Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Civil War", antara Distopia dan Disturbia dalam Bingkai Netralitas Jurnalis

5 Mei 2024   03:11 Diperbarui: 5 Mei 2024   18:59 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cailee Spaeny berperan sebagai Jessie Cullen fotografer amatir dalam film Civil War. (Foto: IMDb)

Film dibuka dalam aura kegamangan, menggambarkan Presiden Amerika Serikat (AS) yang dilukiskan sutradara film Civil War Alex Garland sebagai presiden otoriter AS yang notabene berkuasa dalam tiga periode.

Di momen ini, Presiden AS yang diperankan Nick Offerman sebelum menyampaikan pidatonya di televisi, dalam perspektif Garland dikisahkan tampak galau terhadap situasi dan kondisi yang dialaminya.

Hal itu tergambar dalam narasi yang diucapkan sang presiden yang diawali dehaman, terkait bagaimana ia berusaha mengklaim kemenangan dan berhasil meredam aksi 'teror' masyarakat yang dianggap ‘separatis’ yang mencoba menggoyang kekuasaannya.

Sebagai sutradara kawakan, Garland cakap menawarkan gambar-gambar kelam konsekuensi dari perang saudara. Dari perjalanan kisruh Kota New York ke Washington DC, ia mewakilkan frasa frustasi faksi-faksi dari masyarkat negara bagian yang ingin memerdekakan diri, terutama negara bagian Texas dan California serta beberapa negara bagian lainnya dalam kacamata jurnalis.

Disturbia ekstrim ditampilkan sangat berani, seperti kerusuhan yang lebih dari sekadar ledakan bom, penjarahan, pembakaran, upaya pembunuhan presiden yang berkuasa, dan lain-lain. Keberanian sutradara yang juga penulis tersebut tampak dalam adegan seorang pria kulit hitam yang dikalungi ban dan dibakar hidup-hidup.

Di bawah rumah produksi A24, sutradara ternama ini mencoba menggambarkan soal ‘prediksi’ masa depan negara besar seperti AS jika terjadi perang saudara. Kali ini, Garland yang telah sukses menyutradarai film-film box office seperti 28 Days Later (2002), Sunshine (2007), Never Let Me Go (2011) dan Dredd (2012) tersebut, secara gamblang menceritakan semua distopia dalam bingkai bidikan kameranya dalam point of view atau sudut pandang jurnalis.


Kirsten Dunst dalam film Civil War yang berperan sebagai Lee Smith, fotografer foto perang, salah satu di antara para jurnalis (Foto: IMDb)
Kirsten Dunst dalam film Civil War yang berperan sebagai Lee Smith, fotografer foto perang, salah satu di antara para jurnalis (Foto: IMDb)

Di antara para jurnalis, tersebutlah Lee Smith yang diperankan Kirsten Dunst. Dalam perannya kali ini, ia didapuk sebagai jurnalis foto perang ternama. Selanjutnya, ada Cailee Spaeny yang berperan sebagai Jessie Cullen si fotografer amatir yang sangat mengagumi Lee Smith sehingga rela ikut serta dalam tugas peliputan berbahaya selama perang saudara banyak faksi di Negeri Paman Sam.

Sejatinya, Lee Smith tidak sendirian karena selain Jessie, ia juga ditemani rekan sesama jurnalis dari kantor berita Reuters, Joel yang dibintangi Wagner Moura yang pernah berperan sebagai Pablo Escobar di film Escobar.

Lebih dari itu, penggambaran sudut pandang para jurnalis sebagai ‘protagonis’ ini juga diperkuat peran Stephen McKinley sebagai Sammy, jurnalis senior sekaligus mentor dari Lee Smith dan Joel.

Secara umum, film Civil War tidak bisa dipungkiri sebagai film terbaik yang pernah dirilis pada 2024. Paling tidak, itu dapat dilihat dari ulasan media-media ternama seperti The Telegraph yang mengganjar film ini dengan ikon bintang.

Selain kecakapan Garland membingkai film berplot ‘perang saudara kedua’ di AS ini dengan kecermatan luar biasa, ia juga mampu mengaduk emosi penikmat film-film bernuansa perang dalam netralitas jurnalis.

Jurnalis, sebagaimana layaknya hanya sebagai perekam kejadian dan momen yang ada tanpa keberpihakan, khususnya kepada faksi-faksi yang bertikai. Banyak narasi yang menggambarkan hal itu seperti ketika mereka terjebak dalam area tembak-menembak antara para sniper atau petembak runduk tanpa tahu siapa yang menembak dari dalam rumah yang dibidik para sniper.

Tidak ada lagi protagonis dan antagonis, tidak ada lagi si benar dan si salah. Mereka saling bunuh tanpa tahu siapa faksi yang menjadi sasaran tembaknya. Yang pasti, mereka harus membunuh atau dibunuh.

Sayangnya, seperti karakter Garland sebelumnya dalam film-film laris yang dihasilkannya, lagi-lagi lebih banyak menggunakan visual sebagai narasi penjelasan.

Bagi penikmat film secara umum, memang dibutuhkan upaya pengamatan yang lebih dalam dan intensif terhadap inti cerita dari visualisasi yang digambarkan secara apik.

Sehingga, opini penonton sendirilah yang menjadi penjelasan dari cerita yang menggantung. Garland merasa tidak memerlukan narasi yang mubazir, seperti bagaimana ihwal perang saudara itu terjadi dan lebih memilih mengakhiri film dengan open ending.

Sebagaimana karakter Garland pula, keberanian yang ditunjukkannya patut diapresiasi. Kerentanan perihal isu terkini di AS, khususnya jelang Pemilu digambarkannya sebagai antitesis terhadap rawannya perseteruan yang terjadi antarfaksi.

Konsekuensinya, jika hal tersebut terjadi maka AS bakal serupa yang digambarkannya dalam film Civil War yang disutradarainya.

Seperti diketahui, pada 7 Maret 2023 senator Partai Republik Texas Bryan Slaton mencuitkan hal mengejutkan di akun X (dulu Twitter) pribadinya. Ia secara resmi telah mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) referendum negara bagian Texas dari AS.

Dalam tulisannya, Slaton mengungkapkan bila pengajuan itu disetujui maka pelaksanaan referendum untuk lepas dari AS dapat dilakukan pada pemilu selanjutnya.

Menurutnya, seluruh proses itu dinamakan Texit atau Texas Exit. Artinya, sesuai namanya gerakan tersebut memperjuangkan Texas untuk lepas dari AS atau dapat dikatakan ‘mandiri’ sebagai negara otonom dan berdaulat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun