Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Alasan Indonesia Butuh Impor dan Harus Pakai Produk Asing

8 Maret 2021   01:14 Diperbarui: 8 Maret 2021   02:01 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendag 2019-2020 Agus Suparmanto menandatangani Perjanjian RCEP disaksikan Presiden Joko Widodo, Minggu (15/10/2020). (Foto: Kemendag via Kompas.com)

Hampir sulit menghindari importasi karena tiap negara saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

Eddie Rinaldy, Denny Ikhlas, dan Ardha Utama dalam buku Perdagangan Internasional (2018) menyebutkan hubungan antarnegara di bidang perdagangan internasional dapat terjadi karena beberapa faktor di antaranya:

1. Revolusi informasi dan transportasi
2. Ketergantungan
3. Liberalisasi ekonomi
4. Keunggukan komparatif
5. Kebutuhan devisa

Jadi, selain mengekspor produk, kita tentunya melakukan importasi produk dari negara lain. Di sini, berlaku pertukaran dan negosiasi yang menentukan keberhasilan perjanjian perdagangan.

2. Kebutuhan bahan baku dan bahan penolong

Industri, baik skala kecil dan besar, masih perlu bahan baku dan bahan penolong dari luar negeri.

Sebagai contoh, kedelai untuk usaha tahu-tempe. Sebagian besar kedelai diimpor dari Amerika Serikat.

Musabab kita harus impor kedelai adalah produktivitas kedelai di Indonesia lebih rendah dibanding produktivitas kedelai di AS mengingat kedelai lebih cocok ditanam di wilayah sub-tropis.

Sebenarnya bagaimana menggenjot daya saing dan produktivitas komoditas dalam negeri sudah menjadi isu sejak dahulu kala. Presiden Jokowi pada 2014 lalu pernah menargetkan Menteri Pertanian swasembada kedelai.

Hal lainnya, industri dalam negeri selama ini cukup banyak tergantung pada impor barang modal tidak baru (BMTP). Ini berhubungan dengan investasi untuk menggenjot kinerja produksi. Di samping itu, pabrik luar negeri akan membawa mesin dari negara asal saat relokasi ke Indonesia .

Jokowi pada 4 Maret 2021 juga menginginkan supaya penurunan importasi terjadi pada barang konsumsi bukan pada barang modal atau bahan baku.

Untuk melihat lebih luas, kita dapat memperhatikan pemberitaan mengenai transaksi berjalan. Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan pada 2020 sebesar USD 4,7 miliar atau 0,4 persen dari PDB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun