Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hak Bayi Setelah Orangtua Bercerai

8 Desember 2019   07:03 Diperbarui: 8 Desember 2019   07:08 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**

Jika kita menyimak pemberitaan bayi dibuang dan tak diurus, bahkan tak diberi ASI, penulis jadi teringat dengan kisah bayi yang oleh kakeknya Abdul Muthalib diberi nama Muhammad (orang yang terpuji).  Bayi itu lahir di kampung Bani Hasyim di Makkah pada 12 Rabiul Awwal 571 M.

Saat itu, Aminah adalah janda. Ia hidup miskin. Suaminya, Abdullah bin Abdul Muthalib -- yang wafat di perjalanan menuju Madinah enam bulan sebelumnya -  hanya meninggalkan sebuah rumah dan seorang budak, Barakah Al-Habsyiyah (Ummu Aiman).

Kita tahu pada saat itu bangsawan Arab punya budaya, bahwa bayi yang baru dilahirkan disusukan kepada wanita lain.

Wanita yang dipilih biasanya adalah wanita dusun. Alasannya, supaya si anak dapat hidup di alam segar dan diharapkan mampu mempelajari bahasa Arab yang baku. Dan, sambil menanti datangnya seorang penjual jasa menyusui, Aminah menyusui sendiri bayi bernama Muhammad itu, selama tiga hari. Lalu dilanjutkan oleh Tsuwaibah, budak Abu Lahab, paman Nabi Muhammad.

Hingga singkat cerita, datanglah Halimah menjadi ibu susu bagi sang bayi yang puluhan tahun ke depan diangkat sebagai Rasulul Allah yaitu Nabi Muhammad Saw.

Banyak kisah menarik selama Halimah menyusui Nabi Muhammad Saw ketika masih banyi. Misalnya, makin baiknya pertumbuhan ternak kambing di kampung Halimah. Sejuknya wilayah itu hingga peristiwa dibersihkannya hati Nabi Saw oleh malaikat.

**

Poin penting dari kisah itu adalah pemenuhan hak bayi. KH. Quraish Shihab, ulama dan pakar tafsir Alquran mengupas kelahiran Nabi Muhammad Saw dan ibu susunya Halimah demikian apik dan sangat menyentuh hati.

Jadi, ASI sejatinya tak sekedar pemberian makanan kepada sang bayi, tetapi lebih dari itu. Bayi setiap saat dapat berkomunikasi melalui batinnya kepada si ibu kandungnya meski sebagai ibu susu semata.

Yang menarik juga adalah terkait nasab seseorang dengan sang ibu susu tadi. Jika ibu susu tadi memiliki anak, maka ke depan perlu diinformasikan kepada ibu kandung atau anggota keluarga bahwa anak yang disusui tadi adalah bagian dari saudara mereka juga. Sebab, ia telah diberi ASI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun