Mohon tunggu...
Edwin
Edwin Mohon Tunggu... VP

Academic practitioner

Selanjutnya

Tutup

Financial

Semen Indonesia : Turnaround atau Mati !

22 Mei 2025   08:52 Diperbarui: 22 Mei 2025   08:52 6014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

    Membaca berita IDNFinancials.com tanggal 5 Mei 2025, membuat mata terbelalak, antara percaya dan tidak. Media tersebut memberitakan bahwa laba bersih SMGR anjlok 90,97%. SMGR adalah kode perusahaan di bursa efek untuk PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Bagaimana mungkin perusahaan holding semen raksasa nasional  yang diisi oleh merek-merek legendaris di seantaro negeri ini, Semen Padang, Semen Gresik, Semen Tonasa, Semen Baturaja, Dynamic (penjelmaan dari Semen Cibinong), bisa mengalami kinerja yang menyedihkan seperti yang ditulis dalam berita tersebut. 

     Merek Semen Padang adalah semen tertua di Asia Tenggara yang menguasai toko-toko bangunan di pulau Sumatra dan Kepulauan Riau. Tidak hanya Semen Padang, PT Semen Indonesia masih memiliki merek Semen Dynamic (dulunya Semen Andalas) yang menguasai wilayah Aceh dan sebagian Sumatra Utara. Semen Indonesia juga memiliki Semen Baturaja yang menguasai wilayah Sumatra Selatan dan Lampung serta sebagian wilayah Jambi.

     Pabrik  PT Semen Indonesia di Pulau Sumatra terdapat di Banda Aceh, Padang, dan Baturaja. Sedangkan fasilitas pengantongan semennya   terdapat di Medan, Bengkulu, Lampung dan Batam. Praktis pulau  Sumatera telah dikepung oleh merek-merek milik PT Semen Indonesia.

    Sementara itu, merek Semen Gresik sangat dikenal oleh masyarakat di Pulau Jawa  dan Kalimantan.  PT Semen Indonesia punya fasilitas produksi dan pengantongan semen di Jakarta, Jawa Tengah,dan Jawa Timur serta  beberapa daerah di Kalimantan.

    Merek Semen Tonasa telah dipakai oleh masyarakat di wilayah Kalimatan dan Indonesia Timur dari sejak dulu kala. Bahkan, tidak hanya di Nusantara, PT Semen Indonesia juga memiliki fasilitas produksi di Vietnam. Luar biasa!

    Namun kedigjayaan penguasaan pasar merek-merek milik PT Semen Indonesia sepertinya tidak dikuti oleh kedigjayaan kinerja keuangan perusahaan plat merah tersebut. Mari kita maknai angka-angka yang dicetak oleh produsen semen kebanggaan masyarakat Indonesia tersebut. Semua data diambil dari publikasi yang tersedia untuk umum.

    Laba bersih triwulan I/2025 sebesar Rp.35,432 milyar hanya 7,53% terhadap laba bersih periode yang sama tahun 2024 atau mengalami penurunan sebesar 92,47%. Dengan laba sebesar Rp.35,432 milyar dan nilai asset sebesar Rp. 76,614 trilyun berarti return on asset (ROA) PT Semen Indonesia hanya 0,05%.  Jika angka  ini dikali empat untuk menjadi satu tahun maka diperoleh perkiraan ROA 0,2%.

    Dilihat ke belakang ternyata kinerja Triwulan 1/2025 tersebut mengalami trend penurunan selama kurun waktu 5 tahun terakhir.  Pada tahun 2024, PT Semen Indonesia membukukan laba bersih sebesar Rp.   771,674. Dibandingkan dengan total asset sebesar Rp.76,993 trilyun, perusahaan plat merah tersebut hanya menghasilkan ROA sebesar 1,0%. ROA tertinggi dalam kurun waktu 5(lima) tahun terakhir dibukukan pada tahun 2022 yaitu sebesar 3,0%.

    Para direksi perusahaan apalagi holding, pasti familiar dengan peralatan manajemen BCG Matrix, yang banyak dimanfaatkan untuk mengatur portofolio perusahaan. BCG Matrix memberikan panduan untuk membandingkan perusahaan dengan pesaing terbesarnya. Mari kita liat kinerja Semen Tiga Roda sebagai pesaing  terbesar Semen Indonesia.

    Laba bersih Semen Tiga Roda pada triwulan 1/2025 sebesar Rp.210,675 milyar menghasilkan ROA sebesar 0,70% dengan total asset sebesar Rp30,096 trilyun atau perkiraan ROA untuk satu tahun 2,8%.  Tahun 2024 ketika Semen Indoensia membukukan laba bersih sebesar Rp.771,674 milyar, Semen Tiga Roda membukukan laba bersih sebesar Rp2,008 trilyun dengan ROA sebesar 6,60%. Selama periode 2020-2024, ROA rata-rata Semen Tiga Roda 6,76% dibanding ROA rata-rata Semen Indonesia sebesar 2,52%. Padahal, nilai asset Semen Indonesia pada tahun 2024 sebesar 2,53x nilai asset Semen Tiga Roda.

    Lebih jauh jika dipakai kinerja pabrik semen di luar negeri yaitu Holcim (Swiss) sebagai benchmark, maka kita akan mendapat hitungan ROA mereka pada tahun 2024 sebesar 7,4% dan pada tahun 2023 sebesar 7,9%.

    Berangkat dari keprihatinan angka-angka kinerja Semen Indonesia tersebut diatas, tidak berlebihan jika tulisan ini mengirim pesan  pentingnya segera dilakukan upaya turnaround.   Ibarat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebuah rumah sakit, kondisi Semen Indonesia saat ini akan diberi dokter jaga dengan  label kuning pada sistem Triase, karena indikator-indikator vital pasien sangat mengkuatirkan. Jika tidak segera ditangani akan berdampak fatal dan akan diberi label hitam oleh dokter IGD.

    Mari kita lihat indikator-indikator vital dimaksud yang menjadi alasan kuat harus segera dilakukan  turnaround.

Efektifitas kapasitas terpasang yang rendah

     Kapasitas terpasang Semen Indonesia tahun 2024 sebesar 56,450 juta ton hanya termanfaatkan sebesar 33,106 juta ton atau 59% dari total kapasitas produksi. Rendahnya efektifitas kapasitas produksi ini disebabkan oleh rendahnya volume penjualan sebesar 38,266 juta ton.

    Kapasitas besar yang dipilih oleh Semen Indonesia tentulah dengan sebuah tujuan yang jelas yaitu mengejar skala ekonomis dari penurunan biaya tetap per ton.  Namun pemanfaatan kapasitas produksi yang rendah akan berdampak pada hilangnya kesempatan fleksibilitas harga jual Semen Indonesia. Padahal tipikal pabrik semen memiliki porsi biaya tetap yang cukup tinggi, sekitar 40% dari total biaya. Semen Indonesia sebetulnya memiliki kesempatan yang besar mendapatkan lompatan laba ketika titik Break Event Point (BEP) tercapai.

    Sebagian besar biaya tetap pabrik semen tertanam pada sunk cost, yaitu biaya yang tidak bisa ditarik lagi ketika perusahaan keluar industri. Dampak dari hal ini adalah  exit barrier  industri  yang cukup tinggi. Menurut Porter perusahaan-perusahan yang memiliki exit barrier yang tinggi memiliki resiko bisnis yang relatif tinggi. Kalau pendapat Porter ini dikombinasikan dengan realisasi laba Semen Indonesia yang rendah, maka ini sangat mengkuatirkan karena laba rendah pada resiko bisnis yang relatif tinggi.

Volume penjualan yang rendah

    Tanpa melihat laporan penjualan hampir dapat dipastikan volume penjualan Semen Indonesia rendah. Dengan karakteristik semen yang bulky ada keterbatasan ekonomis tempat penyimpanan stok produksi. Ini tidak memungkinkan pabrik semen menyimpan stok yang berlebih lebih untuk hanya sekedar  memaksimalkan jam jalan peralatan produksi.

    Memang harus diakui bahwa kondisi semen nasional sedang over supply yang luar biasa. Permintaan semen nasional sebesar 64,9 juta ton dipasok oleh kapasitas nasional sebesar 119,9 juta ton. Dengan biaya tetap yang relatif tinggi, mudah diduga masing-masing pabrikan akan berjuang untuk memaksimalkan keterpakaian kapasitas produksinya. Akibatnya perang harga akan terjadi.  Kondisi ini diperparah oleh semen yang merupakan produk generik (standardized).

    Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian ketika Semen Indonesia melakukan turnaround untuk meningkatkan volume penjualan.

    Kesatu, apakah sudah terpisahnya fungsi marketing dengan fungsi penjualan.  Marketing bukanlah penjualan. Mereka memiliki fungsi yang berbeda, bekerja pada time horizon yang berbeda. Jika perusahaan memiliki unit marketing, namun meletakan penjualan sebelum marketing,  maka unit marketing itu hanyalah sebuah nama yang tidak bermakna.

    Kedua, kompetensi sumber daya marketing. Memasarkan  homogeneous commodity seperti semen membutuhkan kemampuan penguasaan konsep marketing yang solid dan holistik. Kompetensi ini akan memfasilitasi perusahaan untuk mampu melihat celah diferensiasi agar bisa keluar dari commodity trap. Wawasan berpikirnya tidak lagi berada pada commodity mindset, seperti yang disampaikan oleh Prof Levitt “there is no such thing as a commodity”

    Beberapa alat tes dalam melihat kemampuan kompetensi sumber daya marketing adalah apakah Semen Indonesia memiliki value proposition yang ditawarkan kepada para pelanggannya. Value proposition tujuannya adalah untuk menciptakan diferensiasi produk di pasar. Value proposition yang mampu menciptakan diferensiasi adalah value proposition yang diturunkan dari pemahaman perusahaan atas customer value. Lebih lanjut, juga bisa dilihat apakah perusahaan melakukan segmentasi pasar secara tepat (proper).

    Ketiga, bagaimana Semen Indonesia  memastikan bahwa semen dengan harga relatif murah yang dipasarkan sebagai fighting brand tidak menimbulkan efek kanibaliasi terhadap merek premium dan betul-betul  menjadi pagar bagi merek premium Semen Indonesia. Terkait ini paling tidak ada tiga pertanyaan statejik yang seyogianya dijawab dan dinilai untuk memastikan inisiatif strategi fighting brand tepat sasaran. Pertanyaan dimaksud yaitu : (a) apa perbedaan value yang mendasar antara produk fighting brand dengan produk premium?, (b) bagaimana Semen Indonesia memastikan bahwa pasar, betul-betul memandang terdapat perbedaan value antara fighting brand dan premium brand?, (c) apa alat kontrol Semen Indonesia untuk memastikan tidak terjadi kanibalisasi?. Jika tiga  pertanyaan tersebut tidak bisa terjawab dengan baik, dikuatirkan fighting brand hanya akan menimbulkan kanibalisasi dan justru akan menurunkan pendapatan Semen Indonesia secara konsolidasi.

Harga pokok pendapatan yang relatif tinggi

    Semen merupakan produk generik yang dijual di pasar masal (mass market), memiliki key success factor  yaitu cost leadership. Esensi dari konsep ini adalah ketika pesaing telah mengorbankan margin untuk mempertahankan volume penjualan, perusahaan yang memiliki cost leadership masih punya margin sedikit. Dalam jangka panjang para pesaing yang telah merugi tidak akan mampu bertahan dan akan kolaps.

    Data-data keuangan Semen Indonesia memperlihatkan harga pokok yang relatif lebih tinggi dibanding pesaing. Pada tahun 2024, harga pokok Semen Indonesia menyerap 78% dari  pendapatan. Angka ini mengalami kenaikan dari tahun 2023 sebesar 74%. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir harga pokok pendapatan mengalami trend kenaikan dengan harga pokok rata-rata 71,6%

    Sementara itu pesaing terbesar Semen Indonesia yaitu Semen Tiga Roda memiliki harga pokok pendapatan yang relatif lebih rendah. Pada tahun 2024 dan 2023, harga pokok pendapatannya menyerap 67% pendapatan. Rata-rata lima tahun terakhir harga pokok pendapatan Semen Tiga Roda menyerap 66,5% pendapatan. Harga pokok pendapatan Tiga Roda relatif sama dengan harga pokok pendapatan Cemex (Meksiko) yang menyerap 66% pendapatan dan berada diatas harga pokok pendapatan Holcim (Swiss) sebesar 56% dari pendapatan.

    Dengan data kinerja harga pokok diatas, banyak pekerjaan rumah Semen Indonesia terkait  manajemen biaya. Diantara hal-hal penting yang perlu dievaluasi adalah efektifitas pelaksanaan cost control , penetapan besaran target biaya, prosedur dan proses pembelian material yang berkontribusi pada kelompok biaya variabel.

    Tidak kalah pentingnya adalah pengelolaan biaya overhead. Biaya overhead banyak terkait dengan kebijakan dan aktivitas perusahaan. Konsep Activity Based Costing (ABC) menjelaskan “activities consume resources, and those activities are then linked to product and services”.

   Seyogianya cost leadership yang menjadi salah satu key success factor  industri semen, dijadikan mindset dalam mengelola biaya overhead. Cost leadership bukan sekedar menjadi slogan dalam seremonial organisasi atau penghias dinding kantor, namun harus dijiwai oleh segenap individu dalam organisasi mulai dari level paling atas hingga paling bawah. Struktur organisasi misalnya harus dipastikan disusun  berdasarkan filosofi cost leadership, karena efeknya akan sangat besar terhadap biaya overhead.

    Diharapkan tulisan ini bisa memberikan kontribusi untuk perbaikan kinerja PT Semen Indonesia (Persero) Tbk kedepannya, sehingga kinerja holding semen  plat merah ini membaik. Tentunya Pak Erick Thohir , Pak Rosan Roeslani dan Pak Dony Oskaria serta segenap stakeholders akan semringah ketika melihat kinerja Semen Indonesia kinclong. Dividen akan lebih besar dan harga  saham akan melejit di bursa efek, yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja Danantara.  Semoga !

___________________________

*/ VP perusahaan nasional, alumni Monash University Melbourne.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun