Mohon tunggu...
Eka khusnul Setyana
Eka khusnul Setyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka membaca novel dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Laporan Keuangan melalui Perhitungan Rasio Keuangan Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas pada 4 Perusahaan Manufaktur di Indonesia

5 Desember 2023   18:51 Diperbarui: 5 Desember 2023   19:27 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

img-5576-656f009cde948f1456543c12.jpeg
img-5576-656f009cde948f1456543c12.jpeg

Sumber: Data sekunder diolah oleh peneliti (2023)
Sumber: Data sekunder diolah oleh peneliti (2023)
Berdasarkan diagram diatas, rasio likuiditas INTP di tahun 2021 adalah 2,43 artinya setiap Rp 1 utang lancer dijamin oleh Rp 2,43 aset lancar, kemudian di tahun 2022 adalah 2,13 yaitu mengalami penurunan sebesar 3% jika dibandingkan tahun 2021 artinya perusahaan menurun dan mengalami penyusutan dalam pengelolaan likuiditasnya.

Rasio likuiditas SMBR tahun 2021 adalah 2,15 artinya dari setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh Rp 2,15 aset lancar, namun di tahun 2022 adalah 1,72 artinya mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 43% dibandingkan pada tahun 2021 perusahaan tidak mampu menutupi utang lancar dengan asset lancar yang dimilikinya.

 Rasio likuiditas SMGR di tahun 2021 adalah 1,1 sedangkan di tahun 2022 mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 1,44 atau sekitar 34%, artinya perusahaan mampu menjamin semua utang lancar perusahaan dengan asset lancar, dan semakin membaik pula pengelolaan likuiditas perusahaannya. 

Rasio likuiditas WTON pada tahun 2021 yaitu 1,11 kemudian pada tahun 2022 menjadi 1,12 artinya terjadi kenaikan walaupun tidak signifikan, maka perusahaan dikatakan stabil dalam mengelola likuiditasnya.

Sumber: Data Sekunder diolah oleh peneliti (2023)
Sumber: Data Sekunder diolah oleh peneliti (2023)


Sumber: Data Sekunder diolah oleh peneliti (2023)
Sumber: Data Sekunder diolah oleh peneliti (2023)
Berdasarkan diagram diatas, ratio likuiditas INTP pada tahun 2021 adalah 1,32 artinya setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh Rp 1,32 kas dan setara kas, kemudian di tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 0,93 atau sekitar 39%, artinya kemampuan perusahaan dalam menangani utang lancar yang dijamin kas dan setara kas kurang efisien jika dibandingkan tahun sebelumnya.

 Ratio likuiditas SMBR di tahun 2021 adalah 1,13 kemudian di tahun 2022 menjadi 0,98 yang berarti likuiditas perusahaan mengalami penurunan sekitar 15%. Rasio likuiditas SMGR di tahun 2021 adalah 0,2 kemudian di tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi 0,45 atau sekitar 25% artinya setiap Rp 1 utang lancar perusahaan mampu di jamin oleh kas dan setara kas yang dimiliki.

 Rasio likuiditas WTON di tahun 2021adalah 0,34 kemudian mengalami penurunan pada tahun 2022 menjadi 0,28 atau 1% namun tidak terlalu signifikan sehingga masih dapat dikatakan stabil.

img-5580-656f051ede948f1d290be602.jpeg
img-5580-656f051ede948f1d290be602.jpeg

Sumber: Data sekunder diolah peneliti (2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun