Mohon tunggu...
Eka Mastika
Eka Mastika Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika SMP

Guru matematika di Buleleng Bali dan sanggar belajar Mastika Education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Reformasi Dunia Pendidikan Indonesia Menuju Sistem Pendidikan yang Modern

12 Januari 2015   12:42 Diperbarui: 4 April 2017   17:06 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Proses komunikasi antara siswa dan guru lebih minim dan terbatas hanya pada materi pembelajaran yang diberikan

Proses komunikasi antara siswa dan guru menjadi lebih fleksibel dan memberikan kesempatan pada guru untuk mendengar lebih banyak keluh kesah siswa mengenai permasalahn yang sering dihadapinya. Guru dapat menjawab sewaktu-waktu pertanyaan dari siswa tanpa harus menunggu bertemu di sekolah

Guru hanya dapat menilai perkembangan anak selama pembelajaran berlangsung atau paling tidak selama jam sekolah berlangsung.

Guru meiliki kesempatan yang luas untuk menilai perkembangan anak apalagi media berbasis moodle atau quipper school dapat merekam jejak kemampuan mereka termasuk kerajinan mereka dalam mengerjakan tugas yang diberikan ataupun dari diskusi-diskusi di luar kelas yang dilakukan

Melalui reformasi dibidang pendidikan dan pembelajaran ini diharapkan guru akan mampu mengambil peran yang strategis didalamnya sehingga akan mampu mengembalikan fungsi guru yang sesungguhnya yaitu memberikan inspirasi bagi semua anak didiknya. Dengan reformasi ini pula kita akan dapat mengembalikan sekolah itu menjadi taman yang menyenangkan dan membahagiakan bagi siswanya sehingga akan tumbuh insan yang berkarakter dan memiliki tujuan hidup yang jelas.

2.2. Homeschooling Terintegrasi sebagai Alternatif Pendidikan Modern

Setiap hari sekolah, jutaan siswa bergerak serempak dari kelas ke kelas di mana mereka melakukan pembelajaran 4 sampai 5 jam. Meskipun hal ini adalah hal yang biasa dimana ada 20 sampai 50 anak didik di dalam ruangan, namun terkadang ada sedikit interaksi yang aktual. Model pendidikan ini sudah sangat umum dan juga kita telah menerimanya sebagaimana adanya. Selama berabad-abad, system ini telah menjadi cara yang paling ekonomis untuk "mendidik" sejumlah besar siswa.

Sekolah yang selama ini kita pikir harus berada di tempat dan ruangan yang berbeda selain di rumah ternyata bisa juga terjadi di kediaman kita. Asosiasi yang kemudian muncul biasanya adalah tentang home schooling. Trend saat ini memang pendidikan home schooling menjadi anti tesis dari sebuah kebiasaan tradisional yang sudah berlangsung sejak lama bahwa sekolah adalah sekolah dan rumah adalah rumah. Sekolah adalah tempat seseorang belajar dan bertemu dengan seorang guru, sedangkan, rumah adalah tempat seorang beristirahat. Lalu, bagaimana jika kemudian dikembangkan sebuah metode baru yang mengandalkan teknologi masa kini bahwa belajar tetap di sekolah dan rumah adalah sebuah tempat memperdalam ilmu yang dipelajari atau yang tidak diserap ketika seorang siswa berada di sekolah?

Seperti yang telah disampaikan di atas perlu adanya transformasi model pendidikan yang ada sekarang ini. Khan (2012.a) mengatakan bahwa tidak perlu membenturkan antara pendidikan di sekolah regular dengan homeschooling dalam artian bahwa pendidikan di sekolah masih tetap diperlukan, dimana bagian-bagin pelajaran yang tidak bisa terlalu diserap oleh anak didik disekolah dapat dimaksimalkan melalui kegiatan belajar di bus, di taman, ataupun dirumah tanpa batas waktu. Hal ini justru lebih efektif karena siswa yang sudah paham bisa langsung berlanjut ke materi selanjutnya. Khan (2012.a) juga menekankan bahwa tidak bisa menafikan peranan guru sebagai pembimbing anak didik, hanya saja sebagai guru dituntut menjadi lebih kreatif dalam membelajarkan anak didik serta menunjukkan kesabaran dalam membimbing anak didiknya.

Perlu digaris bawahi homeschooling yang dimaksud disini adalah model pendidikan di luar jam sekolah dengan memanfaatkan teknologi sehingga siswa merasa tetap belajar disekolah bersama komunitas kelasnya. Homeschooling ini nantinya akan berintegrasi dengan kegiatan persekolahan yang sudah biasa dilakukan sehingga diharapkan akan memberikan tambahan pengetahuan melalui kegiatan-kegiatan yang lebih bermakna.

Melalui inovasi pembelajaran yang dilakukan guru maka pola sekolah regular dan homeschooling yang terintegrasi akan dapat diwujudkan. Guru dapat membuat video pembelajaran yang berisikan tentang konsep-konsep yang harus dikuasai oleh anak didik dan menguploadnya ke youtube ataupun mengintegrasikannya ke dalam moodle. Sifat moodle yangmerupakan media sosial di bidang pendidikan akan memberikan kesempatan siswa mendiskusikan materi yang telah di lihatnya. Disini juga akan terjadi komunikasi dan interaksi seperti di sekolah regular dan tentu saja guru juga bisa menjadi pembimbing dalam diskusi tersebut. Jika memang dalam diskusi belum menemui titik temu, maka diskusi ini bisa dilanjutkan pada pertemuan tatap muka di kelas.Hal ini sangat membantu dalam menuntaskan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dengan waktu yang tersedia menjadi lebih banyak dibandingkan sistem pendidikan tradisional.

Melalui media yang inovatif seperti moodle guru akan dapat memberikan tugas kepada siswa setiap saat dan siswa diberikan kesempatan mengumpulkannya setiap saat namun tetap memberikan batas akhir.Namun batas akhir yang diberikan menjadi lebih fleksibel karena tidak harus bertemu guru secara langsung namun cukup mengupload apa yang telah dikerjakannya dalam batas waktu yang diberikan. Media pembelajaran moodle atau sejenisnya akan mampu merekam aktivitas siswa setiap harinya sehingga guru juga bisa menilai aspek sikap dari siswa misalnya kerajinan dan tanggung jawabnya. Guru juga akan dapat merevisi atau menambahkan materi pembelajaran setiap saat sehingga siswa dapat mendiskusikannya setiap saat.

Konsep homeschooling seperti yang dipaparkan di atas sangat menuntut juga peran orang tua yang seharusnya sebagai bagian yang paling dekat dengan anak didik itu sendiri. Kemdikbud (2014) menyataka

n bahwa keluarga sebagai salah satu dari trisentra pendidikan adalah tempat pendidikan yang pertama dan utama. Kinerja akademik anak di sekolah pun sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar sekolah, utamanya di rumah. Sangat penting untuk melibatkan orangtua secara aktif dalam proses pendidikan anak didik agar pembelajaran yang diterima anak bisa selaras dan tidak saling menegasikan. Perlu disebarkan program-program yang mendukung orangtua mendapatkan panduan dan bimbingan dalam mengawal proses pendidikan dan tumbuh kembang anaknya. Ini mengakibatkan juga interaksi antara guru, orang tua dan sekolah mutlak diperlukan dalam proses transformasi pendidikan ini.

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengintegrasikan antara pendidikan sekolah dan homeschooling sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

Tabel 2.Fungsi Pendidikan Sekolah maupun Pendidikan Homeschooling

Pendidikan Sekolah


Pendidikan Homeschooling

Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bermakna dalam membangun soft-skill dari peserta didik seperti interaksi sosial, pemecahan masalah dan kegiatan-kegiatan keemimpinan

Kegiatan difokuskan pada penanaman konsep-konsep setiap kompetensi dan diskusi bersama orang tua dan gurunya melalui media yang berbasis teknologi

Pembelajaran dilaksanakan dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan

Pembelajaran dilaksanakan di luar jam sekolah reguler baik di bus, taman ataupun di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun