Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Ayat Agar Bermanfaat di Tengah Wabah Covid-19

30 Maret 2020   08:55 Diperbarui: 30 Maret 2020   09:00 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Ustaz tengah memberi tausiyah. Foto | Dokpri

Adakah kiatan kata "iqra" yang terkandung dalam surah Surah Al-'Alaq (Segumpal Darah) dengan virus Corona atau Covid-19?

Sepintas sih, ya tak ada apa-apanya. Namun bila kita sedikit meluangkan waktu dan mau merenungkannya, justru erat kaitannya.

**

Lebih dari sepekan ini masjid di kampung penulis ini, di kawasan Kampung Ceger, Jakarta Timur, tetap menyelenggarakan shalat berjamaah magrib, isya dan subuh, termasuk Jumat.  Ini bukan berarti para pengurus masjid tidak mengindahkan imbauan pemerintah agar umat untuk tidak berkumpul dalam suatu kegiatan keagamaan.

Shalat Jumat tetap diselenggarakan. Dengan penuh keyakinan orang yang berjamaah tidak terlalu banyak. Kisarannya ya antara 40 hingga 50 orang. Itu pun jarak orang yang shalat antara yang satu dengan lainnya renggang. Tak ada anjuran shaf makmum rapat seperti disampaikan sang imam kala memulai takbir awal. Malah imam mengimbau untuk menjaga jarak.

Pada shalat lima waktu lainnya: magrib, isya dan subuh, para anggota jemah diminta juga untuk tetap menjaga jarak. Setiap individu membawa sajadah masing-masing, sementara karpet yang biasa digunakan digulung dan disimpan. Dan, lantai seusai shalat cepat dibersihkan.

Semua itu dilakukan agar kebersihan masjid benar-benar terjaga. Termasuk memutus mata rantai virus Corona (Covid-19). Lantai masjid pun secara periodik dibersihkan dan disemprot dengan cairan disinfektan.  

Kegiatan pengajian Kamis malam tetap berjalan. Lagi-lagi jemaahnya juga tak terlalu banyak. Tak lebih dari 10 orang dan ketika duduk pun jaga jarak satu sama lainnya. Sementara sang ustaz berada di kejauhan kala menyampaikan kajian Alquran dengan sabar.

"Itu upaya kita mencegah kemungkinan meluasnya wabah Corona," ungkap sang ustaz yang tak mau diungkap jatidirinya itu.

**

Mengomentari merebaknya wabah Corona di Jakarta, sang ustaz berharap semua warga dapat terus menerus mengikuti informasi yang disampaikan pemerintah. Imbauan menjaga jarak (aman) guna berjaga-jaga dari paparan virus Corona harus dilakukan.

Jangan anggap remeh setiap informasi. Sebab, virus itu masuk ke satu wilayah ke wilayah lainnya bisa ditularkan melalui orang per orang. Kita tak tahu apakah si A sudah terpapar atau belum, yang penting adalah tetap waspada dan menjaga diri agar tidak terpapar virus Corona.

Ia mengaku prihatin masih ada sebagian umat menyepelekan informasi merebaknya virus Corona. Penambahan jumlah korban meninggal ditanggapi sebagai angin lalu. Bahkan dikomentari dengan nada "minor", seolah ada wabah atau pun tidak, toh katanya mahluk yang bernyawa pasti akan mengalami kematian.

Ya, jelaslah. Kematian itu pasti akan dihadapi kepada mahluk bernyawa. Namun jangan diplintir dan dijadikan pembenaran bahaya (wabah) yang mengancam itu disepelekan. Dianggap remeh.

Adanya umat Muslim harus menjalani karantina di salah satu rumah ibadah, sejatinya peristiwa tersebut dapat dihindari bila saja sejak awal sudah memperhatikan imbauan otoritas yang berwenang.

Bukankah para sahabat Nabi Muhammad SAW sudah memberikan contoh menghindari wabah kala berkecamuk di negeri Syam.

"Jangan egois," pintanya.

Terkait bagaimana kita menyikapi wabah Corona, pendekatan "cerdas" hendaklah dikedepankan. Sampaikan pesan mencerahkan. Hindari menyampaikan informasi menyesatkan. Tingkatkan budaya literasi. Baca informasi dengan teliti.

Membaca di sini harus dimaknai dalam perspektif yang luas.

Lalu ia mengajak untuk memahami kata iqra,  yang berarti, "bacalah".  Di kalangan umat Muslim kata iqra tertuang dalam Surah Al-'Alaq (Segumpal Darah).  Surah itu turun ketika Nabi Muhammad bertafakur di gua Hira.  

Kata iqra jangan dimaknai sebagai membaca teks-teks seperti banyak orang membaca koran. Tapi hendaklah dimaknai membaca keadaan dan situasi yang tengah berlangsung. Kita harus pandai menimbang mana yang patut dilaksanakan dan dihindari tanpa harus merugikan banyak orang.

Karena itu memahami kandungan iqra jadi penting. Pahami ayatnya dengan hati lapang hati. Orang berilmu tak cukup berceloteh, tetapi memberi contoh keteladanan. Pahami ajaran agama secara kaffah, sehingga bermanfaat bagi umat.

Salam berbagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun