Komoditi kelapa sawit memberikan kontribusi tertinggi terhadap realisasi investasi bidang hilirisasi sektor perkebunan dan kehutanan pada triwulan II tahun 2025 yakni sebesar Rp 16,4 triliun.
Realisasi tersebut lebih tinggi dari komoditi kayu log Rp 13,1 triliun, karet Rp 5 triliun serta komoditi lainnya (pala, kelapa dan kakao) sebesar Rp sebesar Rp 1,7 triliun. Adapun total realisasi investasi pada sektor perkebunan dan kehutanan sebesar Rp 36,3 triliun.
Data realisasi yang dirilis oleh Kementerian investasi dan hilirisasi/BKPM pada triwulan II tersebut, membuktikan bahwa kontribusi komoditi kelapa sawit di sektor perkebunan masih dominan, terhadap realisasi investasi hilirisasi di Indonesia.
Kontribusi investasi tersebut salah satunya berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang membuka pintu bagi masuknya investor kelapa sawit. Baik berupa penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Mengingat Provinsi Sulteng menjadi peringkat teratas dari 5 besar lokasi investasi sektor hilirisasi (PMA dan PMDN). Yakni dengan capaian realisasi sebesar Rp 25,7 triliun atau 17,8 persen.
Tingginya capaian realisasi Sulteng selain disumbang oleh hilirisasi komoditi kelapa sawit, juga oleh hilirisasi nikel di sektor mineral. Termasuk sektor minyak dan gas bumi serta perikanan dan kelautan.
Capaian Sulteng lebih tinggi dari Jawa Barat Rp 15,2 triliun (10,5 persen), Maluku Utara Rp 15,0 triliun (10, 4 persen), Nusa Tenggara Barat Rp 10,7 triliun (7,4 persen) dan Jawa Timur Rp 8,5 triliun (5,9 persen).
Capaian investasi hilirisasi tidak lepas dari keberadaan luas lahan kebun sawit yang cukup signifikan di wilayah Sulteng. Meliputi Kabupaten Buol, Tolitoli, Donggala, Poso, Morowali, Morowali Utara, dan Banggai.