Parade obor melibatkan orang dewasa dan anak-anak yang menggunakan aksesoris dan elemen adat Lindu. Pembawa obor mengawal empat orang yang berjalan di depan memikul lesung.
Parade obor memiliki makna, obor menjadi instrumen kehidupan masyarakat Lindu di masa lalu sebagai penerang sebelum adanya listrik. Instrumen obor ditampilkan agar peradaban masa lalu tidak dilupakan oleh generasi Lindu di masa kini.
Penampilan musisi yang menampilkan seni budaya tradisional Lindu di atas panggung utama juga menarik perhatian pengunjung. Alunan kidung menggunakan bahasa Lindu membuat suasana malam menyatu dalam kekaguman.
Ada juga penampilan tarian Raego oleh tokoh adat Lindu. Tarian ini masih dilestarikan dan ditampilkan pada momen penyambutan para tamu yang berkunjung ke wilayah Dataran Lindu.
Secara, umum skema 5A Pariwisata terpenuhi pada destinasi Danau Lindu. Didukung dengan aksesibilitas yang terjangkau, akomodasi yang tersedia, begitu juga dengan fasilitas pendukung. Serta tidak terlupakan adanya aktivitas wisata dan atraksi seni budaya dan adat.
Namun demikian, beberapa aspek dari skema 5A Pariwisata tersebut perlu untuk dibenahi jika ingin destinasi Danau Lindu lebih banyak dikunjungi wisatawan. Seperti aksesibilitas ruas jalan dari Palu ke Sadaunta perlu dibenahi. Agar wisatawan lebih nyaman menuju ke Danau Lindu.
Juga aminites berupa pengadaan fasilitas internet di lokasi destinasi yang bisa diakses oleh wisatawan. Mengingat keterbatasan internet membuat pengunjung kesulitan dalam membuat konten, maupun mensosialisasikan pelaksanan FDL.
Untuk desa-desa di Kecamatan Lindu, ada fasilitas internet berbayar berupa voucher namun dengan jangkauan terbatas. Yakni hanya bisa diakses di rumah atau kios yang menjual voucher tersebut. Untuk di lokasi FDL sudah tidak bisa diakses.
Namun lebih dari pada itu, suksesnya perhelatan FDL juga didukung oleh kesiapan dan hospitality (keramahan) masyarakat setempat dalam menerima pengunjung. Serta turut ambil bagian dalam pengelolaan pariwisata di Danau Lindu.