Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Meski Lolos ke Semi Final, PSG Terancam Tak Bisa Main di Liga Champions Musim Depan

16 April 2021   08:29 Diperbarui: 16 April 2021   08:32 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Neymar dan Paredes melakukan selebrasi usai lolos ke semi final Liga Champions 2020/21. (Foto: Twitter/neymarjr)

Belakangan ini, saya mengisi laman Kompasiana dengan tulisan bertema sepak bola Eropa. Salah satu pendorongnya ialah Paris Saint-Germain, klub favorit saya. Cerita-cerita menarik tersaji dari kemenangan keajaiban di pentas Liga Champions dan sengitnya Ligue 1 jelang akhir musim.

Jika ditanya apa kehebatan Paris Saint-Germain, pecinta sepak bola tentu tak menaruh ekspektasi besar terhadap klub Prancis ini.

Di negaranya sendiri, Paris Saint-Germain sudah dibenci warga Prancis. Keadaan yang sama seperti klub besar di negara lain.

Salah satu alasannya, masih berhubungan dengan kota Paris itu sendiri, mengutip penjelasan di kanal YouTube Oh My Goal. Dalam sejarah Prancis, Paris adalah kota kaum borjuis.

Orang Paris memiliki kultur berbeda dibanding warga di provinsi lainnya. Lebih tepatnya, Paris merepresentasikan kaum elit, bukan wajah sebenarnya dari Prancis yang dikenal dengan slogan liberte, egalite, fraternite (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). 

Meski dianggap berbeda dari kebanyakan kota lainnya, jika kita meluangkan waktu untuk mempelajari sejarah Paris, pembahasannya sudah cukup menjelaskan pengaruh Paris terhadap perjalanan sejarah Prancis.

Orang Paris, dianggap sombong. Dan itu akhirnya menular pada klub Paris Saint-Germain. Orang Paris mencintai klubnya layaknya mencintai kota asalnya. 

Paris adalah rival bagi Marseille. Pertandingan keduanya menggambarkan pertarungan wilayah utara melawan selatan.

Meski istilah utara dan selatan adalah makna perekonomian bagi negara maju dan negara berkembang, pengenaannya pada Paris dan Marseille lebih dipengaruhi faktor budaya, bahasa, kondisi geografi dan sejarah masing-masing. Marseille adalah kota pelabuhan dan Paris adalah kota metropolitan.

Jadi, mengenal klub sepak bola berarti mengenal pula wajah warga kotanya. Cerita-cerita tersaji dari masyarakat dan permainan di lapangan hijau. Ketika Paris Saint-Germain dibeli Qatar Sport Investments pada 2011 silam, yang menjadikannya sebagai klub kaya raya, hal ini justru menambah alasan orang-orang membencinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun