Mohon tunggu...
Ekasakti Octohariyanto
Ekasakti Octohariyanto Mohon Tunggu... Profesional Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Kebijakan Kesehatan

Ekasakti Octohariyanto adalah seorang profesional di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat serta kebijakan kesehatan, yang saat ini aktif menjabat Seksi SDMK di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta. Saat ini ia juga sebagai mahasiswa magister di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dengan peminatan Kebijakan dan Hukum Kesehatan, serta menjabat sebagai ketua angkatan pascasarjana FKM UI. Dalam perannya, Ekasakti mengedepankan visi pembangunan komunitas akademik yang berfokus pada kemajuan ilmiah, kontribusi sosial, dan kolaborasi strategis, yang ia konkretkan melalui misi yang dikenal dengan akronim KAPAL, SELAM, dan IMPIAN, sebagai peta jalan pengembangan kepengurusan mahasiswa pascasarjana. Selain itu, Ekasakti juga aktif dalam organisasi profesi dan advokasi kebijakan kesehatan, termasuk Akselerasi Puskesmas Indonesia (APKESMI), sebuah asosiasi nasional yang bergerak dalam peningkatan mutu layanan dan sistem akreditasi Puskesmas di Indonesia. Ia sering terlibat dalam penyusunan kebijakan strategis, seminar nasional, dan penguatan sistem manajemen SDM Kesehatan, serta menjadi bagian dari tim nasional yang mempersiapkan proses akreditasi ISQua bagi Lembaga Penyelenggara Akreditasi. Ekasakti memiliki minat kuat pada isu-isu pemerataan tenaga kesehatan, reformasi pembiayaan pelayanan primer, dan penguatan regulasi berbasis bukti, serta dikenal karena kemampuannya menyusun narasi strategis, policy brief, dan melakukan analisis kebijakan berbasis data lapangan dan penelitian ilmiah. Secara pribadi, ia dikenal sebagai figur yang memadukan pemikiran sistematis dengan keterlibatan sosial aktif di MPPK Ikatan Dokter Indonesia, Dewan Pakar MPP Ikatan Cendekiawan Muslim Se Indonesi (ICMI), Ikatan Alumni UI (ILUNI UI) tingkat Universitas, Fakultas bahkan Prodi dan berbagai Organisasi Masyarakat, Organisasi Pergerakan dan Kerelawanan tingkat nasional, menjadikannya inspirasi bagi generasi muda tenaga kesehatan yang ingin berkontribusi pada pembangunan sistem kesehatan nasional yang lebih adil, efisien, dan berpihak pada rakyat.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Puskesmas di Garda Terdepan: Saatnya Diagnostik Diperkuat dari Akar

27 Mei 2025   13:32 Diperbarui: 27 Mei 2025   13:32 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


d Fitria Oriza, MKM, Sekretaris Bidang APKESMI bersama drg Putih Sari, Anggota Komisi IX DPR RI sebagai Peserta Dialog
d Fitria Oriza, MKM, Sekretaris Bidang APKESMI bersama drg Putih Sari, Anggota Komisi IX DPR RI sebagai Peserta Dialog
"Kesehatan masyarakat tidak cukup ditangani saat sudah jatuh sakit. Deteksi dini dan skrining harus menjadi senjata utama. Dan Puskesmas adalah prajurit pertama di medan itu."

Pernyataan tersebut bukan sekadar retorika. Di tengah transformasi sistem kesehatan nasional yang kini bergulir cepat, penguatan layanan diagnostik menjadi elemen kunci yang tak bisa ditunda. Kita tidak hanya berbicara soal alat dan teknologi, tapi soal strategi dan keberpihakan sistem. Dan dalam hal ini, Puskesmas seharusnya menjadi aktor utama, bukan sekadar pelaksana program.

Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit: penyakit menular seperti TBC dan DBD masih membayangi, sementara penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit jantung perlahan tapi pasti menggerogoti daya tahan masyarakat. Sayangnya, masih terlalu banyak kasus yang ditemukan dalam kondisi lanjut, padahal skrining dan deteksi dini adalah solusi paling murah dan paling efektif.

Labkesmas dan Program Skrining: Sudahkah Setara di Akar?
Kita patut mengapresiasi upaya pemerintah dalam memperkuat Labkesmas dari tingkat nasional (Tier 5) hingga Puskesmas (Tier 1). Namun, realitas di lapangan menunjukkan ketimpangan besar. Banyak Puskesmas belum memiliki tenaga analis laboratorium, keterbatasan alat, serta minimnya sistem pencatatan yang terintegrasi. Bahkan, sebagian besar masih bergantung pada penginputan manual ke berbagai aplikasi yang tidak saling berbicara satu sama lain.

Program Cek Kesehatan Gratis sejatinya sangat potensial. Tapi tanpa strategi nasional diagnostik yang mengutamakan layanan primer, program ini berisiko menjadi gerakan sesaat, bukan sistem yang berkelanjutan.

Masihkah Puskesmas Dianggap Tambahan?
Dalam setiap diskusi kebijakan, Puskesmas kerap disebut. Tapi dalam pembiayaan, regulasi, dan pelatihan---posisinya masih rentan. Sudah saatnya ada keberanian politik untuk mengalokasikan insentif berbasis kinerja (pay-for-performance) pada capaian skrining Puskesmas, termasuk menempatkan SDM analis laboratorium sebagai kebutuhan wajib, bukan opsional.

Solusi yang dapat diprioritaskan adalah:
1. Sistem pencatatan skrining harus disederhanakan dan terintegrasi dalam platform tunggal berbasis SATUSEHAT.
2. Pembiayaan skrining di Puskesmas harus masuk dalam skema kapitasi berjenjang atau DAK khusus.
3. Kolaborasi dengan dunia usaha dan universitas dibuka untuk pilot teknologi diagnostik portabel berbasis kebutuhan layanan primer.

Kolaborasi atau Kompetisi?

Jangan sampai sektor primer dan sekunder berlomba dalam skrining dan diagnostik. Yang diperlukan adalah jejaring rujukan yang solid. Puskesmas harus menjadi penyaring awal yang cepat dan akurat, sementara rumah sakit menjadi tempat penanganan lanjutan. Kolaborasi lintas sektor dan lintas level layanan harus difasilitasi dengan regulasi yang adil dan berpihak pada akses.

Diagnostik adalah Keadilan Kesehatan
Diagnostik bukan hanya soal teknologi, tetapi tentang keadilan. Setiap warga, dari kota sampai pelosok, berhak tahu kondisi kesehatannya lebih awal, sebelum terlambat. Dan keadilan itu harus dimulai dari Puskesmas.

Puskesmas tidak boleh hanya dilihat sebagai pelengkap, tetapi sebagai pondasi. Tanpa menguatkan layanan primer, strategi nasional diagnostik hanya akan menjadi menara gading. Maka kini saatnya kita bertanya: apakah strategi nasional ini membumi---atau hanya berputar di awang-awang?

Ekasakti Octohariyanto
Sekretaris Jenderal APKESMI (Akselerasi Puskesmas Indonesia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun