Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibuku Sumber Inspirasi dan Teladan Hidup

2 Desember 2020   12:31 Diperbarui: 2 Desember 2020   12:35 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini pula yang membuat saya selalu berefleksi ketika  sesuatu waktu saya merasa sedang memaksakan kehendak terhadap orang lain. Saya akan selalu teringat sikap ibu yang menjadi panutan dalam hidup saya.

Namun dalam berkeluarga tidak akan selalu bisa harmonis, pasti ada riak sebagai dinamika kehidupan. Akan ada pertentangan diantara sesama saudara dan juga dengan ibu. Disaat saat  itulah terkadang ibu baru meminta masukan ke saya. Ibu sangat senang jika berkomunikasi dengan saya, mungkin karena saya bisa memberikan pencerahan kepadanya.

Terkadang sambil bergurau saya berkata kepadanya, sudah lama saya tidak dimarah bu, sekali kali saya juga harus dimarah," ujar saya. Ia hanya tertawa lepas sambil berkata, apa yang mau dimarah, tidak ada yang salah.

Selama hidup jarang sekali ibu berkeluh kesah tentang keluarga atau kehidupan. Setiap mengubungi saya kebanyakan pasti menanyakan kabar atau meminta bantuan seperlunya.

 Jarang sekali berbicara tentang curhat, gosip, mengeluh atau menyampaikan hal lain yang tidak esensi. Kebanyakan ia hanya menginformasikan kalau ada kegiatan keluarga atau ada acara di kampung dan perlu keterlibatan bersama.

Terhadap  hal ini bisanya saya merespon cepat. Melakukan apa yang bisa, termasuk membantu pendanaan sesuai kemampuan. Saya senantiasa mengapresiasi perannya yang mampu mengkonsolidasikan keluarga dan saudara agar acara bisa sukses.

Padahal kapasitas beliau hanyalah seorang ibu rumah tangga dan sudah berusia tua. Namun perannya tersebut, Itulah yang selalu membuat saya salut dan bangga padanya. Seorang ibu yang  juga seorang janda namun berkarakter pemimpin yang baik.

Dalam bimbingan dan kepemimpinan ibu, adik saya terakhir bisa menyelesaikan kuliahnya di jurusan pertambangan dan langsung bekerja di salah satu perusahaan tambang di Kalimantan. 

Demikian pula  seorang kemenakan yang dari kecil tinggal dengan ibu juga dapat menyelesaikan kuliah teknik sipil dan kini bekerja di di perusahaan jasa konstruksi juga di Kalimantan.

Saya tahu betul bagaimana jerih payah ibu mendidik anak anaknya agar menjadi orang yang berhasil, namun bisa dengar dengaran pada orang tua. Dimata saya dirinya memiliki karakter yang paripurna, karena bisa menjadi panutan, motivator sekaligus pembimbing yang baik.

Tiga tahun lalu saya saat saya mengalami batuk akut dan dokter merekomendasikan saya meminum obat selama enam bulan agar bisa sembuh, terbayang bagaimana repotnya menghadapi hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun