Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Glundung Pringis

29 Agustus 2019   15:03 Diperbarui: 29 Agustus 2019   15:14 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore hari Paijo sudah berencana dan dijadwal untuk melakukan tugas rutin malam nanti, yaitu ronda keliling desa di wilayahnya yang masih sepi.

Malam tidak lagi terasa sunyi ketika empat orang duduk di  pos ronda di kampung itu. Suara mereka bercakap-cakap dan pisang kepok kuning rebus hasil panen masih hangat, kacang rebus hasil panen juga lezat ditambah setermos kopi luwak yang baunya menguar menambah semangat, mereka makan dan semua ditinggal pos ronda saat mereka berkeliling.

Mereka berkeliling di wilayah itu, berkerudung sarung mirip ninja karena udara dingin, mengambil beras jumputan dari masing-masing rumah yang masih jarang letak-letaknya.

Wilayah itu memang masih sepi dan penduduknya belum begitu padat. Melewati sebuah jembatan yang sudah sangat tua dan dipenuhi pohon-pohon bambu dan pohon nangka yang bunganya mengeluarkan suara aneh saat malam tiba.

Mereka, Paijo dan teman-temannya sudah terbiasa melewati jembatan itu. Mereka tidak pernah berpikir apa-apa, bahkan ketika nyala senter mengarah pada seekor ayam yang tampaknya kedinginan di dekat pohon bambu dengan girang Paijo mengambilnya dan mereka sepakat besuk pagi akan mengumumkan pada penduduk desa,siapa yang kehilangan ayam jagonya.

Paijo melepas kain sarungnya dan menangkap ayam jago yang begitu patuh, lalu dimasukkan ke dalam sarung dan ditenteng.

Tiba-tiba semua senter yang mereka pegang mati. Mereka lalu berjalan di bawah sinar rembulan, tentengan sarung  yang dipegang Paijo makin lama makin berat, lalu menyuruh temannya gantian membawa bungkusan ayam yang tak berkokok sedikitpun.

Mereka sedang menuju ke pos ronda tadi untuk menyantap kopi lagi. Ketika melewati jembatan berikutnya, terdengar suara orang tertawa, mereka celingak-celinguk, senter semua mati. Lalu bergegas berjalan lebih cepat. Suara itu mengikuti mereka. Ternyata dari sarung yang mereka bawa. 

Karena kaget satu teman Paijo melepaskan sarung itu dan jatuh ke tanah, lalu menggelindinglah sebuah kepala yang bisa meringis dan bersinar, lalu tertawa dan menghilang. Mereka lari terbirit-birit. Mereka bilang namanya Glundung pringis, kepala menggelundung lalu meringis dan tertawa.

Seram. Cerita dimodifikasi.

*Cerita ini adalah cerita yang pernah saya dapatkan waktu kecil dan pesannya adalah'Kalau ada ayam malam-malam dan tidak tahu milik siapa, jangan diambil meski kelihatan memelas,karena bisa jadi-jadian'.

Cerita yang membuat malam saya dulu terganggu oleh ketakutan karena cerita tersebut.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun