Mohon tunggu...
Ega Ariyanti
Ega Ariyanti Mohon Tunggu... Penulis - Orang biasa-biasa saja

Terima kasih atas partisipasi pembaca! Mohon kritik dan saran supaya penulis bisa lebih baik lagi :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pahami dari Banyak Sisi, Jangan Berhenti pada Satu Tanggal

13 Mei 2019   03:52 Diperbarui: 13 Mei 2019   04:13 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tampak sendu mata Ariana, kesedihan yang ada dalam matanya tak dapat disembunyikan juga tak dapat disampaikan. Kau tau mengapa? Aku yakin tidak. Tetapi aku sebagai orang ketiga akan menceritakan padamu perihal Ariana bersedih.

12 Juli 1948, Ariana duduk di bangku taman halaman belakang rumahnya sambil melihat album foto bersama teman-temannya. Lalu ia terpaku pada satu foto kemudian ia menangis. Tangisan rindu.

Kau tau siapa yang ada di dalam foto itu? Aku juga tidak tau karena Ariana tengah mendekap foto itu. Tetapi aku akan menceritakan kepadamu tentang Ariana, si gadis Belanda. Sekali lagi, aku hanyalah pengamat aku tidak tau perasaan sesungguhnya dari seorang Ariana. Aku hanya menerka-nerka dari sorot mata dan perilakunya. Tetapi tentu saja terkadang aku akan bertanya pada Ariana sendiri perihal ia sedih atau bahagia.

4 Mei 1941, Ariana pergi bersama Roos ke perpustakaan untuk bertemu guru mereka perihal presentasi yang akan dilakukan besok di kelas. Ia juga pergi bersama keempat sahabatnya itu, Jasmijn, Orchidee, Chrysant, dan Lily. 

"An, kita duduk disana ya. Nanti kalian jangan lupa menghampiri kami disana." Kata Jasmijn pada Ariana.

"Baik."

Roos dan Ariana mengecheck ke ruang guru dan ternyata tidak ada Mr. Yanuar disana. Yang ada hanya Mr. Roneey yang tengah duduk di belakang mesin ketik.

"Kalian mencari Mr.Yanuar?" Tanya Mr. Roneey.

"Ya, dimana beliau pak?" Kata Roos.

"Beliau pergi ke Hindia-Belanda selama 10 hari. Besok saya yang akan menggantikan kelas kalian." 

Roos dan Ariana mengangguk kemudian mereka meninggalkan ruangan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun