Ia kaget, sepertinya ada yang memprotesnya. Pertanyaan seperti itu diakui sering sekali didengarnya kala ia tengah merokok.
"Nggak banyak sih. Satu dua batang saja," jawabnya sambil menatap mataku takut mendapat pertanyaan lebih jauh.
Dalam obrolan dengan tukang sol ini, Aki Ade mengaku kehidupan sekarang terasa tenang. Ia berharap ketenangan itu dapat memberi perlindungan dalam menjalankan usaha. Modal kerja pekerjaan seperti itu memang tidak terlalu besar. Untuk membeli benang nilon -- yang biasa digunakan untuk ban -- per kilogram sekarang sudah Rp60 ribu.
"Tidak mahal, sih.Termasuk lem dapat dibeli dengan harga murah. Yang mahal, harga kontrakan. Maklum, badan makin tua. Obat pencegah tua kan tidak ada," ujarnya.
Karena itu, ia merasa bersyukur meski usia sudah kepala enam masih diberi kesehatan dan kekuatan untuk mencari nafkah. Dalam sebulan atau dua bulan, akunya, Aki Ade pulang kampung. Hasil nafkahnya itu akan diberikan kepada anaknya yang masih kuliah di kampung.
"Bukankah dapat bea siswa?"
Betul. Bea siswa itu bukan berarti tidak perlu uang. Menurut Aki Ade, puteranya yang kuliah di Garut itu butuh biaya untuk bayar kos di kota. "Saya ini tinggal di kampung. Jauh dari kota. Karena itu, anak harus dekat kampusnya," ia menjelaskan.
"Isterinya dimana ki,?" tanyaku.
"Bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Tempatnya tidak jauh, tuh dekat Masjid At Tawabin, Gang Rambo, itu," katanya menjelaskan sambil mengangkat benang jaitan.