Pada jaman sekarang, terlebih di dunia yang serba mudah kita bisa menemukan "cerita", "pandangan", "prinsip/teori" yang menguatkan posisi kita, keadaan kita, dan bisa juga mengokohkan keputusan yang sudah kita jalani atau akan kita buat.
Beda sama jaman dahulu, pandangan, cerita dan hal lainnya, itu cma bisa kita liat dari sekitar kita, omongan orang tua dan mungkin tetangga, informasi yang bisa digapai hanya sedikit, dan belum tentu "memuaskan" apa lagi menguatkan posisi kita sebagai manusia.
Dan menariknya menurut hemat saya perkembangan teknologi mempengaruhi kerja akal, semakin manusia mendapat berbagai informasi semakin hebat kerja akalnya, saya tidak bilang pintar atau cerdik, namun kerja akal yang lebih dari itu.
Lebih dari itu, disini yang menjadi fokus saya adalah kerja akal dalam melihat masalah menjadi berkembang, karena perkembangan Informasi yang sekarang sangat mudah didapatkan, hal ini berdampak pada pergeseran nilai yang selama ini dianut, nilai yg selama ini baik dan buruk.
Hebat kan akal, tidak salah pandangan aristoteles bahwa Manusia dalam mencapai kebahagiaan (Eudaimonia) adalah melalui penggunaan akal dalam hidup beretika dan rasional, Akal sebagai fungsi tertinggi seorang manusia karena dalam penggunaannya secara pribadi, manusia dapat mencapai kebahagiaan.
Akal mengambil peran penting untuk seorang manusia dalam menghadapi sesuatu, pandangan ini bukan menegaskan akal sebagai solusi, tapi sebelum itu, bagaimana akal membantu manusia dalam menghadapi sesuatu sebelum mendapatkan jalan keluar.
Menurut saya yang paling hebatnya kerja akal dalam menghadapi sesuatu adalah bagaimana akal bertemu dengan kesalahan. manusia tidak luput dari kesalahan, dan perkembangan kerja akal mengambil peran penting dalam seseorang untuk menghadapi kesalahan. Akal menjadi penggerak pemikiran dan perasaan untuk mengubah realitas dalam pikiran.
Manusia tempat berbuat salah, kita suka berbuat salah yang terkadang imbasnya menyakiti sesuatu, kita yang menyakiti, kita pelaku, namun hebatnya akal kita bisa mengubah realitas dalam pikiran kita sehingga, kita bisa pelaku sekaligus korban.
contoh:
"saya menyakiti kamu karena dunia ini tidak pernah mengerti aku dan dengan kehidupan yang selama ini aku jalani."