Mohon tunggu...
EGYIE EGYIE RIEZKY A.A
EGYIE EGYIE RIEZKY A.A Mohon Tunggu... mahasiswa

Pecinta game dan olahraga ringan, terutama cardio buat jaga mood. Nggak suka kepo dan nggak mau dikepoin. Tertarik sama budaya Jepang, dari anime sampai etos kerja mereka

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Emas 2045: Siapa yang Akan Bertahan untuk Membangunnya?

19 Juli 2025   11:17 Diperbarui: 19 Juli 2025   11:17 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap era memiliki tantangannya sendiri.  Jika generasi sebelumnya berjuang untuk kemerdekaan dengan tombak bambu, generasi sekarang menghadapi tantangan yang lebih tenang: hilangnya kepercayaan.  Di tengah gempuran informasi, ketidaksetaraan, dan korupsi yang seolah tak berujung, sebagian anak muda Indonesia mulai bersuara serempak: #kaburSajaDulu.

Faktanya, pada tahun 2045, Indonesia akan tepat berusia 100 tahun.  Visi besar yang disebut Indonesia Emas 2045 bertujuan menjadikan Indonesia salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia.  Tapi pertanyaannya adalah: siapa yang akan mewujudkannya jika generasi muda memilih untuk pergi?

Tren #KaburAjaDulu dan fenomena brain drain bukan hanya lelucon viral di media sosial.  Ini adalah cerminan dari kecemasan nyata yang dirasakan banyak anak muda terhadap sistem domestik.  Mereka merasa tidak punya ruang untuk berkembang, apalagi untuk berbicara.

Ketika peluang karier lebih terbuka di luar negeri, sementara birokrasi dalam negeri terasa sulit, wajar saja banyak yang memilih untuk pergi.  Artikel dari Tirto.id dan BBC Indonesia menyoroti kisah nyata anak muda yang memilih Kanada, Jerman, atau Australia bukan karena membenci Indonesia, tetapi karena ingin hidup lebih adil dan layak.

Fenomena ini bisa berbalik arah secara signifikan jika terus diabaikan atau bahkan dianggap normal.  Ketika anak-anak muda yang cerdas, kreatif, dan terampil berkembang di luar negeri, Indonesia perlahan kehilangan generasi agen perubahan.

Tanpa regenerasi pemikir, inovator, dan pengusaha muda, Indonesia akan mengalami stagnasi tidak hanya dalam ekonomi tetapi juga dalam budaya politik dan kepemimpinan.  Selanjutnya, dominasi sumber daya manusia asing di sektor-sektor strategis bisa menjadi kenyataan, sementara pemuda Indonesia hanya menjadi penonton atau pekerja marjinal di negara mereka sendiri.

Jawaban singkatnya adalah: karena mereka merasa tidak dihargai.  Banyak anak muda memiliki ide-ide segar dan semangat tinggi, tetapi mereka terhambat oleh sistem yang lambat, tidak transparan, dan tidak memungkinkan partisipasi.  Di beberapa sektor, koneksi dan kekuasaan lebih menentukan arah karier daripada kompetensi.

Pengusaha muda juga sering kesulitan mengakses pendanaan, pelatihan, atau pasar.  Ketika memulai bisnis di luar negeri lebih mudah dan lebih dihargai, tidak heran "melarikan diri" menjadi pilihan yang logis, bukan hanya emosional.

Meskipun ada tantangan signifikan, bukan berarti semuanya suram.  Masih banyak anak muda yang memilih untuk tetap tinggal dan membuktikan bahwa Indonesia layak diperjuangkan.  Tokoh-tokoh seperti Dea Valencia dengan Batik Kulturnya adalah contoh nyata.  Dia membangun perusahaan sosial dari dalam negeri, sambil menyediakan lapangan kerja bagi penyandang disabilitas.

Selain itu, banyak komunitas pemuda aktif di bidang lingkungan, pendidikan, dan ekonomi kreatif.  Mereka membuktikan bahwa membangun bangsa bisa dimulai dengan langkah-langkah kecil yang konsisten.  Mereka tidak hanya bertahan, mereka membangun.

Beberapa kota seperti Bandung dan Semarang mulai melibatkan kaum muda dalam proses musyawarah pembangunan.  Melalui forum musrenbang pemuda, pelatihan startup, dan program inkubasi kewirausahaan, mereka membuka ruang bagi ide-ide baru dari anak muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun