Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengenang Trump: Kamu Tidak Punya Baja, Kamu Tidak Punya Negara

26 Januari 2021   20:11 Diperbarui: 26 Januari 2021   20:21 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden AS Donald Trump meneken tarif baja dan aluminium didampingi pekerja, pada 8 Maret 2018. (Foto: YouTube/ITV News) 

"Baja adalah baja. Kamu tidak punya baja, kamu tidak punya negara," kata Trump saat mengumumkan pemberlakuan tarif tersebut, 8 Maret 2018 silam.

Setidaknya, dengan adanya pengenaan tarif dan kuotar impor, industri baja di Amerika dapat berproduksi normal.

Mungkin, bagi kita yang berjiwa nasionalis, pastinya akan sangat mendesak agar industri baja harus diselamatkan.

Tapi cobalah melihat sikap Trump dan Joe Biden. Meski mereka kerap berselisih pendapat sewaktu kampanye Pilpres 2020, mereka tampaknya memiliki kesamaan pandangan soal impor baja dari China.

Joe Biden sewaktu kampanye Pilpres AS pernah mengatakan akan mempertahankan pengenaan tarif dan kuota impor baja dan aluminium sampai menemukan solusi untuk masalah kelebihan kapasitas baja global.

Demikian pengenaan safeguard atau tindakan perlindungan lainnya harus dilakukan dengan hati-hati, terukur termasuk dampaknya ke sektor lain.

Dalam liberalisasi perdagangan, negara tidak boleh terlalu ketat menghalangi perdagangan lintas negara. Ada WTO yang mengawasi supaya perdagangan internasional berlangsung adil.

Demikian hitungan untuk perekonomian dalam negeri.

Kita ambil contoh Amerika. Trump sewaktu menjadi Presiden AS mengenakan tarif dan kuota impor baja dan aluminium. Harga baja menjadi mahal.

Imbasnya, industri pengguna baja malah ikut tertekan.

Wall Street Journal (WSJ) dan pengamat ekonomi dari Universitas California Kadee Russ mengkritik keras kebijakan tarif dan kuota ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun