Mohon tunggu...
Edward David
Edward David Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Krisis Moneter 1997 vs Pandemi Covid-19 2020! Sejarah dan Dampak bagi Perekonomian Negara.

3 April 2023   11:02 Diperbarui: 3 April 2023   12:10 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ekonomi sebagai hal yang mendasar bagi kehidupan manusia. Dalam perannya, ekonomi tentunya banyak berdampak dabgi kehidupan manusia di dunia. Dalam definisinya yang berkaitan dengan kebutuhan manusia dengan sumber yang terbatas meneyebabkan perlunya ada kebijakan serta perhatian mendasar dalam menjaga kestabilitasan ekonomi di dunia. Ekonomi yang stabil serta kebijakan yang benar akan membuat suatu ekonomi di suatau negara akan berpengaruh dan berdampak luarbiasa bagi negara tersebut. Namun, seringkali dalam hal ini terjadi suatu gejolak ekonomi yang meneyebabkan terjadinya berbagai hal. Tidak hanya itu, gejolak yang terjadi dapat disebabkan oleh perihal ekonomi itu sendiri atau dengan masalah kehidupan lainnya seperti politik, kesehatan, pendidikan, dan lain-lainnya.

Dalam Artikel ini akan dibahas suatu permasalah global yang terjadi pada tahun di dekade yang berbeda. Sejarah terjadinya hal tersebut dan bagaimana dampak signifikan. yang terjjadi akan dikupas. Tidak hanya itu, Perkonomian yang terdampak juga akan dibahas dan dianalisa hal-hal yang telah terjadi.

Krisis Moneter 1997

Krisis moneter adalah suatu krisis yang terjadi dan berkaitan dengan hal keuangan di suatu negara. Krisis moneter 1997-98 melanda negara-negara di Asia Tenggara sejak Juli 1996. Krisis moneter pada masa reformasi tersebut, turut mempengaruhi perkembangan ekonomi Indonesia. Dampak krisis moneter menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap mata uang greenback atau dolar Amerika Serikat (AS), ke level Rp 16.000 per dolar AS.

Penyebab utama dari terjadinya krisis yangberkepanjangan ini adalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang sangat tajam, meskipun ini bukan faktor satu-satunya, tetapi ada banyak faktor lainnya yang berbeda menurut  sisi  pandang  masing-masing pengamat. Krisis yang berkepanjanganini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam, akibat dari serbuan yang mendadak dan secara bertubi-tubi terhadap dollar AS (spekulasi) dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah besar.

Penyebab terjadinya krisis moneter pada tahun itu adalah pertama sistem devisa yang bebas tanpa pengawasan memadai. Sehingga ketika itu Indonesia menganut devisa bebas, menyebabkan nilai rupiah menjadi konvertibel. Dilanjutkan dengan masyarakat bebas membuka rekening valas untuk luar negeri dan dalam negeri. Lalu banyak perusahaan tidak dapat membayar utang yang telah  jatuh tempo beserta bunganya. Tidak hanya itu, nilai mata uang rupiah juga relatif melemah terhadap dolar AS, dan membuat nilainya menjadi terlalu tinggi. Terakhir, sistem bank di Indonesia yang saat itu turut melemah, sehingga berdampak pada meningkatnya utang luar negeri serta pengaruhnya situasi politik yang juga memanas pada 1998, turut berdampak signifikan pada kondisi ekonomi di Indonesia.

Krisis moneter mengakibatkan nilai mata uang rupiah melemah pada tahun 1998. Selain itu, krisis moneter juga berdampak pada berbagai bidang kehidupan manusia. Seperti halnya:

1. Turunnya nilai tukar mata uang rupiah, mengakibatkan harga bahan pokok naik. Kenaikan bahan pokok membuat masyarakat kehilangan daya beli. Beberapa barang sulit ditemukan hingga harganya melambung tinggi. Kenaikan harga ini membuat protes masyarakat terjadi di mana saja
2. Krisis moneter juga mengakibatkan banyak perusahaan yang tidak mampu membayar dan memakai bahan baku impor. Hal ini mengakibatkan beberapa perusahaan tidak mampu membayar utang. Akhirnya perusahaan membutuhkan mata uang dolar Amerika Serikat untuk dapat membeli bahan baku karena nilai rupiah yang menurun. Hal ini kemudian berdampak pada pengurangan pekerja di perusahaan tersebut. Pada akhirnya berdampak juga pada kemiskinan dan pengangguran tinggi. Serta naiknya kebutuhan bahan pokok dan membuat kebutuhan biaya hidup menjadi semakin tinggi

3. Bank di Indonesia juga mengalami kredit macet karena turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Kredit ini berdampak pada kegagalan bisnis dan utang. Pemerintah akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan perekonomian dengan cara menggabungkan beberapa bank. Pemerintah juga membentuk suatu Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Dengan tujuan agar pembentukan ini dapat untuk mengawasi bank yang bermasalah.

4. Tahun 1998, panyak mahasiswa di seluruh Indonesia berdatangan dan menggelar protes hingga terjadi suatu bentrokan massa. Aksi protes ini terjadi pada pertengahan 1998 sampai akhir tahun. Aksi demonstrasi menuntut Presiden Soeharto untuk segera mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden. Pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengumumkan undur dirinya menjadi presiden RI. Setelah pengumuman tersebut, jabatan presiden RI digantikan oleh B.J. Habibie. Tidak hanya itu, order baru dan krisis moneter juga mengakibatkan terjadinya kerusuhan warga, mahasiswa, dan aparat. Banyak aksi protes mengakibatkan pertumpahan darah hingga menewaskan beberapa mahasiswa. Kemarahan masyarakat juga mengakibatkan penjarahan barang besar-besaran. Tidak terkecuali, terjadinya perampokan di beberapa daerah. Selain itu juga terjadi kasus pelanggaran HAM dan isu rasisme pada etnis tionghoa saat itu.
5. Krisis moneter yang terjadi juga membuat investor asing kehilangan kepercayaannya terhadap RI. Investor asing ini dapat menanamkan modal di perusahaan dalam negeri, apabila nilai tukar rupiah sesuai dengan harga pasarnya. Tetapi, dengan menurunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar AS mengakibatkan banyak investor tidak lagi percaya. Serta mengakibatkan beberapa perusahaan gulung tikar dan bankrut.

Pandemi Covid-19 2020

Pandemi adalah sebuah wabah penyakit yang muncul secara serempak di berbagai tempat dan wilayah di dunia. WHO menyebutkan bahwa pandemi merupakan suatu istilah yang digunakan saat peningkatan penularan penyakit dan persebaran virus yang terjadi tiba-tiba dan menyebar di berbagai negara serta bisa mempengaruhi banyak orang di berbagai negara.

WHO juga secara resmi menjadikan virus corona atau covid-19 sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Sebab virus ini sudah menyebar luas di seluruh dunia. Walaupun terdengar menakutkan, namun sebenarnya pandemi hanyalah istilah untuk penyakit yang penyebarannya luas, bukan untuk penyakit yang ganas dan mematikan.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah pasien positif terinfeksi COVID-19 di Indonesia mencapai 6.747.363 orang per 2022. Pandemi ini menyebabkan beberapa pemerintah daerah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berimplikasi terhadap pembatasan aktivitas masyarakat, termasuk aktivitas ekonomi, aktivitas pendidikan, dan aktivitas sosial lainnya.

Pandemi covid-19 2020 tidak hanya menganggu bidang kesehatan, namun juga berdampak pada tatanan dan bidang ekonomi semua negara di dunia. Melansir dari Jurnal Benefita 5(2), dampak pandemi terhadap ekonomi bisa menyebabkan terjadinya rendahnya investor terhadap pasar yang akhirnya membuat dan menagkibatkan pasar ke arah negatif. sama seperti halnya krisis moneter, pandemi covid-19 juga berdapak pada segi ekonomi dan kehidupan manusia. 

Dalam Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK  juga disebutkan bahwasannya sebuah pandemi membuat pertumbuhan ekonomi di negara akan melambat. Hal tersebut dipicu dengan adanya kebijakan pembatasan sosial dan karantina wilayahyang diterapkan oleh pemerintah. Sehingga aktivitas ekonomi menjadi terhambat dan melambat. Pandemi yang terjadi sejak Maret 2020, telah membuat perekonomian pada tahun tersebut anjlok di berbabgai negara. Ini terlihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang tercatat -2,07% pada 2020. Pada tahun sebelumnya PDB masih tumbuh hingga 5,02%.

Penurunan pertumbuhan ekonomi yang terjadi tersebut juga bisa diikuti dengan dampak ekonomi lainnya seperti peningkatan pada angka pengangguran. Hal ini dikarenakan saat terjadinya pandemi banyak perusahaan yang terganggu dan memutuskan untuk PHK karyamannya. Sehingga banyak karyawan yang terpaksa dirumahkan. Dari data yang dipublikasikan dalam databoks, per Agustus 2020 jumlah pengangguran di Indonesia bertambah dari 2,67 juta menjadi 9,77 juta orang. Pengangguran ini bertambah seiring dengan jumlah angkatan kerja yang juga bertambah.

Jika kita telaah dan analisa secara singkat kedua kejadian besar yang terjadi pada dua dekade terakhir. Kedua hal ini merupakan suatu hal yang berbeda jika dilihat dari kejadiannya. Krisis moneter 1997 sebenernya adalah hal yang terduga jika pada sata itu Indonesi amampu lebih cepat dan amanah tepat dalam kebijakannnya mungkin saja tidak akan terjadi krisi stersebut. Sedangkan, Pandemi covid-19 2020 adalah hal yang tidak terduga sama sekali akan terjadi dan perlu persiapa yang secara tiba-tiba dalam menghadapi itu semua. 

Lalu dampaknya pada ekonomi pun kurang lebihnya sama dan sanagat berdampak signifikan. Oleh karena itu, bebrbagai cara telah diupayakan oleh pemerintah dalam mewujudkan kebangkitan dalam ekonomi did negara tersebut. pada akhirnya Indonesia mampuy bangkit dari keterpurukan dua kejadian luarbiasa tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun