Mohon tunggu...
Eka Satya Putra
Eka Satya Putra Mohon Tunggu... Pensiunan, praktisi manajemen manufaktur

Hobi membaca sebagai wacana eksplorasi dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengapa Transdisiplinaritas Muncul? Sebuah Renungan atas Jawaban Zaman

25 September 2025   07:14 Diperbarui: 25 September 2025   07:14 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap zaman melahirkan caranya sendiri dalam memahami dunia. Jika abad ke-19 dan awal ke-20 ditandai oleh spesialisasi dan pembagian ilmu yang rapi, maka paruh kedua abad ke-20 memperlihatkan retakan-retakan pada tembok disipliner itu. Transdisiplinaritas bukanlah sebuah ide yang jatuh dari langit; ia adalah jawaban yang lahir dari desakan realitas yang semakin rumit.

Sebelum Melangkah Lebih Jauh: Memahami Istilahnya

Agar kita berada pada frekuensi yang sama, penting untuk membedakan dua hal yang sering tumpang tindih:

  • Transdisiplinaritas (Transdisciplinarity) adalah sebuah paradigma atau visi pengetahuan. Ia adalah paham yang meyakini bahwa realitas yang kita hadapi adalah sebuah kesatuan yang kompleks dan tak terpisahkan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan harus berusaha melampaui (trans-) batas-batas disiplin ilmu yang kaku untuk menciptakan pemahaman yang lebih holistik dan terintegrasi. Dalam paradigma ini, tidak hanya ilmu alam dan sosial yang berkolaborasi, tetapi juga pengetahuan akademik harus berdialog dengan pengetahuan praktisi, komunitas lokal, dan kearifan budaya. Tujuannya adalah mencapai "kesatuan pengetahuan di balik kesatuan realitas."

  • Transdisipliner (Transdisciplinary) adalah sebuah pendekatan atau metode kerja. Ini adalah cara praktis mewujudkan paradigma transdisiplinaritas. Sebuah penelitian atau upaya pemecahan masalah disebut transdisipliner jika ia melibatkan integrasi nyata dari konsep, teori, dan metode dari berbagai disiplin (interdisipliner) serta melibatkan pemangku kepentingan non-akademik di luar menara gading untuk bersama-sama merumuskan masalah dan mencari solusi. Kata kuncinya adalah integrasi dan kolaborasi yang melampaui sekat-sekat tradisional.

Dengan pemahaman ini, mari kita menelusuri titik-titik balik dalam sejarah yang memaksa manusia untuk beralih dari cara pikir yang terdisiplin menuju cara pikir yang transdisipliner.

1.1 Pendaratan di Bulan: Sebuah Simfoni Pengetahuan

Bayangkan tahun 1969. Manusia untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di bulan. Pencapaian Apollo 11 sering kita rayakan sebagai kemenangan teknologi, tetapi jika kita renungi lebih dalam, ia sesungguhnya adalah monumen bagi kolaborasi transdisipliner. Sebuah pencapaian yang mustahil terwujud hanya dengan mengandalkan fisika roket semata.

Di baliknya, bergerak sebuah orkestrasi pengetahuan yang masif: matematika merancang trajectory, rekayasa membangun mesin yang sanggup bertahan di lingkungan ekstrem, ilmu komputer yang masih sangat muda merancang sistem navigasi, psikologi mempersiapkan ketahanan mental astronot, bahkan seni komunikasi diperlukan untuk menyampaikan momen bersejarah ini kepada dunia. Yang lebih menarik, misi ini justru melahirkan disiplin-disiplin baru---seperti teknik aerospace dan rekayasa sistem---yang pada hakikatnya adalah peleburan dari berbagai ilmu yang sudah ada. Di sini, jauh sebelum istilahnya populer, pendekatan transdisipliner telah membuktikan dirinya bukan sebagai teori, melainkan sebagai praktek nyata menaklukkan tantangan yang paling ambisius.

1.2 Krisis Energi 1970-an: Modernitas Menunjukkan Batasnya

Beberapa tahun kemudian, dunia diingatkan akan rapuhnya fondasi kemajuan itu sendiri. Embargo minyak oleh OPEC pada 1973 dan 1979 bagaikan gempa yang mengguncang sendi-sendi peradaban industri. Pabrik-pabrik terpaksa berhenti, inflasi melonjak, dan negara-negara adikuasa sekalipun merasa tak berdaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun