Mohon tunggu...
Edwin Dewayana
Edwin Dewayana Mohon Tunggu... -

.......... menyingkap fenomena di balik setiap peristiwa .........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati-Hati Kalau Memakai Baju Biru!

6 Maret 2012   23:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:25 1997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernah suatu saat Penulis menghadiri sebuah pertemuan penting berkaitan dengan suatu proyek. Saking pentingnya pertemuan itu, yang hadir sepakat untuk dressed up atau berpakaian lebih rapih dan formal daripada biasanya. Lantas apa yang terjadi di ruangan pertemuan itu? Ternyata semua berkemeja biru! Setelah sesaat menyadari, semua tertawa, menertawakan diri masing-masing.

Sejak pengalaman itu Penulis tidak suka lagi memakai baju biru. Resikonya, pasti banyak kembarannya. Tidak hanya baju biru yang banyak kembarannya tapi baju yang bernuansa warna biru dan yang bermotif garis-garis.

Bagi kaum laki-laki, warna biru rupanya warna otomatis. Tak berpikir pun, baju yang terpilih untuk dipakai atau dibeli cenderung secara refleks berwarna biru atau bernuansa biru. Di toko-toko pakaian sangat mudah menemukan kemeja biru karena mendominasi. Toko-toko memajang pakaian yang demikian karena kemeja ini yang paling laku sehingga dengan berbagai gradasi warna biru mereka minta produsen kemeja memasok pakaian dengan berbagai motif dan nuansa biru. Dan memang itu laku, banyak dibeli dan dipakai.

Kalau kita tidak kritis, bisa-bisa sepanjang minggu kemeja yang kita pakai selalu berwara biru atau gradasinya. Kelihatan tidak kreatif kan. Lebih khusus lagi, menjadi membosankan dan menjenuhkan.

Selain warna biru, warna-warna yang lain sedikit sekali terpilih. Masing-masing orang punya selera tersendiri untuk warna selain biru. Abu-abu muda dan abu-abu tua bergaris-garis cukup banyak dipilih.

Selain kecenderungan warna, kemeja pria cenderung bermotif garis-garis dengan berbagai variasinya. Meskipun motif bergaris cenderung netral, tapi ini juga bahaya karena cenderung mengesankan ketidakkreatifan, yang ujungnya menjadi membosankan juga. Ada banyak motif lain yang juga bagus, misalnya kotak-kotak. Motif kotak-kotak tidak apa-apa kurang formal asal yang penting tidak membosankan.

Kaum laki-laki enggan memilih warna putih untuk menghindari kesan sebagai seragam baju sekolah atau seragam pegawai tertentu. Alasan lainnya, warna putih lebih cepat terlihat kotor. Padahal warna putih adalah warna yang sangat netral. Kelebihan warna putih tertutup oleh resiko-resiko negatif tadi.

Dengan resiko-resiko itu, akhirnya Penulis memilih kemeja warna putih sebagai kemeja sehari-hari. Putih bisa polos atau bermotif kotak-kotak tipis, asal bukan bermotif garis. Kemeja putih dengan bahan katun sangat menyenangkan. Kelihatan bersih dan nyaman dipakai.

Kecenderungan lainnya, orang yang bepergian naik pesawat suka sekali memakai jaket. Dan warna jaketnya kebanyakan biru donker atau hitam. Padahal bepergian selama masih di dalam negeri udaranya tidak dingin. Bahkan di dalam pesawat juga tidak begitu dingin karena blower AC bisa ditutup. Keluar dari pesawat di dalam bandara juga tidak dingin. Keluar dari bandara malah panas sekali udaranya.

Sedangkan bepergian naik kereta api eksekutif memang dingin, dan waktunya cukup lama. Jaket pasti diperlukan kalau tidak ingin kedinginan selama dalam perjalanan. Lagi-lagi ... warna jaketnya kalau tidak biru donker ya hitam.

Yuk kita lebih kreatif untuk tidak melulu memakai baju dengan warna-warna "tradisional" itu. Supaya hidup lebih berwarna dengan warna-warna yang baru dan indah. Memakai baju batik lebih sering lebih bagus, tapi harus batik tulis, bukan batik printing. Batik menjadi lebih netral dengan trend saat ini. Ada embel-embel "batik" tidak otomatis membuat motif printing menjadi sebuah batik. Hanya sejauh motif atau gambarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun