Mohon tunggu...
Arsyad Iriansyah
Arsyad Iriansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pengalaman adalah guru, setiap orang adalah murid dan guru.

Arsyad Iriansyah sudah menyukai dunia blog atau menulis saat duduk di kelas 1 SMA. Blog pertamanya masih ada yaitu arsyadiriansyah.com . Lebih banyak menulis pengalamannya menjadi relawan guru, toleransi, kehidupan sehari-hari, dan tak jarang menulis hal serius tentang isu kebijakan publik. Selain itu, ia tidak lebih dari anak muda lainnya yang hanya ingin belajar, belajar dan belajar. Dapat dihubungi via surel arsyadiriansyah@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kehangatan Masyarakat Pegunungan Bintang dan Toleransi yang Tak Sekadar Bicara

6 Januari 2017   09:27 Diperbarui: 6 Januari 2017   11:09 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka belum belajar perputaran jam. Jadi patokan untuk masuk ke sekolah adalah pesawat terbang yang terbang di atas kepalanya. Mereka baru berangkat ke sekolah ketika pesawat di pagi hari ada yang datang. “Nguuuuiiiiing.....” suara gemuruh pesawat memecahkan telinga tiap pagi. Tak lama dari itu baru anak-anak berbondong-bondong datang.

Apa ada pengalaman menarik dan lucu kamu dengan anak-anak di sana?
Suatu ketika saya mengajar murid saya kelas 3 SD. Anak-anak banyak yang tidak membawa alat tulis.

“Ibu Guru, saya tidak bawa pulpen,” seru Brian dengan polos.

“Ibu Guru saya juga,” sahut lagi Ian dengan berteriak tak mau kalah.

Dan hampir semua muridku ternyata tidak membawa pulpen.

“Baik kalau begitu, Ibu guru mau kalian keliling kau punya lapangan 5 kali," jawabku dengan tegas berharap anak-anak mengerti maksudku adalah untuk memberikan konsekuensi karena mereka tidak membawa alat tulis.


Dan apa yang terjadi?

“Horeeeeeee...... saya keliling lapangan to Ibu guru?” tanya Brian dengan polos.

“Saya juga ibu guru,” balas Dina anak kelas 3 yang ternyata dia membawa pulpen.

“Saya.. Saya.. Saya....” sahut anak-anak serempak. Seisi ruangan kelas akhirnya mengelilingi lapangan.

Aku tertawa dalam hati. Ada-ada saja ini anak-anak, mereka belum mengerti apa arti konsekuensi dan mengganggap itu kebahagiaan. Ya, Sesederhana itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun