Yang dipertaruhkan di sini bukan sekadar sehelai kain bergambar tengkorak, melainkan hak untuk merasa kecewa, untuk menyuarakan kritik tanpa dituduh makar. Ketika rakyat kehilangan saluran formal untuk bicara, mereka akan mencari medium lain—bahkan melalui simbol bajak laut.
Sebuah Peringatan Bagi Negara
Pengibaran bendera One Piece bukan sekadar bentuk fandom atau kegilaan terhadap budaya Jepang. Ia adalah cermin retak dari relasi negara dan rakyatnya. Di balik humor dan kostum bajak laut, tersembunyi pesan yang lebih serius:bahwa generasi muda sedang mencari jalan baru untuk menantang ketidakadilan dan menyuarakan perlawanan terhadap kekuasaan yang kian menjauh dari nurani rakyat.
Jika negara hanya menjawabnya dengan ancaman dan razia, maka yang terjadi bukanlah redam, melainkan ledakan keresahan yang lebih luas. Alih-alih menegakkan wibawa, negara justru memperlihatkan kegagalannya dalam mendengar dan memahami. Pada titik inilah, simbol bajak laut bukan lagi sekadar fiksi, melainkan cermin keputusasaan rakyat yang merasa tak didengar—bahwa dalam kain hitam dengan tengkorak bertopi jerami itu, ada jeritan diam tentang keadilan yang tak kunjung datang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI