsawan modern" yang dibiayai oleh pajak rakyat.
Kinerja dan Hasil Kerja
Masalah lain yang membuat isu gaji pejabat semakin sensitif adalah ketidakseimbangan antara pendapatan tinggi dan hasil kerja. Di Indonesia, birokrasi masih lambat, korupsi merajalela, dan kebijakan publik kerap berubah mengikuti kepentingan politik. Memang ada capaian infrastruktur fisik yang signifikan, namun kualitas layanan pendidikan, kesehatan, dan transportasi publik masih jauh dari harapan.
Bandingkan dengan Swedia yang menyediakan pendidikan dan kesehatan gratis, Jepang dengan transportasi publik kelas dunia, atau Singapura dengan perumahan bersubsidi untuk mayoritas rakyatnya. Di negara-negara tersebut, gaji tinggi pejabat dianggap sepadan karena layanan publik yang mereka hasilkan jelas terasa oleh masyarakat.
Sensitivitas rakyat Indonesia terhadap gaji pejabat bukan semata-mata persoalan jumlah, melainkan masalah legitimasi. Kesenjangan pendapatan yang terlalu besar, fasilitas dan gaya hidup yang elitis, minimnya transparansi, serta kinerja yang belum optimal membuat publik sulit menerima.
Negara-negara lain menunjukkan bahwa ada berbagai model yang lebih sehat: menjaga rasio wajar antara gaji pejabat dan gaji rakyat, memastikan transparansi, membatasi fasilitas mewah, serta menuntut kinerja tinggi yang benar-benar kembali kepada masyarakat.
Selama hal-hal tersebut belum diwujudkan di Indonesia, gaji pejabat akan selalu menjadi isu sensitif yang memicu kritik dan ketidakpercayaan publik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI