Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gemas Wacana Industri 4.0 dan Big Data tapi Wajib Fotokopi E-KTP

5 Maret 2021   02:18 Diperbarui: 5 Maret 2021   06:15 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Di salah satu sesi Clubhouse tengah malam, saya sempat mengoreksi kang @ridwankamil. Ketika beliau bilang 'perlu big data' sambil menceritakan masalah data yang tidak sinkron dan tidak akurat di sana sini. Saya koreksi, 'punten kang, itu master data bukan big data'."

"Mudahnya begini membedakannya. Master Data: Ainun seorang laki-laki karena ada data akta kelahirannya yang sinkron dengan data ijazah-ijazahnya, eKTP hingga paspornya yang jelas dia laki-laki sejak lahir. Juga tidak ada data medis update jenis kelaminnya sampai kini."

"Ainun kemungkinan besar laki-laki dengan skor probabilitas 0.87 karena dari 10,000 fotonya di media sosial, 90% pakai peci, 80% kelihatan kumisnya, dsb (prediktor laki-laki) dan 0% pakai lipstik, 0% pakai rok, dan nama 'Ainun' mayoritas perempuan, dsb (prediktor wanita).

Selengkapnya, pembaca dapat menyusuri percakapan melalui lini masa Twitter. Banyak pengguna Twitter menggunjing big data dan Industri 4.0 seakan meluapkan kekesalan yang tertumpuk selama ini.

Keadaan yang berlawanan

Pada praktiknya, ide besar Industri 4.0 seolah tidak mencerminkan dalam kenyataan yang dihadapi masyarakat. Misalnya untuk urusan administratif, warga masih disibukkan untuk memfotokopi E-KTP dan berkas lainnya. 

Lalu, masyarakat sering mendapati banyaknya pesan singkat penawaran pinjaman uang masuk ke ponsel tanpa tahu siapa pengirim dan bagaimana nomor ponsel mereka dapat tersebar.


"Dari dulu ngomong 'Big Data Big Data' tapi sampai sekarang kalau urus birokrasi masih harus fotokopi E-KTP. Fungsinya E di E-KTP itu apa coba?" balas pengguna di kolom cuitan Budiman.

"Big data = ngurus apa-apa jangan lupa lampirkan fotokopi ktp/kk/kartu-kartu segala rupa," tulis pengguna lainnya. Pembaca dapat menyimak lebih banyak perbincangan ini di Twitter dengan mengetikkan big data pada kolom pencarian.

Contoh kecil semacam ini memperlihatkan tanda tanya besar, konsep 4.0 selama ini didengungkan, sementara masyarakat masih meladeni layanan yang tidak mengarah pada Industri 4.0. Baru-baru ini, muncul lagi gagasan Industri 5.0 yang mengedepankan nilai tambah dari kepuasan. 

Jika melihat percakapan, persoalan bukan sekadar membedakan definisi master data atau big data, melainkan implementasi dan manfaat yang nyata diterima masyarakat.

Di sisi lain seperti dikemukakan di atas, pengusaha ternyata mencoba menjaga jarak supaya bisa melihat persoalan ekonomi dengan jernih. Masalah Industri 4.0 sangat fundamental, yaitu menyiapkan sumber daya manusia handal yang berujung pada produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun