Sepak bola memang tak dapat dipisahkan dari kebencian, walau nyatanya kita sering menjadikannya sebagai simbol persatuan dan persaudaraan.
Paris mampu membeli pemain hebat dengan harga fantastis. Kemampuan keuangan mereka jauh berbeda dibanding klub Prancis lainnya.
Jika kebencian itu bisa dilipatgandakan, mungkin tak terkirakan jumlahnya saat Neymar, pemain kontroversi karena sering beraksi diving, bergabung ke Paris pada 2017 silam.
Inilah sepak bola. Paris tentu tak berjudi membeli Neymar dengan mahar fantastis sebesar 222 juta Euro dari Barcelona karena perilakunya menjadi langganan meme.
Neymar memiliki skill dan kemampuan untuk mengicak satu, dua, tiga pemain sampai melesatkan tendangan dengan akurasi di atas rata-rata pemain sepak bola dunia.Â
Toh, sejak pindah ke Paris, kelakuan Neymar mulai berubah untuk tak lagi memainkan aksi diving berlebihan sebagaimana dia lakukan di Barcelona.
Dan sekarang, Paris menghadapi masa-masa genting. Di Ligue 1, mereka harus berjuang untuk mengejar pemimpin klasemen Lille yang terpaut tiga poin. Paris Saint-Germain sementara ini duduk di peringkat dua dengan 66 poin usai menerima kekalahan 1-0 dari Lille pada laga di awal bulan ini.
Sampai putaran ke-33 Ligue 1, persaingan di empat besar klasemen sangat ketat. Paris hanya terpaut dua angka dari Lyon di peringkat empat.
Situasi yang menjepit Paris Saint-Germain, mengupayakan gelar juara Liga Prancis sekaligus harus memastikan posisi aman di tiga besar klasemen Ligue-1 agar bisa tampil di Liga Champions musim depan.
Satu kekalahan memembuat mereka terancam turun ke peringkat empat klasemen dan menyulitkan mereka mencapai puncak klasemen Ligue 1 yang menyisakan 6 pertandingan lagi.Â
PSG terancam tak bisa bermain di Liga Champions. Jatah tiket Liga Champions hanya diberikan untuk 3 klub teratas Ligue 1. Peringkat empat klasemen Ligue-1 akan masuk ke Liga Eropa.
