Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Food Blogger, Jurnalis, Fotografer, Cerpenis

Food Blogger, Jurnalis, Fotografer, Cerpenis

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Gastronomi antara Makanan Porsi Kuli dan Minuman Rasa Kayu

3 Maret 2025   21:07 Diperbarui: 4 Maret 2025   08:42 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maklum, itu dulu. Apalagi, untuk kota kecil seperti Ujungpandang yang baru berkembang ke arah "industrial" pada waktu itu, mana tahu ada yang namanya garnishing atau plating.

Berdasarkan pengalaman saya, terutama saat "ngelencer" di berbagai tempat atau usaha kuliner seperti warung atau restoran, pada era itu makanan ataupun minuman biasanya disajikan apa adanya. Dulu, fokus terhadap kelezatan dan kecepatan penyajian lebih diutamakan para pelaku usaha ketimbang hal "remeh-temeh" seperti mempercantik makanan (kalaupun tahu ada).

Chef tengah melakukan garnishing pada menu makanan. (Sumber: Springfeeling.com Foto: Istimewa)
Chef tengah melakukan garnishing pada menu makanan. (Sumber: Springfeeling.com Foto: Istimewa)

Mungkin, seperti yang dipikirkan pelaku usaha kuliner era jadul, atau paling tidak bagi saya yang bukan berkecimpung di dunia kuliner, garnish atau entah apalah namanya tidak terlalu penting. Sebab, cita rasa di lidah dengan porsi proporsional alias mengenyangkan, plus harga ramah di kantong adalah hal yang tidak dapat diabaikan.

Celakanya, pada era itu pula banyak yang sama sekali tidak paham bagaimana penyajian menu mini, piring superbesar dengan lauk di tengah yang imut bisa dibanderol dengan harga aduhai mahalnya. Saya salah satunya!

"Lalu, kenyangnya bagaimana?" teriak saya tidak mengerti kala itu, terutama karena sudah terbiasa makan dengan "porsi kuli".

Tentu saja, teriakan saya itu bukan di depan umum atau ruang publik seperti di restoran atau kafetaria (sebutan kafe jadul) era 1990-an. Tetapi setelah di rumah sendirian melepaskan unek-unek keterkejutan saat melihat penyajian makanan di sebuah restoran mewah.

Gastronomi adalah Seni yang Tak Sekadar Jual Cita Rasa 

Sama halnya bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan seni, gastronomi atau kuliner juga demikian adanya. Keindahan sebagai unsur utama tentu tidak dapat dinafikan kehadirannya.

"Di zaman now, kuliner bukan hanya soal cita rasa (kelezatan) meskipun hal itu (cita rasa) tidak bisa dilalaikan para pelaku usaha kuliner. Banyak hal yang seharusnya selaras, termasuk garnish sesaat sebelum disajikan di meja palanggan," demikian ungkap Konsultan Kuliner dari Boga Nusajaya (BNJ Project) Surabaya Abdul Rochim ketika ditemui di Waroenk Seafood and Oriental Cuisine, Jalan Veteran 18, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin 3 Maret 2025 siang.

Hidangan menu salmon diimbuhi garnish dari sayuran dan bunga. (Sumber: Springfeeling.com/Foto: Istimewa)
Hidangan menu salmon diimbuhi garnish dari sayuran dan bunga. (Sumber: Springfeeling.com/Foto: Istimewa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun