Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Burung Tak Lagi Manggung Lantaran Terpapar Radio Aktif

16 Februari 2020   09:33 Diperbarui: 16 Februari 2020   09:47 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Burung tak lagi bergairah melampiaskan birahinya. Foto | Hai-Online.com


Salah satu yang sering didatangi adalah wilayah pertambangan uranium di Sintang. Nah, suatu saat ia mengambil salah satu bebatuan dari wilayah itu. Batu tersebut kemudian diletakan di ruang kerjanya dengan maksud sebagai contoh untuk menjelaskan berbagai jenis batuan di provinsi tersebut.

Sang kepala dinas ini memang punya pemahaman baik tentang dampak dari uranium. Namun tidak memperhatikan dampak buruknya bila diletakan di ruang kerjanya demikian lama. Untuk durasi waktu singkat sih, ya tak membawa pengaruh langsung. Namun, jika diletakan demikian lama, ya jelas membawa efek buruk bagi tubuhnya.

Disinilah keseruan terjadi. Sang kepala dinas sering kali bertandang ke kantor rekan kerjanya, di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dulu, pada era Soeharto lembaga itu lebih populer dengan sebutan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang didirikan pada 1970, berdasarkan Keputusan Presiden No. 8 Tahun 1970.

Tentu saja sang kepala Dinas Pertambangan dan Energi itu berbicara tentang kesehatan keluarga dan program keluarga berencana. Ujung pembicaraan menukik pada persoalan dirinya, kok sudah setahun terakhir burung tak bisa manggung. Bahkan ikan Arwana yang dipelihara di ruang kerjanya "teit" alias mati meski diberi makan dengan secara rutin dan terkontrol apik.

"Kalau saya tak perlu lagi ikut KB. Penyebabnya itu tadi," ujar sang kepala dinas kepada rekannya.


"Mendapatkan anak itu adalah hak. Karena itu, pergilah ke dokter spesialis," imbau rekannya.

Lantaran diimbau seperti itu, sang kepala dinas tadi diam-diam berkonsultasi. Dulu, untuk mendapatkan dokter spesialis sungguh sulit. Tapi ia mengaku beruntung mendapatinya seorang dokter yang baru membuka praktek di Pontianak.

Apa yang didapat?

Ini terjadi bukan disebabkan santet seperti yang dikhawatirkan sang kepala dinas Pertambangan dan Energi itu. Jangan cepat bersangka buruk dengan cerita orang di pedalaman dapat mendeteksi lawan dengan penciumannya.

Lalu, apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun