Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wanita yang Tidak Cantik, Dilarang Memilih?

27 November 2018   17:40 Diperbarui: 27 November 2018   17:50 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Aku sering bertanya pada diri sendiri, kenapa sampai saat ini belum memiliki pasangan hidup (red: suami). Apakah aku tidak cantik? tidak menarik? atau aku pemilih?

Aku sadar bahwa aku bukanlah wanita cantik yang bisa membuat laki-laki langsung mendekat pada pandangan pertama. Bukan, aku bukan wanita seperti itu. Tapi aku juga sadar bahwa kecantikan fisik bukanlah satu-satunya faktor yang bisa membuat sesorang menarik, ada faktor lain seperti kepribadian, kepintaran, kesopanan, ketulusan atau bahkan karena rasa nyaman. 

Jangan berkecil hati jika tidak cantik. Meski mereka para lelaki tidak akan jatuh hati pada pandangan pertama, namun fakta bahwa mereka bisa jatuh hati karena hal lainnya bahkan bisa jatuh lebih dalam daripada hanya jatuh hati secara instant dengan melihat rupa semata. 

(Optimis!) Yang terpenting adalah pastikan kita melakukan hal-hal yang baik, memiliki sopan santun, ramah, murah senyum, tidak pelit untuk menyapa duluan dan akan lebih baik kalau kita juga "Cerdas" dalam banyak hal.

"Wanita yang tidak Cantik, belum tentu tidak menarik"

 

Fakta bahwa secara fisik tidak cantik, tidak menutup kemungkinan bahwa aku bukanlah orang yang "pemilih". Bukannya tidak tahu diri, semua orang memiliki hak yang sama dan Tuhan tidak membedakan kita karena rupa. Apakah ada larangan "Wanita tidak cantik dilarang memilih?" Tidak ada tentu saja.

Memilih, tidak selalu berarti jelek. Meskipun dalam hal pasangan biasanya laki-lakilah yang memilih, sedangkan wanita tidak bisa memilih namun boleh menolak. Itu hak kita sepenuhnya untuk mementukan siapa yang akan kita pilih menjadi pasangan. Entah itu disebut memilik atau menolak, jangan membebani diri sendiri hanya karena statmen atau tekanan dari orang lain dlam mengambil keputusan tersebut. 

Percaya pada diri sendiri, kalau memang ada sesuatu yang membuat kita tidak nyaman, kenapa harus tetap bertahan? Pilihlah yang terbaik dan kita paling tahu apapun yang terbaik untuk diri kita sendiri. Bukan orang lain.. Jadi berhenti memikirkan pendapat orang lain.

"Dia bisa terima aku apa adanya, dia baik banget tapi aku ga yakin sih dia agamanya seperti apa, pekerjaannya juga ga pasti.  Duh bingung, terusin ga yah, ..@#$^&**(%%$"

Galau....

Menurutku itu hal yang wajar, apalagi terkait hal-hal yang  penting banget (res: Agamanya) meskipun aku sendiri bukanlah orang yang sudah baik agamanya, minimal kelak dia harus bisa jadi imam di keluarga.

Mengenai pekerjaan, bukan tidak yakin janji Tuhan yang akan menjamin rejeki setiap manusia, tapi itu adalah bentuk syukur atas pemberian akal dari Tuhan. Manusia diberi akal untuk berpikir. Maka pikirkanlah mana yang terbaik untuk kita, anggap sebagi tindakan preventif atau pencegahan, daripada nanti harus menjalaninya setengah hati dan akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Lebih baik semua dipikirkan baik-baik sejak awal.

Salah satu jalannya adalah dengan coba mengkomunikasikan kekhawatiran itu padanya jika memungkinkan. Kalau dia bisa meyakinkan danaku  bisa menerima semua kelebihan dan kekurangan pada dirinya, mungkin dialah orang yang tepat yang aku cari. Tapi jika tetap tidak bisa menerima dan tidak siap dengan kondisinya, jangan dipaksakan. Meskipun pasti tidak mudah, terlebih belum ada sosok lain yang lebih baik yang datang menghampiri. 

Kita berhak memilih bagian mana yang bisa kita terima, bukan bagian mana yang bisa orang lain terima. Karena setiap orang berbeda, ada orang yang bisa nyaman menggunakan sendal jepit kemanapun dia pergi, tapi ada orang yang tidak nyaman dengan itu.  

Apakah akan ada yang berpikir bahwa aku itu tidak tahu diri? sudah sadar tidak cantik, ada yang mendekati saja harusnya sudah bersyukur? -  Ya, silahkan. Dan akan kukatakan "Aku tahu diri, dan tau yang baik untukku dan kehidupanku". Bukan orang lain.

(Dan aku memohon pertolongan Tuhan agar selalu membimbingku, menunjukan jalan terbaik bagiku dan kehidupanku....)

Aku menjadi tidak tahu diri, jika aku tidak sadar kekuranganku dan tidak berusaha memperbaikinya.

Aku menjadi tidak tahu diri, jika aku tidak meminta pertolongan Tuhan ku yang sudah pasti tau mana yang terbaik untukku.

Aku menjadi tidak tahu diri, jika aku mengatakan orang lain tidak tahu diri padahal aku memang tidak tahu apa-apa tentang dirinya.

 

Kalau dikatakan aku orang pemilih? mungkin benar, aku memilih sesuatu yang bisa membuatku nyaman, aku memilih sesorang yang bisa menerimaku dan aku bisa menerima semua tentangnya terlebih hal-hal penting seperti agamanya, ketaatannya, sikapnya, tangungjawabnya,  karena aku berencana untuk tinggal dengannya seumur hidup, bertemu dengannya setiap hari, berada disampingnya selalu, membesarkan dan mendidik anak bersama, belajar menjadi lebih baik bersama. Bagaimana mungkin aku harus melakukan semua itu dengan orang yang dari awal tidak bisa kuterima sepenuh hati? Tidak harus seseorang yang sempurna, tapi seseorang yang meski memiliki banyak kekurangan, tapi hati kita bisa dengan damai menerimanya. Menerima kehadirannya.

Dan aku yakin, jika memang dia orangnya, Tuhan akan membuatku bisa menerimanya sepenuh hati, tanpa Tapi....

Semoga kita diberikan pendamping hidup yang terbaik menurut kita dan tentu saja terbaik menurut-Nya.

Bersabarlah....Diri,

*Sekedar berbagi, isi pikiranku belum tentu sama dengan orang lain. Tentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun