Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pemilik 7 Pesona Itu Bernama Yusman

23 Januari 2018   04:07 Diperbarui: 23 Januari 2018   16:28 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrai, Pilkada dengan sarat permainan diut. Karikatur | surveicalonwalikota.blogspot.co.id

Ia tak terpilih, namun lebih memilih uang yang dikucurkan dari kandidat yang menjadi lawannya dalam pemilihan gubernur. Rakyat telah "digelapkan" matanya. Panggung Pilgub sejatinya bagi Yusman adalah wadah untuk memenuhi pundi-pundinya.

Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada sejatinya memang untuk mendapatkan pemimimpin yang legitimasi. Itu teori. Dalam praktek, untuk mendapatkan suara terbanyak tentu perlu dukungan duit. Tidak ada makan siang gratis begitu saja. Tentang ini, bagi Yusman yang penting duitnya meski ia sadari hanya Tuhan yang tidak bisa dibeli.

Andai saja ia menjadi gubernur, sudah dapat dipastikan betapa besarnya kerusakan lingkungan di negeri Khatulistiwa. Hutan dan tambang emas terkuras. Lihat, kini negeri itu tak lagi punya hutan. Kala hutan lebat, negeri jiran mengklim diri sebagai pengekspor kayu lapis terbesar di dunia. Loh, kayunya dari mana?

Lihat, sungai-sungai negeri Khatulistiwa. Tidak ada lagi air jernihnya, bercampur dengan air raksa bekas penambangan di wilayah pedalaman. Lihat, betapa terbelakangnya pendidikan dan pelayanan kesehatan lantaran pembangunan infrastruktur jauh tertinggal dari negeri jiran.

Jadi, kegagalan Yusman menjadi gubernur disambut rasa syukur. Rasa gembira para akademisi dan pemerhati lingkungan itu sangat dirasakan Yusman. Yusman tetap gembira bukan karena tdak dapat jabatan, tetapi pundi-pundinya telah terpenuhi sebagai modal merebut kedudukan lebih tinggi di partai politik.

"Kekalahan ini harus diterima dengan lapang dana. Kepada pemenang, saya memberi hormat," ucapnya kepada awak media di kota hantu.

Dan, betul saja, melalui jejaring yang dibangunnya, Yusman hanya dalam hitungan setahun sudah menjadi "penggede" di Jakarta. Jabatan legislatif tertinggi dipegang. Itu saja belum cukup, melalui kekuatan uangnya, ia berhasil menguasai partai politik.

Lagi-lagi karena kekonyolan yang dimiliki, ia mainkan dana partai. Dampaknya, ia kini menghadapi rumah tangga gaduh yang tidak pernah henti.

Yusman merenung seorang diri. Ia kini merasa takut. Ia pikir telah melakukan kesalahan pada dirinya sendiri, yaitu melanggar larangan mandi dengan cara tidak memantulkan air dulu ke dinding. Atau, ada kesalahan lain, namanya diubah dari Utsman menjadi Yusman 7 Pesona.

Lalu, siapa yang mengubah dan menambah-nambah 7 pesona. Ia sendiri tak tahu, tapi warga setempat telah terlanjur merekatkan dirinya dengan predikat 7 pesona itu. Memang, dulu, orang tuanya yang miskin memberi nama Utsman dengan harapan dia - yang meski hanya mengecap pendidikan sampai sekolah dasar - dapat berperi laku seperti sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Utsman bin Affan.

Kita tahu bahwa dalam sejarah Islam, sahabat nabi yang satu ini terkenal sebagai seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun