Mohon tunggu...
Edward Simanungkalit
Edward Simanungkalit Mohon Tunggu... -

Selama ini terus belajar menulis yang dimulai sejak tahun 1993 hingga sekarang. Belakangan belajar menulis buku dan telah berhasil menulis buku: "ORANG TOBA: Asal-usul, Jatidiri, dan Mitos Sianjur Mulamula" (2015). Aktivitas menulis ini didasari satu keyakinan bahwa "kebenaran itu memerdekakan". Ternyata belajar itu tak ada hentinya, karena belajar di Sekolah Kehidupan tak ada habis-habisnya. All Truth is God's Truth.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benarkah Si Raja Batak Nenek-Moyang Bangso Batak dan Toba Induk Bangso Batak? (5)

18 Januari 2016   00:34 Diperbarui: 22 Maret 2016   12:37 1637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Etnis Simalungun sudah berdiam di Tanah Simalungun sebelum Si Raja Batak tiba di Sianjur Mulamula. Mereka berbahasa Simalungun yang termasuk rumpun bahasa Austronesia. Kemudian terjadi migrasi dari tetangga-tetangganya ke Tanah Simalungun, sehingga terjadi percampuran lagi dan mereka yang datang ini hidup mengikuti budaya Simalungun/Ahap Simalungun. Demikian juga dari Simalungun pun ada terjadi migrasi ke luar yaitu ke tetangga-tetangganya. Sebagai sebuah etnis, Etnis Simalungun memiliki tanah ulayat, masyarakat, bahasa, budaya, kepercayaan tradisional (agama suku), dan mitologi sendiri. Inilah etnis Simalungun yang sekarang dan pada dasarnya etnis  Simalungun itu terbentuk sendiri, sehingga bukan diturunkan Si Raja Batak dari Sianjur Mulamula  seperti dikemukakan oleh W.M. Hutagalung yang secara prinsip diikuti oleh penulis-penulis sejarah “Batak” lainnya.

Etnis Mandailing sudah berdiam di Tanah Mandailing sebelum Si Raja Batak tiba di Sianjur Mulamula. Mereka berbahasa Mandailing yang termasuk rumpun bahasa Austronesia. Kemudian terjadi migrasi dari tetangga-tetangganya, sehingga terjadi lagi percampuran dan mereka yang datang ini hidup mengikuti budaya Mandailing. Demikian juga dari Mandailing pun ada terjadi migrasi ke luar yaitu ke tetangga-tetangganya. Sebagai sebuah etnis, Etnis Mandailing memiliki tanah ulayat, masyarakat, bahasa, budaya, kepercayaan tradisional (agama suku), dan mitologi sendiri. Inilah etnis Mandailing yang sekarang dan pada dasarnya etnis Mandailing terbentuk sendiri, sehingga bukan keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mulamula seperti dikemukakan oleh W.M. Hutagalung yang secara prinsip diikuti oleh penulis-penulis sejarah “Batak” lainnya.

Etnis Pakpak sudah berdiam di Tanah Pakpak sebelum Si Raja Batak tiba di Sianjur Mulamula. Mereka berbahasa Pakpak yang termasuk rumpun bahasa Austronesia. Kemudian terjadi migrasi dari tetangga-tetangganya, sehingga terjadi lagi percampuran dan mereka yang datang ini hidup mengikuti budaya Pakpak. Demikian juga dari Pakpak pun ada terjadi migrasi ke luar yaitu ke tetangga-tetangganya. Sebagai sebuah etnis, Etnis Pakpak memiliki tanah ulayat, masyarakat, bahasa, budaya, kepercayaan tradisional (agama suku), dan mitologi sendiri. Inilah etnis Pakpak yang sekarang dan pada dasarnya etnis Pakpak terbentuk sendiri, sehingga bukan keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mulamula seperti dikemukakan oleh W.M. Hutagalung yang secara prinsip diikuti oleh penulis-penulis sejarah “Batak” lainnya.

Akhirnya, turiturian (folklore) yang ditulis oleh W.M. Hutagalung di dalam bukunya “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak” (1926) yang berpangkal kepada figur Si Raja Batak dari Sianjur Mulamula di kaki Pusuk Buhit, Samosir terbukti banyak tidak sesuai dengan fakta. Oleh karena itu, sejarah harus ditulis ulang. ***

 

(*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban


Tulisan ini terkait dengan tulisan-tulisan sebelumnya:

ORANG TOBA: Asal-usul, Budaya, Negeri, dan DNA-nya

ORANG TOBA: Austronesia, Austroasiatik, dan Negrito

ORANG TOBA BUKAN KETURUNAN SI BORU DEAK PARUJAR

PUSUK BUHIT BUKAN GUNUNG LELUHUR ORANG TOBA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun