Dari semua komedi yang terjadi di dalam hidup ini, kenapa tak sekalipun hal kocak menghiasi moment sahur ramadanku?
Sepanjang hari pikiran saya sibuk mengingat momen ramadan yang telah dilalui selama ini, khususnya hal kocak yang membuat ramadan menjadi bewarna. Layaknya seseorang sedang mengacak channel televisi melalui remote, begitulah gambaran di benak ini. Namun, entah kenapa tak ada satu peristiwa menarik soal kekocakan yang pernah saya alami selama menjalankan ibadah sahur ramadan.Â
Percayalah hidup saya penuh banyak komedi. Saking banyak hal -hal 'error' yang tidak biasa terjadi dalam aktivitas sehari -hari ibuk saya sempat meminta anaknya ink pergi ke psikiater ; memastikan apakah saya baik - baik saja.
Dari mulai salah beli belanjaan hingga hal -hal random lainnya yang bikin kepala penghuni rumah geleng geleng kepala ngelihat tingkah kocak saya.Â
Tapi, kenapa tak ada sekalipun pengalaman kocak terjadi saat sahur ramadan saya?
Kebingungan saya soal ingatan tentang kejadian kocak apa yang pernah saya alami selama ramadan sempat saya lemparkan ke group pertanyaan.Â
Pasalnya, kakak dan adik saya kerap membuat daftar 'perbuatan random Eka ' saya yang nantinya menjadi bahan gorengan saat di ruang keluarga.Â
" Bagi ide dong kejadian lucu saat sahur ? "
Sayangnya, tidak ada yang merespon pertanyaan tersebut.Â
Ehm ....Â
Hanya Sekedar Drama Biasa
Ingatan saya tentang bagaimana sahur ramadan yang saya lalui selama ini di rumah tak lepas dari drama yang 'itu itu saja' yang terus berulang setiap tahunnya. Drama bangun sahur tentunya. Alarm tidak berfungsi sebaik teriakan ibuk dari bawah membangunkan anak -anaknya yang tidur di lantai atas.Â
" Ka, sahur !"Â
Tentu teriakan awal ini tidak digubris dengan baik. Betapa posesifnya kasur dan selimut terhadap diri ini. Duh, gimana mo bangun rumah tangga kalau bangun sahur aja masih aja bergantung pada teriakan ibuk ! * eh Â
Lima belas menit kemudian , ibuk kembali berteriak dengan kebohongan yang tidak pernah berubah. Ya, kali tante tante berusia 30-an tahun ini masih ada direcoki dengan kedustaan yang sama. ehm ...
" Ka, bangun udah imsak . Udah jam setengah lima !"Â
Padahal jam di ponsel pintar yang berada di sisi bantal baru menunjukkan pukul 03.35 WIB.Â
Drama biasa ini terkesan membuat saya terkesan sebagai anak durhaka yang masih membuat ibuk saya kesulitan membangunkan saya untuk sahur.Â
Harusnya di usia saya yang tak lagi anak - anak ini, saya bangun lebih awal dan berbagi peran dalam perihal menyiapkan makanan sahur untuk keluarga. Duh, bukannya kocak tapi malah menjadi cerita miris ini mah. Hiks !
Tentang Mimpi Menjadi Lebih BaikÂ
Namun, meskipun tak ada cerita kocak, ramadan dan sahur menyisakan ruang pembelajaran berarti bagi diri saya. Bukan sekedar drama perihal bangun sahur semata, tapi bisa dikatakan sebagai ruang pendidikan.Â
Yup, kali ini saya menjadikan ramadan untuk berlatih menjadi pribadi yang lebih baik yang tak lagi bergantung pada ibuk saya terutama dalam perihal drama bangun sahur.Â
Yah, siapa tahu dengan kemandirian dalam perihal sahur ini, Allah memberi kepercayaan bagi diri ini menjalankan ramadan tahun depan dengan teman hidup. Siapa tahu
Alih -alih membagikan cerita kocak yang tak satu pun saya kenang, tak ada salahnya mengukirkan harapan indah, bukan?Â
****
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI