Sekarang, setelah 13 abad, kita diwariskan lagi bentuk peradaban lainnya sebagai pusat musik dunia.
Beberapa orang mungkin menganggap pernyataan Borobudur pusat musik dunia adalah kesimpulan yang berlebihan.
Bila menyimak pemaparan komprehensif Sound of Borobudur di kanal YouTube dan blog mereka serta melihat penyebaran alat musik di banyak negara, keraguan tersebut dapat terbantahkan.
Bisa jadi keraguan itu timbul karena standar yang digunakan masih mengikuti gagasan eksotisme orientalis.
Pengajar ISI Yogyakarta, Citra Aryandari dalam blognya menerangkan bahwa eksotisme orientalis dibilang merendahkan karena bersalut semangat kolonialisme atau penjajahan a la Eropa.
Pandangan ini menganggap budaya di luar Eropa primitif dan tidak mapan, sebaliknya musik klasik Eropa dianggap lebih adiluhung.
Manfaat Borobudur pusat musik dunia untuk warga lokal
Harapannya, gerakan candi Borobudur pusat musik dunia terus dikembangkan lewat langkah-langkah nyata.
Kelompok Sound of Borobudur telah menyelesaikan pekerjaannya. Mereka telah merekonstruksi, mereinterpretasi dan mereaktualisasi instrumen musik di relief Candi Borobudur. Beberapa alat musik yang dianggap punah sudah dibuat ulang.
Selain itu, manfaat Candi Borobudur sebagai pusat musik dunia harus pula dinikmati oleh warga di sekitar candi.
Kita percaya bahwa sektor pariwisata dapat membantu meningkatkan perekonomian lokal dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah telah mengejawantahkannya dengan menetapkan Candi Borobudur sebagai destinasi super prioritas. Dukungan diberikan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menata kawasan Borobudur sebagai destinasi wisata dunia yang berkualitas dan berkelanjutan.