Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Menyaksikan Pelayanan di Bandara Jauh dari Sentuhan Keramahan

1 Juli 2019   17:54 Diperbarui: 2 Juli 2019   04:28 1656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrean mendapatkan boarding pas di Bandara Hang Nadim, Batam. Foto | Dokpri

Ketika mengemasi pakaian, pakaian istri dan penulis disatukan. Kopernya sih tidak terlalu besar. Beratnya setelah ditimbang di meja boarding mencapai 8 kg.

Setelah proses mendapatkan pas boarding usai, koper ditimbang. Pihak petugas meminta penulis agar koper tak dibawa ke kabin, masuk bagasi dan membayar uang Rp300.000.

Kaget. Penulis protes. Lalu koper beratnya dikurangi dengan harapan bisa mencapai 7 kg. Sesuai aturan maskapai itu, berat barang yang boleh masuk bagasi 7 kg. Lebih dari itu, harus masuk bagasi dan dikenai bayaran per kg Rp37.000.

Setelah koper dibongkar dan beratnya dikurangi menjadi 7 kg, pihak petugas tak kalah gesit. Ia mencegah penulis sebelum melangkah ke ruang tunggu. Koper dicek ukurannya. Ternyata lebih dari 1 cm panjangnya. Karena itu, koper harus masuk bagasi dan dikenai biaya.

Setiap barang masuk bagasi mulai nol hingga berat berapa pun dikenai biaya. Nah, ketika barang masuk bagasi, hak 7 kg barang masuk kabin menjadi hilang.

Tidak ada toleransi misalnya berat barang masuk bagasi dikurangi barang bawaan yang masuk ke kabin. Semua barang masuk bagasi dihitung mulai nol.

**

Pantas saja ruang kabin sesak. Beruntung penumpang yang masuk ke badan pesawat lebih awal, karena dapat menempatkan bagasinya lebih cepat. Bagi penumpang yang masuk belakangan, ya tentu saja kerepotan. Tak bisa lagi menempatkan barang di kabin tepat sesuai nomor tempat duduk.

Pengamatan penulis, hampir semua penumpang yang masuk belakangan 'celingukan' mencari pramugari untuk dimintai bantuan. Maksudnya agar barang bawaannya segera ditempatkan.

Barang bawaan yang banyak dan masuk ke bagasi ini berpotensi menjadi cekcok dengan petugas lantaran sosialisasinya tak memadai. Foto | Dokpri
Barang bawaan yang banyak dan masuk ke bagasi ini berpotensi menjadi cekcok dengan petugas lantaran sosialisasinya tak memadai. Foto | Dokpri
Seorang pramugara di dalam pesawat bercerita kepada penulis. Berlakunya aturan bagasi berbayar sudah lebih dari enam bulan. Tapi diakui belum tersosialisasi dengan baik. Masih banyak penumpang merasa terjebak ketika barangnya diminta ditimbang petugas.

Akibatnya, hingga kini, antrean dalam proses mendapatkan boarding pas selalu panjang dan membutuhkan waktu lama meski jumlah meja pelayanan dibuka semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun