Tentu kita berharap pemerintah bersikap adil, kalau kita merelakan "terlockdown" Â dengan "lebaran di rumah saja", batasi dong bergerakan tenaga kerja asing ke Indonesia, kita paham bahwa penyebaran pandemi covid-19 masih berlangsung dan di kuatirkan makin menjalar ke daerah jika tradisi mudik terus berlangsung.
Jangan sampai tradisi "mudik" menjadi bahan komoditi politik kekuasaan yang lebih mengutamakan kepentingan segelintir orang, pemerintah harusnya tegas, jika mudik atau pulkam dilarang mengapa bandara berjubel penuh sesak orang, jangan sampai terkesan, mudik hanya boleh bagi mereka yang "ber-uang" dan "ber-kuasa"
Mudik atau Pulkam, adalah tradisi yang bisa jadi hanya ada di Indonesia, tradisi yang telah mendarah daging di masyarakat, ketika masyarakat di "tekan" untuk tidak mudik, harusnya tegas, jangan bermain di dua kaki.
Mari kita maknai lebaran tanpa mudik dalam konsteks penyebaran pandami covid-19 dengan hati legowo, mudah-mudahan Allah SWT selalu menjaga dan melindungi keluarga besar kita dari ancaman virus corona dan wabah menular lainya. Â
Wallahu 'alam bishowah
Bekasi, 26 Ramadhan 1441 H/19 Mei 2020
(penulis adalah Dosen Tetap Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)