Mohon tunggu...
Edwison Setya Firmana
Edwison Setya Firmana Mohon Tunggu... Administrasi - as simple as es puter

belajar berbagi lewat tulisan dan gambar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tantangan Membesarkan Anak Generasi Alpha

21 September 2019   18:03 Diperbarui: 23 September 2019   13:15 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu (21/9) pagi ini, Kompas.com menerbitkan sebuah tulisan feature tentang tantangan membesarkan anak generasi alpha (Link), sebutan untuk anak yang lahir setelah tahun 2010. Saya merasa ada yang aneh dengan tulisan ini karena beberapa hal. 

Saya akan sedikit mengupas dan, selain itu, saya coba membuat tulisan dengan judul serupa tapi dari sudut pandang saya. Jadi, bagian pertama ini adalah kupasan saya atas berita itu.

Pertama, di paragraf pertama, penulis berita itu menyampaikan bahwa anak generasi alfa dianggap lebih pintar dari generasi sebelumnya karena sangat dekat dengan kecanggihan teknologi. Benarkah demikian? 

Menurut saya, kepandaian seseorang tidak tergantung dari kedekatannya dengan teknologi. Bahwa seseorang dapat memperoleh wawasan lebih luas berkat teknologi, itu benar. Sehingga orang yang punya akses terhadap teknologi bisa memiliki wawasan lebih luas. Tapi apakah itu berarti lebih pintar? Apakah "pintar" itu?

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan pintar sebagai cerdik, banyak akal, dan mahir melakukan sesuatu. Orang menjadi pintar karena belajar. Bahwa belajar dapat dilakukan lebih baik dengan teknologi, itu benar. Tetapi tidak melulu begitu. Dan tidak semua orang yang punya akses teknologi itu pintar karena mereka tidak menggunakan teknologi itu untuk belajar. 

Mudahnya penyebaran berita bohong atau hoax lewat pesan berantai di grup whatsapp adalah contoh bahwa pemilik ponsel pintar belum tentu memiliki kepintaran yang cukup untuk memilah berita. Contoh lainnya adalah menggunakan komputer sekadar untuk "fesbukan" daripada untuk belajar atau bekerja.

Kedua, penulis Kompas.com tersebut memberi judul "tantangan" tanpa menjabarkan apa saja tantangannya. Di paragraf ketiga, penulis memang mengatakan bahwa anak generasi alfa akan menghadapi banyak tantangan dan kesempatan di masa depan. Tapi segera di paragraf selanjutnya, penulis justru melanjutkan dengan saran berbunyi "untuk itu, mereka perlu memiliki bla bla bla.."

Penulis menulis anak butuh dukungan gizi, asam lemak esensial agar perkembangan otak baik. Ini adalah kebutuhan anak manusia sejak dunia diciptakan, bukan anak generasi alfa saja. Dan ini adalah kebutuhan, bukan tantangan. Ada logika yang putus justru di awal paragraf yang membuat tulisan ini tidak nyambung antara judul dan tubuh tulisan.

Dua hal di atas adalah kekurangan yang saya temukan di berita. Setelah paragraf ini adalah tulisan saya tentang tantangan mendidik anak di generasi alpha. Saya menulis ini bukan untuk membandingkan apalagi "menyaingi" tulisan di Kompas.com tersebut. Saya menulis karena anak saya lahir di kisaran tahun yang sama dan memiliki concern yang sama dengan yang tertulis di judul feature di Kompas.com tersebut.

Tantangan Membesarkan Anak Generasi Alfa

Membesarkan anak Generasi Alfa, sebutan untuk anak yang lahir di tahun 2011 dan sesudahnya, memiliki tantangan yang berbeda dan jauh lebih sulit dibanding anak yang lahir di dekade sebelumnya. Namun bila dilihat dengan jernih, banyak tantangan itu secara umum berasal dari dua hal yaitu kemajuan teknologi dan kerusakan lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun