Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ini Momen Lebaran yang Bakal Dirindukan Non-Muslim

12 Mei 2021   17:53 Diperbarui: 12 Mei 2021   18:01 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Ilustrasi silaturahmi. (Foto: mentatdgt/Pexels)

Non-Muslim merasakan sukacita saat hari raya Idulfitri? Ya, kenapa tidak?

Minimal, Idulfitri menjadi hari libur menurut tanggal di kalender. Secara ekonomi, pedagang kain yang beragama Kristen, misalnya, memperoleh rezeki tambahan karena banyak orang berburu baju baru.

Saya tidak bermaksud menggeneralisir bahwa semua orang non-Muslim secara spiritual dan kultural merasakan sukacita selama Lebaran. Yang jelas, selama tinggal di Indonesia, ada anugerah dalam kemajemukan.

Jadi, tulisan ini adalah pengalaman pribadi sebagai penganut Katolik dan teman-teman terdekat selama hari raya Idulfitri sebelum pandemi Covid-19.

Mudik

Karena pandemi Covid-19, mudik tahun ini harus ditunda untuk mencegah penularan virus corona. 

Pemerintah sudah mengeluarkan aturan larangan mudik. Berkaca pada pengalaman tahun sebelumnya, ada kenaikan tajam kasus terinfeksi pascalibur hari raya.

Karena itu, mudik menjadi salah satu yang dirindukan dalam tradisi Lebaran.

Orang-orang ingin pulang ke kampung halaman untuk bertemu orangtua dan sanak famili dengan keadaan sehat.

Kata mudik memiliki ikatan pada spiritual Islam, yang keadaannya tidak mungkin dirasakan orang non-Muslim. Namun demikian, baik Muslim dan non-Muslim punya tujuan sama saat mudik, melepas rindu kepada keluarga besar.

Apalagi Lebaran memberikan libur panjang, kenapa tidak dimanfaatkan sekalian untuk pulang kampung. Ini menjadi pengecualian bagi karyawan yang diminta piket selama hari libur menggantikan karyawan lain yang mudik.

Silaturahmi ke rumah teman dan kerabat

Kebetulan sewaktu saya kuliah di Malang, hari raya Idulfitri bersamaan dengan libur panjang semester genap selama empat tahun berturut-turut, dari Juni sampai Agustus.

Menjadi kebiasaan saat libur semester datang, mahasiswa pulang ke kampung halaman masing-masing. Karena momen libur semester bertepatan dengan suasana Lebaran, kadang kala pulang kampung harus ditunda menunggu harga tiket kembali normal.

Atau tidak pulang sama sekali akibat harga tiket pesawat sudah sangat kelewat mahal yang bila dihitung-hitung setara biaya hidup anak kost selama dua bulan.

Ini menjadi dilema bagi perantau jauh seperti saya untuk pulang kampung ke kota Medan.

Lebih baik tinggal di Malang dan merasakan sepinya kota ini tanpa mahasiswa. Untunglah, saat itu, saya tidak sendirian karena beberapa teman saya juga memilih tidak mudik karena alasan yang sama.

Di sini kami mengatur rencana, mengumpulkan nama teman-teman kami yang asli Malang. Setelah itu, kami menjanjikan waktu untuk "berhari rayaan" atau bersilaturahmi ke rumahnya. Ia dengan senang hati menyambut kami.

Di hari-hari berikutnya, Ibu kost membuat acara khusus untuk anak-anak kost berkumpul untuk makan bersama.

Lumayan, silaturahmi selama Lebaran membantu perbaikan gizi dan mengenal kehidupan warga lokal. Ditambah lagi, saya diberikan kue untuk disimpan sebagai cadangan manakala terjadi "darurat perang" alias kantong tipis di akhir bulan.

Sewaktu kecil, orangtua sering mengajak untuk berkunjung ke rumah kenalan saat hari raya. Ada ketupat, lontong, opor ayam dan bermacam kue yang ditawarkan.

Setelah bekerja, selain bersilaturahmi ke rumah rekan kerja beragama Muslim dengan judul "berhari rayaan", Lebaran juga menjadi waktu untuk rekreasi.

Itulah sedikit kisah kecil kehidupan saya. Perayaan Lebaran memberikan sukacita. Sejauh ini, tidak ada larangan dari Uskup untuk ikut merayakan Lebaran. Puji Tuhan! Semoga Lebaran tahun depan kembali normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun