Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Ganjar Pranowo (Pasti) Menang di NTT

17 November 2021   05:42 Diperbarui: 21 Desember 2021   16:16 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar Pranowo, saat memakai busana adat NTT (sumber: merdeka.com)

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

(Penulis, Konsultan Skripsi dan Dosen)

Salah satu nama yang digadang-gadang untuk maju di bursa pilpres 2024 adalah Ganjar Pranowo. Sosok yang sederhana dan murah senyum ini, diyakini mampu melanjutkan tugas presiden Joko Widodo. Kepercayaan masyarakat yang tinggal terhadap Ganjar Pranowo ini dapat dilihat melalui tingkat elektabilitas nya dibeberapa survei.

Di beberapa daerah relawan Ganjar Pranowo sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Termasuk di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terkenal dengan komodo, Labuan Bajo dan Sumba. Sosok Ganjar Pranowo tentu sangat diharapkan untuk menggantikan dan melanjutkan kerja presiden Joko Widodo.

Simpati masyarakat NTT kepada Ganjar Pranowo bukan tanpa sebab. Banyak kalangan menilai Ganjar Pranowo akan memperlakukan warga NTT seperti apa yang dilakukan oleh presiden Joko Widodo. Kesan semacam ini muncul karena sikap Ganjar Pranowo yang memperlakukan warga NTT ketika berada di Jawa Tengah. Ganjar Pranowo sebagai sosok yang humanis, begitu kira-kira pendapat sebagian warga NTT.

KPU NTT di tahun 2019 menetapkan jumlah DPT Pemilu 2019 sebanyak 3.289.174 pemilih. Flash back hasil pilpres 2019, pasangan Jokowi-Ma'ruf berhasil meraih 2.368.982 suara atau 88.57 persen di NTT. Sementara Prabowo-Sandi harus puas menerima kekalahan dengan 305.587 suara atau 11.43 persen. Kemenangan ini sangat berpengaruh terhadap kemenangan Joko Widodo pada tingkat nasional.

Potensi kemenangan Ganjar Pranowo di propinsi NTT bisa saja terulang kembali mengikuti jejak presiden Joko Widodo. Sebab, secara psikologis Ganjar Pranowo sudah menang di propinsi NTT. Tidak bermaksud mendahului kehendak Tuhan dan tidak bermaksud sok tahu apa yang diinginkan oleh masyarakat NTT secara umum. Namun beberapa uraian di bawah ini setidaknya dapat mendukung kesimpulan berdasarkan judul tulisan ini.

1. Pilkada DKI membawa kesan tersendiri bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT)

Pilkada DKI 2017 menjadi salah satu pilkada yang paling mendapatkan sorotan publik. Dinamika politik yang begitu dahsyat, menggeser makna politik menjadi lebih sederhana. Artinya, politik bukan lagi menjadi barang mewah yang hanya dimiliki sekelompok orang saja. Politik menjadi milik masyarakat, bukan hanya masyarakat Jakarta, melainkan seluruh antero negeri.

Diskusi politik terjadi dimana-mana, dari forum-forum resmi sampai di warung kopi sederhana. Perdebatan antara para pendukung di media sosial tidak terelakkan lagi. Pertarungan berakhir dengan kemenangan pasangan Anies Baswedan - Sandiaga Uno yang mengalahkan pasangan Basuki Tjahaja purnama - Djarot Saiful Hidayat pada putaran kedua. 

Intrik politik pada pilkada DKI 2017 memang sungguh luar biasa. Dari kesalahan Basuki Tjahaja purnama alias Ahok, yang dianggap menistakan agama Islam. Ahok dituduh nistakan Agama Islam usai kutip Al Maidah 51. Ribuan umat yang mengganggap Ahok menistakan Agama Islam turun kejalan melakukan demonstrasi. Yang sampai saat ini kita mengenal dengan gerakan 212. 

Gerakan 212 yang dipromotori oleh PKS dan FPI kala itu sekejap meruntuhkan elektabilitas Ahok sebagai petahana. Simpati publik kepada Ahok berubah menjadi amarah yang menggebu-gebu. Isu agama yang dimainkan, seputar surga dan neraka, saling mengkafirkan satu sama lain. Ide dan gagasan seperti tenggelam dihantam badai kebencian atas dasar tidak seiman. 

Pilkada DKI 2017 menimbulkan ketidakpercayaan pada kelompok atau partai yang memainkan isu agama. Masyarakat NTT misalnya, begitu marah dengan kejadian yang menimpa Ahok. Hal ini bukan karena Ahok kalah atau karena Ahok merupakan representasi kaum minoritas. Ini karena ketidakpuasan masyarakat NTT atas isu agama dan intoleransi yang menghantam pribadi Ahok.

NTT dikenal dengan masyarakat yang memiliki tingkat toleransi tinggi tentu pasti tidak suka dengan isu-isu radikalisme dan intoleransi. Ketidaksukaan ini direspon oleh masyarakat NTT dengan tidak mendukung calon presiden, calon kepala daerah, calon anggota legislatif yang partainya dianggap bertanggung jawab dengan pilkada DKI pada tahun 2017. 

Bagi masyarakat NTT, yang paling bertanggungjawab adalah partai Gerindra dan PKS. Sebab, partai Gerindra dan PKS yang mendukung pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Hukuman pertama partai Gerindra adalah tidak terpilihnya kader Gerindra sebagai gubernur NTT. Padahal Eston Funai (kader Gerindra) kala itu digadang-gadang akan memenangkan Pilgub NTT. Elektabilitas Eston seketika anjlok pasca pilkada DKI tahun 2017. 

Di pilpres dan pileg 2019, suara partai Gerindra anjlok. Gerindra kehilangan dua kursi anggota dewan dari daerah NTT. Sebab, periode sebelumnya, Gerindra menyumbang dua kursi masing-masing 1 kursi dari dapil NTT 1 ( Pius Lustrilanang) dan dapil NTT II (Fary Djemy Francis). Selain itu, Prabowo Subianto juga tidak mendapatkan simpati masyarakat NTT sehingga menelan kekalahan telak dari rivalnya presiden Joko Widodo saat pilpres 2019. 

Apa makna semuanya bagi Ganjar Pranowo? Ini signal bahwa masyarakat NTT tidak menginginkan calon yang menggunakan isu-isu agama untuk kepentingan kekuasaan. Ganjar Pranowo dianggap merepresentasikan keinginan masyarakat NTT. Sepak terjang Ganjar Pranowo yang responsif terhadap isu-isu intoleransi mendapat apresiasi dari masyarakat NTT. Memang tidak semua, tetapi mayoritas masyarakat NTT mengenal sosok Ganjar Pranowo sebagai pembela kaum minoritas.

Secara psikologis sosok Ganjar Pranowo sudah mendapatkan tempat di hari masih NTT. Ganjar Pranowo paling tidak menjawab apa yang menjadi pertanyaan warga NTT, setelah Joko Widodo siapa yang akan melanjutkan pembangunan terutama di wilayah timur? Jawaban ada pada Ganjar Pranowo.

2. Ganjar Pranowo dikesankan sebagai pribadi yang merakyat

Karakteristik masyarakat NTT yang suka berkumpul dan bercengkrama satu dengan yang lain juga berpengaruh pada preferensi politik. Masyarakat menginginkan pemimpin yang bisa berkumpul bersama-sama dengan warga di waktu-waktu tertentu. Tanpa ada jarak dengan masyarakat.

Mayoritas pemilih di Indonesia menginginkan pemimpin yang tidak jaga jarak dengan masyarakat. Pemimpin yang tulus bersama dengan rakyat. Tidak muncul dihadapan masyarakat saat mendekati pemilu saja. Pemimpin yang selalu hadir memberikan kenyamanan bagi masyarakatnya.

Melalui media sosial miliknya, Ganjar Pranowo menunjukan kesan sebagai pribadi yang suka bergaul dengan siapa saja. Pribadi yang baik kepada siapa saja termasuk para perantau dari NTT. Sesekali galak terhadap para pelaku pungli dan sebagainya.

Ketokohan Ganjar Pranowo, mengingat masyarakat NTT pada sosok presiden Joko Widodo. Masyarakat NTT menginginkan pemimpin ke depan paling tidak memiliki cara berpikir seperti presiden Joko Widodo. Cara berpikir pembangunan yang Indonesia sentris. Orientasi pembangunan yang tidak lagi terfokus di pulau Jawa melainkan merata hampir seluruh Indonesia termasuk NTT.

3. Ganjar Pranowo adalah tokoh yang responsif dan peduli

Kalau ditanya kepada masyarakat NTT yang merantau ke Jawa Tengah, kesan anda terhadap sosok Ganjar Pranowo? Pasti jawabannya responsif dan peduli. Ganjar Pranowo peduli terhadap para perantau dari NTT terutama para mahasiswa.

Kepedulian Ganjar Pranowo tersebut terlihat dari beberapa aktivitas nya yang menyambangi mahasiswa NTT selama pandemi covid-19. Menanyakan keadaan mahasiswa selama masa pandemi covid-19. Kegiatan yang sepele, namun memberikan kesan kuat pada masyarakat NTT bahwa Ganjar Pranowo adalah figur yang peduli.

Sampai hari ini, relawan calon presiden di daerah NTT masih dominan milik Ganjar Pranowo. Banyaknya relawan Ganjar Pranowo di NTT sebagai indikator bahwa Ganjar Pranowo sudah mulai dilirik oleh masyarakat NTT. Gelombang dukungan ini didasarkan pada kesadaran masyarakat NTT yang meyakini bahwa Ganjar Pranowo bisa melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan presiden Joko Widodo.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah hanya Ganjar Pranowo yang memiliki peluang menang di NTT? Jawabannya tentu tidak. Kalau tanpa Ganjar Pranowo, kemungkinan yang akan menang adalah calon yang dianggap nasionalis dan bisa melindungi kaum minoritas. Siapa saja bisa, namun tentu yang kita bahas adalah calon yang potensial akan maju dengan elektabilitas tinggi.

Selain Ganjar Pranowo misalnya ada nama Tri Rismaharini yang bisa menang kalah dicalonkan. Namun kita juga melihat sampai saat ini elektabilitas Tri Rismaharini masih jauh dibawah Ganjar Pranowo. Melihat Ganjar Pranowo secara nasional sembari mengkaji kekuatannya secara regional.

Pembaca Kompasiana yang budiman, bagi masyarakat NTT, Ganjar Pranowo merupakan representasi figur presiden Joko Widodo. Selain itu, faktor kedekatan dengan Joko Widodo yang menjadikan Ganjar Pranowo lebih disukai ketimbang calon lain. Selain figurnya yang dianggap merakyat. Semoga.

Mengeruda, 17 November 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun